Sabtu, 08 September 2018

Mengenal Jurnalisme Online - Makalah. Ilmu Komunikasi


Mengenal Jurnalisme Online



Oleh
Maria Ulfa            : 150240047
Merifa Moliya      : 150240010
Nur Kemala Dewi : 150240096

 
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
2018








            Pendahuluan
Jurnalisme online sendiri di sebut juga dengan cyber  journalisme ataupun jurnalistik online. Jurnalitik online sendiri mempunyai pengertian yaitu, Jurnalistik online adalah seorang jurnalis pada media online seperti website, blog, forum, sosial media atau media-media online lainnya. Sama seperti Jurnalistik konvensional, jurnalistik online juga harus menaati kode etik wartawan, dan melakukan tugas-tugas jurnalis pada umumnya. Bedanya hanya pada media yang digunakan untuk menyajikan berita.
Kehadiran media online memunculkan berbagai kemudahan dalam mendapatkan informasi. Media online sudah menjadi media yang tidak asing lagi dalam masyarakat, media ini sudah dikosumsi oleh semua kalangan. Kahadiran media online membuat masyarakat bisa mengakses informasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Namun, informasi yang di dapatkan dari media onlie dapat di percaya kebenarannya, kadang kala ada media online yang menyebarkan informasi yang belum pasti dan ada juga informasi yang di kenal dengan berita hoxs. Maka dari itu jurnalis media online harus menaati etikan yang telah tertara.

A.    Ciri-ciri Jurnlisme Online
Di zaman melenia ini banyak hal telah berubah, salah satunya kita di kenalkan dengan produk-produk media online. Menurut Asep Syamsul M.Romli dalam bukunya jurnalistik online: Panduan Mengelola media online mengemukakan, jika media online adalah media massa yang tersajikan secara online di situs web internet. Dia juga mengatakan jika media online ini adalah generasi ketiga setelah media cetak dan media elektronik. Masih dalam buku yang sama Asep Syamsul M.Romli menjelaskan jika media online ialah produk jurnalistik.[1]
Dewasa ini, setiap orang bisa menulis berita dengan bebas melalui media internet. Baik yang merupakan wartawan sungguhan dan mempunyai lembaga resmi, maupun hanya wartawan “dadakan” yang merupakan personal individu yang tidak mempunyai lembaga resmi namun juga dapat menulis berita lewat internet. Rasa tidak puas akan informasi yang diperoleh masyarakat lewat media cetak maupun elektronik berupa televisi, serta kemudahan yang disediakan fasilitas internet untuk mengakses segala informasi dan menulis berita lewat internet, salah satunya adalah lewat situs weblog yang kita ketahui selama ini, menjadi salah satu penyebab munculnya apa yang disebut jurnalisme online yang kedudukannya dapat menggeser atau mempengaruhi jurnalisme tradisional atau konvensional tersebut.
Jurnalisme online sendiri di sebut juga dengan cyber  journalisme ataupun jurnalistik online. Jurnalitik online sendiri mempunyai pengertian yaitu, Jurnalistik online adalah seorang jurnalis pada media online seperti website, blog, forum, sosial media atau media-media online lainnya. Sama seperti Jurnalistik konvensional, jurnalistik online juga harus menaati kode etik wartawan, dan melakukan tugas-tugas jurnalis pada umumnya. Bedanya hanya pada media yang digunakan untuk menyajikan berita.
Dan Menurut Richard Craig[2] , Jurnalisme online adalah proses penyampaian pesan melalui media internet dengan menggabungkan tulisan, audio dan video serta memungkinkan pengakses untuk membaca kembali berita yang telah lalu. Dari definisi jurnalisme online tersebut memberikan gambaran bahwa di era perkembangan teknologi informasi komunikasi, organisadi media tidak hanya bergantung pada satu jenis media untuk menyampaikan informasi. Organisadi media massa juga membutuhkan internet untuk menyampaikan informasi kepada khalayak. Kegiatan menyampaikan berita melalui internet itulah selanjutnya disebut dengan Jurnalisme Online. Perkembangan yang pesat dalam penyajian berita melalui media online (internet) membuat para insan media mengalihkan dirinya lewat  dunia  maya.  Hal  tersebut menjadikan  produser  berita  mengatur  strategi bagaimana menyajikan sebuah isu menjadi sebuah berita yang sesuai dengan ideologi media mereka, serta bagaimana gaya manajemen yang sebaiknya diterapkan. Kini internet menjadi fenomena yang sangat dahsyat. Dapat dikatakan gaya hidup berinternet termasuk penyajian berita lewat internet menjadi fenomena saat ini dibelahan dunia manapun.
Kehadiran media online ini bukanya hanya di kenal oleh masyarakat karena kebaruannya saja tetapi dari segi berita yang ditampilkan mempunyai gaya tersendiri dan tidak bisa dilakukan oleh media terdahulu. Keterbatasan media lama menjadikan keterhalangan dalam proses penerbitan yang terbatas pada ruang dan waktu. Konsep jurnalisme online yang paling popular adalah sifatnya yang real time di implementasikan ke dalam running news . Berita, kisah-kisah, peristiwa-peristiwa, bisa langsung dipublikasikan pada saat kejadian sedang berlangsung.[3]
Kegiatan dalam jurnalisme itu sendiri pada intinya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas informasi., sedangkan media yang digunakan dapat berupa media cetak, maupun media elektronik. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, berita / informasi tidak hanya bisa kita dapatkan lewat media cetak seperti suratkabar, majalah, dsb maupun media elektronik seperti televisi dan radio, namun internet yang dipandang sebagai media interaktif juga dapat berfungsi sebagai media yang menyediakan berbagai informasi di dalamnya termasuk berita.
Menurut Satrio Arismunandar (2006), orang yang memproduksi content terutama untuk Internet, dan khususnya untuk World Wide Web, dapat dianggap bekerja untuk salah satu atau lebih dari empat jenis Jurnalisme Online yang tersebut di bawah ini. Berbagai jenis jurnalisme online itu dapat ditempatkan di antara dua domain.
Domain pertama, adalah suatu rentangan, mulai dari situs yang berkonsentrasi pada editorial content sampai ke situs-situs Web yang berbasis pada konektivitas publik (public connectivity). Editorial content diartikan di sini sebagai teks (termasuk kata-kata yang tertulis atau terucapkan, gambar-gambar yang diam atau bergerak), yang dibuat atau diedit oleh jurnalis. Sedangkan konektivitas publik dapat dipandang sebagai komunikasi ”titik-ke-titik yang standar” (standard point-to-point). Atau, bisa juga kita nyatakan sebagai komunikasi ”publik” tanpa perantaraan atau hambatan (barrier of entry), misalnya, hambatan dalam bentuk proses penyuntingan (editing) atau moderasi (moderation).
Domain kedua, melihat pada tingkatan komunikasi partisipatoris, yang ditawarkan oleh situs berita bersangkutan. Sebuah situs dapat dianggap terbuka (open), jika ia memungkinkan pengguna untuk berbagi komentar, memposting, mem-file (misalnya: content dari situs tersebut) tanpa moderasi atau intervensi penyaringan. Sedangkan komunikasi partisipatoris tertutup (closed) dapat dirumuskan sebagai situs di mana pengguna mungkin berpartisipasi. Namun langkah komunikatif mereka harus melalui kontrol editorial yang ketat.
Berikut ini empat jenis jurnalisme online yang dikemukakannya:
a)      Mainstream News sites
Bentuk media berita online yang paling tersebar luas adalah situs mainstream news. Situs ini menawarkan pilihan editorial content, baik yang disediakan oleh media induk yang terhubung (linked) dengannya atau memang sengaja diproduksi untuk versi Web. Tingkat komunikasi partisipatorisnya adalah cenderung tertutup atau minimal. Contoh: situs CNN, BBC, MSNBC, serta berbagai suratkabar online. Situs berita semacam ini pada dasarnya tak punya perbedaan mendasar dengan jurnalisme yang diterapkan di media cetak atau siaran, dalam hal penyampaian berita, nilai-nilai berita, dan hubungan dengan audiences. Di Indonesia, yang sepadan dengan ini adalah detik.com, Astaga.com, atau Kompas Cyber Media.
b)      Index & Category sites
Jenis jurnalisme ini sering dikaitkan dengan mesin pencari (search engines) tertentu (seperti Altavista atau Yahoo), perusahaan riset pemasaran (seperti Moreover) atau agensi (Newsindex), dan kadang- kadang bahkan individu yang melakukan usaha (Paperboy). Di sini, jurnalis online menawarkan links yang mendalam ke situs-situs berita yang ada di manapun di World Wide Web. Links tersebut kadang- kadang dikategorisasi dan bahkan diberi catatan oleh tim editorial. Situs-situs semacam ini umumnya tidak menawarkan banyak editorial content yang diproduksi sendiri, namun terkadang menawarkan ruang untuk chatting atau bertukar berita, tips dan links untuk publik umum.
c)      Meta & Comment sites
Ini adalah situs tentang media berita dan isu-isu media secara umum. Kadang-kadang dimaksudkan sebagai pengawas media (misalnya: Mediachannel, Freedomforum, Poynter’s Medianews). Kadang- kadang juga dimaksudkan sebagai situs kategori dan indeks yang diperluas (seperti: European Journalism Center Medianews, Europemedia). Editorial content-nya sering diproduksi oleh berbagai jurnalis dan pada dasarnya mendiskusikan content lain, yang ditemukan di manapun di Internet. Content semacam itu didiskusikan dalam kerangka proses produksi media. ”Jurnalisme tentang jurnalisme” atau meta-journalism semacam ini cukup menjamur.
d)     Share & Discussion sites
Ini merupakan situs-situs yang mengeksploitasi tuntutan publik bagi konektivitas, dengan menyediakan sebuah platform untuk mendiskusikan content yang ada di manapun di Internet. Dan kesuksesan Internet pada dasarnya memang disebabkan karena publik ingin berkoneksi atau berhubungan dengan orang lain, dalam tingkatan global yang tanpa batas. Situs semacam ini bisa dibilang memanfaatkan potensi Internet, sebagai sarana untuk bertukar ide, cerita, dan sebagainya. Kadang-kadang dipilih suatu tema spesifik, seperti: aktivitas anti-globalisasi berskala dunia (situs Independent Media Centers, atau umumnya dikenal sebagai Indymedia), atau berita-berita tentang komputer (situs Slashdot).
Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana jurnalistik online, sebaiknya kita mengetahui apa ciri-ciri dari jurnalistik online itu sendiri. Dan adapun ciri-ciri dari jurnalistik online ialah sebagai berikut. [4]
1.      Reliability (reliabilitas) dalam perspektif teknik jurnalistik, elemen reliabilitas sangatlah dibutuhkan. Tanpa reliabilitas, segala sesuatu menjadi tidak berguna.
2.      Internet saat ini telah banyak digunakan oleh media televisi dan koran dan saat itu pula internet menjadi sesuatu yang baru.
3.      Content  (isi)  berita  dalam  jurnalisme  online menjadi  sesuatu  yang diperhitungkan. Jika berita tidak berbobot, maka akan ditinggalkan khalayak.
4.      Isi  berita  yang dinamis.  Pada  news online,  para  staf  harus stanby untuk mengupdate berita yang terjadi di belahan dunia manapun.
5.      Isi berita juga harus mengedepankan kedalaman (depth).
6.      Kecepatan. Saat ini orang lebih menyukai sesuatu yang instant dan cepat.
Jurnalisme Online itu tak lepas dari sifat-sifat online (internet itu sendiri) yang antara lain: periodisasi hilang, borderless, breaking news dan running news, kecepatan, sebaran luas, akurasi, 24 jam, interaktif. Untuk bisa mengeksplorasi atau memanfaatkan ciri-ciri tersebut di atas, maka diperlukan tulisan atau berita dengan cirri-ciri sebagai berikut:
a)      Singkat: Tulisan yang jelas umumnya bukan tulisan yang panjang lebar, melainkan justru ringkas dan terfokus. Ingat Ernest Hemingway? ''Less is more''. Tulisan yang ringkas memberikan kesan tangkas dan penuh vitalitas.
b)      Langsung: Tulislah ringkas menuju pengertian yang dimaksud. Pilih kata/kalimat yang spesifik untuk mewakili pengertian yang mengena (tanpa memberi peluang pada banyak interpretasi).
c)      Terorganisir: Mulailah sebuah tulisan yang teroganisir, yang secara kuat mampu memikat pembaca memasukinya. Jika mungkin, gunakan gaya bahasa yang naratif --gaya seorang pendongeng yang piawai --sebagai pendekatan dasar.
d)     Spesifik: Bagian-bagian yang rumit, pecahlah dalam serpihan yang mudah dicerna. Gunakan contoh: seorang untuk mewakili kelompoknya. Dengan memberikan pengkhususan, seringkali juga menghadirkan suasana dramatis dan hidup.
e)      Mudah Dicerna: Jika Anda menulis sebuah topik yang padat, gambarkan melalui ungkapan yang paralel yang mudah dipahami pembaca. Strategi militer misalnya dapat diterangkan melalui formasi pertandingan olahraga, rencana keuangan perusahaan dapat digambarkan melalui rencana anggaran keluarga.
f)       Berita adalah Juga Cerita: Sinisme terhadap cerita atau dongeng, kadang diartikan bahwa itu sekadar pengantar tidur, tak memiliki arti kebenaran. Hanya karangan. Namun, ada yang bisa diambil manfaat dari cerita, yakni cara menyampaikan itulah yang sebaiknya dimanfaatkan untuk menyajikan berita. Berita adalah cerita yang berdasar fakta.
g)      Rekaman Mata: Indera kita yang utama, mata, adalah sangat berharga untuk menangkap objek.
h)      Namun, objek yang bagaimana yang bisa diceritakan dan baik untuk orang lain, itulah masalahnya.
i)        Setiap fotografer tahu bahwa gambar yang tidak menyertakan unsur kehidupan seperti manusia hanya akan berakhir nasibnya di keranjang sampah. Begitu pula dengan tulisan. Sebab pembaca suka membaca tentang manusia lainnya.
j)        Setting atau Tempat: Pembaca menyukai ''sense of place''. Kita bisa membuat tulisan lebih hidup jika kita bisa menyusupkan ''sense of place'' yang kuat.
k)      Menyentuh: Kita harus berupaya untuk menyentuh indera pembaca. Membuat mereka melihat cerita dengan detil visual yang kuat, dan juga - dalam kontek yang tepat - membuat mereka mendengar, meraba, merasakan, membaui dan seolah mengalami.
i)        Warna dan Mood: Kamera televisi dapat menampilkan pemandangan yang sesungguhnya, dalam warna dan detil. Penulis tidak dapat menyajikan pemandangan dengan mudah, sehingga mereka harus berusaha keras untuk melukis dalam pikiran pembaca. Dalam menggambarkan warna, berarti Anda juga menceritakan tentang suasana (mood). Bahagia? Penuh emosi dan ketegangan? Ini bisa mempertajam perasaan terhadap cerita yang Anda tulis.
j)        Anekdot: Anekdot sering dipandang sebagai ''permata'' dalam cerita. Penulis yang piawai akan menaburkan permata itu keseluruh bagian cerita, bukan mengonggokkannya di satu tempat.
k)      Panjang-pendek: Makin pendek cerita makin baik. Kisah akan lebih hidup jika awalnya berdekatan dengan akhir (klimaks), sedekat mungkin. Alinea dan kalimat bervariasi dalam panjang. Letakkan kalimat dan alinea pendek pada titik kejelasan terpekat atau tekanan terbesar.
l)        Kutipan: Kutipan dalam tulisan berita memberikan otoritas. Siapa yang mengatakannya? Seberapa dekat keterlibatannya dengan sesuatu peristiwa dan masalah? Apakah kata-katanya patut didengar? Kutipan juga memberikan vitalitas karena membiarkan pembaca mendengar suara lain selain penuturan si penulis.

B.     Kombinasi Semua Media Online
Di Indonesia sendiri, media online sudah sangat banyak, mereka selalu berlomba untuk dapat menjadi yang tercepat dalam hal menyampaikan informasi. Berikut beberapa media online di Indonesia yang menghasil produk jurnalistik.
1.      Situs Berita Detik.com
Situs Detik.com9 didirikan oleh 4 orang, mereka adalah Budiono Darsono (Eks wartawan DeTik), Yayan Sopyan (Eks wartawan DeTik), Abdul Rahman (Eks wartawan Tempo), dan Didi Nugrahadi. Dari keempat pendiri Detik tersebut, Budiona Darsono lah yang pertama sekali mencetuskan ide untuk membuat media berita online dengan berita yang selalu up to date. Sesuai dengan slogan mereka “Kenapa tunggu besok kalau detik ini juga anda sudah tahu informasi?”          
Setelah Detik.com diakuisisi oleh CT. Corp pada tahun 2011 yang lalu sebesar Rp 540 Milliar, Detik.com mengalami banyak perubahan, termasuk jajaran direksinya. Saat ini Budiono Darsono menjabat sebagai Direktur Utama Detik.com sekaligus menjadi Dewan Redaksi. Budiono Darsono adalah wartawan senior asli Indonesia. Ia merupakan salah satu pendiri portal berita detikCom, salah satu media online terbesar di Indonesia.  Budiono Darsono Lahir di Semarang 1 September 1961.
Ide mendirikan situs Detik.com pertama kali dicetuskan oleh Budiono Darsono pada tahun 1998. Saat itu sedang terjadi krisis politik di Indonesia. Tabloid Detik yang saat itu gencar memberitakan situasi politik di Indonesia menjadi salah satu perusahaan yang diberangus oleh pemerintah. Hal ini membuat Budiono Darsono kehilangan pekerjaannya.
Kehilangan pekerjaan dan situasi yang sulit tidak membuat Budiono pasrah. Justru pada saat itulah kemudian muncul ide kreatif dalam dirinya. Dengan bermodalkan sebuah Handy Talkie (HT), tape recorder, dan semangat yang tinggi, Budiono meliput peristiwa tragedi 1998. Saat itu sedang terjadi pergolakan politik yang cukup besar di Indonesia dan mahasiswa gencar melakukan unjuk rasa.
Ide memilih nama domain Detik.com berawal dari pemikiran Budiono Darsono yang ingin memberikan informasi terkini kepada masyarakat. Seperti slogan yang terpampang di blog resmi miliknya “Mengapa menunggu besok? Detik ini juga”. Sebenarnya, dulu berita yang ditampilkan di Detik.com pernah mendapat kecaman karena beritanya tidak akurat. Selain itu, tampilan homepage Detik.com pada tahun 2005 pernah mendapat kritikan dari penggunanya karena terlalu banyak menampilkan iklan. Seiring dengan pertumbuhannya, Detik.com melakukan perbaikan-perbaikan, terutama pada keakuratan berita yang mereka tayangkan.
Saat ini situs Detik.com telah menjadi salah satu situs ternama di Indonesia dengan jumlah visitor yang sangat besar. Menurut informasi terakhir yang saya dapatkan, pengunjung situs Detik.com saat ini mencapai 3 juta hits per hari, dan menjadi salah satu situs yang paling sering dibuka oleh seluruh pengguna internet di Indonesia. Sampai saat ini saya belum menemukan informasi yang benar-benar valid mengenai pendapatan Detik.com setiap bulannya. Namun dari beberapa sumber yang saya dapatkan di internet menjelaskan bahwa pendapatan Detik.com mencapai Rp 4 – 5 Milliar per bulan dari iklan.
Space iklan ini berada pada domain utama dan beberapa sub domain milik Detik.com, diantaranya detik finance, detik health, detik oto, detik sport, detik net, detik hot, detik news, dan wollipop. Rate iklan di situs ini juga sangat beragam, yaitu berkisar dari Rp 500ribu – Rp 200jutaan. Informasi mengenai rate iklan di Detik.com bisa kita lihat di sini http://microsite.detik.com/display/ratecard-q1-2011/index_h.html.  Setelah diakuisisi oleh CT. Corp, Budiono Darsono optimis bahwa keuntungan yang akan didapatkan Detik.com akan terus meningkat.
2.      Situs Tribunnews. com
Tribunnews.com sejak 2 tahun lalu sudah mantap di posisi teratas sebagai media paling banyak dicari di indonesia. Dengan peringkat alexa 4 dan hampir 50% sumber pembaca datang melalui mesin pencari google. Tribunnews.com menjadi satu dari 10 besar media dengan pendapatan tertinggi di Indonesia. Berapa? tidak jauh-jauh dari pesaingnya detik.com dan liputan 6.com. Sekitar 130-200 juta perhari dari iklan google adsense saja. Belum di tambah dari iklan lain.
Sekilas tentang media online fenomenal ini :
Tribunnews.com adalah situs berita online Indonesia yang dipublikasikan oleh PT. Indopersda Primamedia. Situs berita online dengan tagline “Berita Terkini Indonesia” ini, berkantor pusat di Gedung Group of Regional Newspaper Kompas, Jl. Palmerah Selatan No.3, Jakarta Pusat. Merupakan suatu divisi koran daerah Kompas, Tribunnews didukung oleh reporter yang bertempat di Jakarta. Situs berita ini, menyediakan berbagai macam berita yang terjadi baik itu berita lokal, nasional, hingga internasional secara aktual dan cepat.
Tribunnews menyediakan wadah bagi masyarakat untuk ikut serta dalam berbagi informasi ataupun menyampaikan gagasan dan pengalaman empiris yang bermanfaat bagi kehidupan bangsa melalui dua rubrik Tribunnews, yaitu Tribuners dan Citizen Reporter. Selain sebagai situs berita online yang menyediakan electronic paper (epaper) sebagai replika dari koran edisi cetak, Tribunnews juga menyediakan berita dalam bentuk digital paper, yaitu koran yang terbit secara online dalam format digital. Tribunnews juga mengelola forum diskusi serta beberapa komunitas online, seperti melalui Facebook, Twitter, dan Google+. Sesuai dengan perkembangan zaman, Tribunnews juga menyediakan Tribunnews mobile dengan alamat m.tribunnews.com, sehingga memudahkan para pembaca dan memungkinkan untuk memperoleh berita dimanapun dan kapanpun.
Di ulang tahunnya yang ke-4 pada tanggal 21 Maret 2014, Portal Berita Tribunnews menurut Alexa menempati posisi tiga besar setelah Detik.com dan Kompas.com. Portal Berita ini didukung oleh 500 wartawan dari 22 surat kabar di 19.
3.      Situs Beritas Liputan6.com
Liputan6 sendiri berawal dari program berita dan informasi di televisi. Tapi saat ini berkembang dengan menghadirkan situs berita online, dengan beragam kanal berita di dalamnya. Online media Indonesia ini masuk menempati posisi 5 besar dari 10 media online terbesar di Indonesia saat ini. Liputan6 adalah portal berita online di bawah naungan SCTV dalam program acara  Liputan 6. Situs liputan6.com didirikan tanggal 24 Agustus 2000 dan dibawah naungan PT. Kreatif Media Karya yang merupakan  anak perusahaan Elang Mahkota Teknologi. Selalu berusaha untuk menyajikan berita dengan “Aktual, Tajam, dan Terpercaya”.
Dalam perjalanannya, liputan6.com pada beberapa dekade yang lalu masih berada di peringkat 8 situs populer indonesia, kini mampu meyodok ke peringkat  2 dengan peringkat alexa No.7 rank alexa dan bahkan mengalahkan situs kaskus.co.id yang dulu menguasai situs/ media online Indonesia. Wow, sangat luar biasa sekali.
Dengan jumlah kunjungan setiap harinya mencapai 1,687,020 dengan jumlah halaman yang diakses mencapai 2,700,233. Penghasilan Liputan6  mencapai $7,927.78 atau jika dirupiahkan kurang lebih Rp105 juta.
4.      Situs Berita Online Kompas.com
Kompas.com adalah portal web berisi berita dan artikel daring di Indonesia. Kompas.com merupakan salah satu dari 10 situs berita terpopuler di Indonesia. Situs/ media berita online Kompas.com fokus pada edisi daring dan mendapatkan pendapatan dari iklan. Media/ situs berita online Kompas.com masih dalam lingkup Kompas Gramedia. Pada tahun 1998, Kompas Online berkembang menjadi unit bisnis tersendiri di bawah naungan PT Kompas Cyber Media. Kompas awalnya dalam bentuk koran harian kompas, namun karena teknologi infornmasi yang begitu cepat berkembang, kompas tidak ingin ketinggalan lalu membuat versi online dengan alamat kompas.com Jumlah kunjungan Kompas sekitar 1,783,651pengunjungi dengan diakses jumlah halaman  mencapai  2,937,800 halaman. Penghasilan dari iklan Google mencapai kurang lebih $8,000.74 atau  setara dengan Rp110 juta.
5.      Berita Online Okezone.com
Okezone adalah portal online berita dan hiburan berbahasa Indonesia. Resmi diluncurkan pada 1 Maret 2007, portal online ini dimiliki oleh PT Media Nusantara Citra (MNC), perusahaan yang juga mengelola beberapa bisnis media lain seperti televisi (MNC, RCTI), media cetak dan jaringan radio. Okezone fokus memberitakan politik, peristiwa, internasional, ekonomi, lifestyle, selebriti, sports, bola, teknologi, dan lainya. Menempati peringkat 13 alexa rank di Indonesia. Okezone akan terus berkembang mengingat semakin banyaknya pencari media melalui internet.
Media berita online Okenone mendapat kunjungan setiap hari sebanyak 636,711 dengan total laman yang diakses pengunjung mencapai 1.038,738. Dengan jumlah penghasilan perhari Okezone sebesar $1,762.34 atau kurang lebih Rp30,1 juta. Jika dikali 30 hari, penghasilan Okezone bisa lebih Rp900 juta setiap bulannya.

C.    Interaktivitas Web
Ketika internet muncul untuk pertama kalinya, website masih belum begitu interaktif. Interaktif pada sebuah website itu sendiri terjadi dengan cara membaca situs tersebut. Dengan interaktivitas sebuah website dapat digunakan untuk mendisplay produk, layanan, atau topik dan berita-berita tertentu. Namun, sekarang ini webiste sudah sangat interaktif. Keinteraktifan ini dapat dilihat dari SEO, misalnya dilihat dari polling, komentar, dan sebagainya. Fitur-fitur intraktivitas ini mendari nilai lebih pada sebuah website pada mesin pencarian.
Website yang kurang memperhatikan interaktivitas akan kurang bisa menjadi SEO-friendly dibandingkan dengan website yang menawarkan aspek interaktivitas. Kita akan lebih repot dalam menjaga supaya web tetap dapat SEO-friendly karena aspek interaktivitas dapat membuat konten website berubah karena dilakukan oleh pengunjung.
Hal lain yang mengakibatkan interaktifitas web menjadi penting karena pengunjung akan lebih menyukai website yang interaktif. Dengan demikian, pengunjung yang interaktif tersebut akan lebih tinggi dibandingkan dengan situs yang statis dan kurang interaktif. Misalkan website yang membuat berbagai berita-berita terbaru, seperti berita nasional, umun, olahraga dan jenis berita lainnya.
Dalam kaitannya dengan jurnalisme online, Bradshaw mendefinisikan interaktivitas sebagai “..it is about giving the user control”. sebagai salah satu coontoh yang menjadi praktek dalam jurnalisme online adalah berupa komentar-komentar yang disampaikan pembaca pada bagian komentar yang ada di dalam pemberitaan-pemberitaan online. Bagi jurnalis, adanya interaktivitas dalam media online menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang terhadap perkembangan di masa depan. Tidak hanya peluang bagi pembaca terlibat dalam topik-topik yang tengah menkadi pemberitaan, tetapi juga dapat memberikan peluang bagi mereka untuk berdiskusi dan berfikir dengan memberikan komentar.
Kemampuan untuk memberikan respon atau komentar secara langsung pada media onlinesecara langsung dan interaksi dengan audien adalah elemen kurci jurnalistik online yang dapat membawa perubahan pada dunia jurnalistik. Mc Millan[5] membagi interaktivitas dalam tiga bentuk yaitu:
1.      User to system
Merupakan interaksi dengan teknologi web, seperti mengunduh, me-link ke fitur tertentu dan meng-klik. Komunikasi ini bersifat satu arah yaitu pengunjung berinteraksi- fitur yang ada pada situs web. Contohnya polling atau jajak pendapat yang merupakan sebuah teknik untuk mencari tahu pendapat atau tanggapan suatu kelompok masyarakat terhadap sesuatu.
2.      User to user
User to user interactivity memiliki karakteristik komunikasi antar penggunanya ataupun antar-pengguna dengan host (pengelola situs) dengan format “kirim dan respon” yang ditemukan dalam pesan singkat, chat yang dimoderasi dan juga forum diskusi. Tingkatan ini menunjukkan hubungan kedekatan yang terbangun antara pengunjung situs web dengan pengunjung lainnya, hal tersebut terlihat dari adanya keterkaitan satu pesan dengan pesan yang lainnya. Kondisi ini sesuai dengan teori yang diungkapkan McMillan (2006) yang menyebutkan bahwa interaksi antar-user ditunjukkan secara jelas dengan melakukan komunikasi pada media baru dengan jalan saling berkaitan dengan pesan- pesan yang berhubungan satu sama lain.
3.      User to document
Interaksi kali ini terjadi dalam konstruksi yang terbagi dalam pesan website, seperti bagaimana pengguna berinteraksi dengan suatu website dengan cara mem-posting komentar. Menurut McMillan[6] interaksi ini melibatkan ”penciptaan ulang”, isi atau konten yang dilakukan oleh host ketika ia memposting informasi atau menyajikan informasi yang dapat mengubah isi pesan dari situs tersebut.
Tahapan ini adalah kebebasan pengguna dalam menginterpretasikan, memodifikasi pesan yang disampaikan admin sesuai dengan kebutuhan pengguna. Steuer[7] menyatakan interaktivitas sebagai kemampuan pengguna            dalam mengontrol       dan memodifikasi pesan. User to document yaitu kemampuan audience menggunakan fitur-fitur yang disediakan pada situs web meliputi like, kolom komentar dan share. Ketiga fitur tersebut sebagai indikator untuk mengetahui seberapa tinggi interaktivitas audience dalam merespon pesan-pesan yang ada di dalam sebuah situs.
Rafeali (1988, hlm. 110) mengungkapkan adanya tiga tingkatan dalam interaktivitas yang menitikberatkan pada kaitan antarpesan di dalamnya, yaitu: 1) Pesan non-interactive, ditandai dengan adanya ketidakterkaitannya antara satu pesan dengan  pesan yang lainnya;  2) Pesan  reaktif/ quasi interaktif, interaktivitas ini muncul ketika seseorang mengirimkan  pesan kepada orang lain kemudian orang yang mengirimkan pesan merespon sebanyak satu kali. Contohnya ketika admin jarang menjawab pertanyaan dari pengguna dan 3) Pesan interaksi penuh/full interactive berisi kecenderungan pesan bersifat sapaan langsung.
Kata‘interaktivitas’ mulai dari tahun 1990-an sudah banyak diperdebat dan juga sudah sering mengalami redefinisi makna kata. Tampaknya untuk menjadi nilai tambah dalam sebuah sistem jurnalisme online, tidak sedikit pihak pengembang untuk membuat pembaca tertarik. Inovasi yang dilakukan pihak pengembang adalah dengan menerapkan konsep interaksi sosial yang kemudian diaplikasikan dalam sistem jurnalisme.
Perubahan yang terjadi dalam jurnalisme online dan juga hubungan dengan kemajuan teknologi ternyata tidak sesuai dengan harapan yang diharapkan. Artinya setiap intraktivitas yang terjadi tidak lepas dari kritik yang muncul. Beberapa para ahli sosial meramalkan sistem tersebut berdampak pada pola interaksi masyarakat setelah adanya intraktivitas dalam media jurnalisme online. Ada banyak permasalahan yang terkait dengan implikasi dari konsep interaktivitas yang diadopsi dan diaplikasikan oleh media jurnalisme online dalam aspek sosiologis, seperti : dapat menimbulkan konflik antar kelas sosial dan  ketimpangan gender. Contoh di Indonesia yaitu media berita online seperti opini.id dan kompasiana.com.
Terlihat jika membua web membuka web kompasiana ataupun opini.id dimana kedua web tersebut adalah varian dari jurnalisme online. Dimana didalam web tersebut pengguna ataupun pembaca akn sangat mudah menyampaikan komentar, komentar tersebut sebagai gambaran dalam perbedaan media cetak dengan media online. Jika pada media cetak hanya memberikan komunikasi pasif tapi sebaliknya pada media cetak mengarah kepada komunikasi aktif.
Pada tingkat ideologis, interaktivitas telah menjadi kunci ‘nilai tambah’ bagi media baru, apalagi mengingat media cetak (lama) hanya menawarkan konsumsi pasif dan media baru memberikan perbedaan dengan memberikan sentuhan pengaplikasian konsep interaktivitas pada halaman berita. Dalam ideologi ini menerapkan cara berfikir tentang ide interaktivitas dalam media digital yang dapat dilihat sebagai metode untuk memaksimalkan pilihan konsumen dengan teks-teks yang ada pada situs web. Dalam hal ini sebagai contoh interaktif pada sebuat website dapat menandakan pengguna (anggota individu dari media baru penonton) kemampuan untuk langsung campur tangan dalam dan mengubah gambar dan teks yang mereka akses.
Pada sebuah web menambahkan konsep interaktivitas dapat membuat pembaca menjadi tertarik yang kemudian dapat berimplikis pada rating media. Semakin banyak pembaca juga akan memungkinkan semakin besar pula yang membuka sebuah web media online, sehingga hal ini secara tidak langsung juga akan meningkatkan profit bagi perusahaan.  
Sebuah website jurnalisme online ataupun blog jika ingin mendapatkan jumlah pengunjung banyak dan banyak yang membaca tulisan-tulisan yang dipublikasikan, ada baiknya jika kita benar-benar membuat sebuah kontent web itu sendiri sebagai memdia kebutuhan atau sumber informasi yang dibutuhkan oleh banyak pembaca. Semua itu tergantung bagaimana pengguna dari sebuah web menciptakan kreatifitas dan keterampilan dalam mengolah websitenya.

D.    Kedudukan Penulisan atas Pembaca
Penulisan di media online memang kadang kala tidak terlalu memperhatikan tatanan penulisan yang benar. Beberapa produk jurnalistik di media online banyak menggunakan kata-kata yang lebay agar menarik minat pembaca. Kita juga mengetahui jika tidak semua informasi yang kita dapat dari media online di hasilkan oleh para jurnalis.
            Dan jika jurnalis media online ingin berita yang ia sampaikan di media online membuat pembacanya tertarik, maka mereka bisa melalukan gaya penulisan sebagai berikut.
1.      Menyusaikan dengan karakter pembaca, gaya bahasa jurnalisme online hendaknya ringkas padat, to the point.
2.      Judul sederhana dan padat.
3.      Penulisan mudah di pindai memindai, misalnya dengan sub judul (tiap lima paragraf), highligt kata kata penting dengan warna berbeda, cetak tebal, cetak miring dan lain sebagai.
4.      Tulisan pendek lebih disukai. Jumlah kata paling banyak 50% dari media cetak.
5.       Alinea pendek. Satu alinea idealnya hanya terdiri dari 65 karakter atau maksimal lima baris (lines).
6.      Gunakan alinea/paragraf pendek dan jarak antar-alinea.
7.       Uraian panjang dipecah-pecah menjadi beberapa judul, sambungkan melalui multiple hyperlink.
8.      Pembaca tidak suka tulisan panjang dan harus men-scroll jauh ke bawah.

E.      Membandingkan Karakteristik Umum Jurnalistik Online dengan Jurnalistik pada umumnya.
            sejak Gutenberg menemukan mesin cetak pada tahun 1440-an, hingga sekaran ini terdapat lima jenis media yang mampu menampung beroperasinya prinsip-prinsip jurnalisme. Kelima media ini adalah cetak, radio, televisi, internet dan mobile (teknologi telepon seluler). Pada awalnya orang-orang menduga dengan kehadiran media baru akan menggantikan bahkan mematikan jenis media sebelumnya. Namun  nyatanya munculnya radio tidak mematikan media cetak, adanya televisi tidak juga membuat orang-orang berhenti untuk mendengarkan radio. Ketiga media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri sehingga membuat ketiganya saling melengkapi. Tetapi pertanyaan terbesarnya apakah ketiga media konversional itu akan eksis bersama internet dan mobile mengingat kedua jenis media sesudahnya tidak hanya dapat menampung cetak, radio, dan televisi tapi juga memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh media konversional.
            Anggapan yang awalnya mengatakan bahwa banyak orang yang meragukan kemampuan internet media konversional karena sifat internet yang tidak praktis dan mahal dan hanya akan bertahan beberapa tahun. Kenyataannya, perkembangan teknologi sekarang ini telah menciptakan komputer jinjing-porteble (laptop) dan dapat dibawa kemanapun. Akses internet juga sangat mudah dengan adanya teknologi Wi-fi yang dapat ditemukan diberbagai tempat yang menyediakan hotspot untuk menggunakan fasilitas tersebut. Hadirnya broadband juga mempermudah orang mengakses internet dimana saja dengan menggunakan mobile.
Penggunakan handset dapat membuat orang yang berada di seluruh dunia dapat mengakses informasi dengan cepat sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini, komunitas pers menjadi pihak pertama yang memanfaatkan teknologi ini dengan menampilkan informasi dalam bentuk teks, gambar, audio dan visual. Konsekuensinya, model-model jurnalisme via internet dan teknologi seluler yang mengusung kecanggihan ini juga membawa pengaruh bagi praktik kerja jurnalisme mainstrem (radio, televisi, cetak). Dari pihak audien/pembaca juga tidak ketinggalan terkena imbasnya.
Perkembangan teknologi jaringan komputer pada awal dekade 1990-an yang mendorong lahirnya teknologi internet menhadirkan metode untuk mentransmisikan bit-bit data dari satu komputer ke komputer lainnya, dari satu lokasi ke lokasi lainya di seluruh dunia. Internet juga memberikan ruang yang tidak terbatas untuk mengirim, menyimpan, atau mencari informasi oleh siapa saja. Dengan dikenalkannya teknologi World Wide Web (WWW) oleh tim Baeners-Lee internet mampu menampilkan halaman-halaman yang tidak hanya berisi teks saja, tetapi juga dilengkapi dengan gambar, grafik, animasi, dan suara-suara yang menarik sehingga dapat menampilkan layanan multimedia yang bersifat audio-visual (data, citra, dan suara). Internet tidak saja dapat menyajikan data yang bersifat teks dan gambar, tetapi juga sinergi audio dan visual. Sifatnya yang dinamis dan interaktif membuatnya lebih menarik dibanding sumber media informasi lain.
J. Pavlik (2001) menyebut jurnalisme online sebagai “contextualized journalism” yang mengintegrasikan tiga model komunikasi, yaitu kemampuan multimedia berdasarkan platform digital, kualitas-kualitas interaktif komunikasi online, dan fitur-fitur yang dapat ditata dengan berbagai variasi (costomizable features). Dalam kaitan ini, Rafaeli dan Newhagen[8] mengidentifikasi lima perbedaan utama yang ada di antara jurnalisme online dan media massa tradisional: (1) kemampuan internet untuk mengombinasikan sejumlah media; (2) kurangnya tirani penulis atas pembaca; (3) tidak seorang pun dapat mengendalikan perhatian khalayak; (4) internet dapat membuat proses komunikasi berlangsung sinambung; dan (5) interaktifitas web. Dengan berbagai ciri yang melekat pada jurnalisme online di atas, maka dapat dikatakan bahwa secara nyata terdapat perbedaan yang cukup mencolok pada jurnalisme online dibanding media konvensional. Dengan demikian. kelebihan dari internet sebagai media komunikasi adalah kemampuannya dalam mengubah alur komunikasi yang searah (dari komunikator ke komunikan) menjadi dua arah (dari komunikan ke komunikator). Sifat interaktif inilah yang menyebabkan internet mejadi media yang memperlebar ruang-ruang demokrasi, sebab masyarakat tak lagi sekadar objek pemberitaan tetapi juga bisa jadi subjek.
Menurut Santana[9] terdapat tiga kelompok situs berita dalam kaitannya dengan isi. Pertama, model situs berita yang banyak digunakan oleh media berita konvensional, yakni sekadar merupakan edisi online dari medium induknya. Isi orisinilnya diciptakan kembali oleh internet dengan cara mengintensifkan isi dengan kapabilitas-kapabilitas teknis dari cyberspace. Sejumlah fitur interaktif dan fungsi-fungsi multimedia ditambahkan. Isinya di-update lebih sering daripada medium induknya. Washington Post Online (www.washingtonpost.com), CNN Interactive(www.CNN.com), dan BBC News Online (www.BBC.co.uk) adalah contoh-contoh tipikal tipe ini. 
Kedua, bentukan situs Web-nya berisikan orisinalitas indeks, dengan cara mendesain ulang dan merubah isi dari berbagai media berita. Saloon.com atau Slate and Drudge Report.com masuk ke dalam tipe ini. Situs ini memendekkan portal-portal pemberitaan melalui indeksisasi dan kategorisasi, hasil seleksi berbagai media berita dan isi mereka. Berbagai model situs ini terfokus pada isu-isu spesifik, melayani kepentingan komunitas dan kelompok-kelompok tertentu, serta membuat saluran pertukaran pikiran dan diskusi interaktif dengan pembacanya. 
Ketiga, situs berita yang berisi diskusi dan komentar-komentar pendek tentang berita dan media. Media-media watchdogs masuk ke dalam kelompok ini. Mereka menjadi saluran untuk diskusi masyarakat mengenai permasalahan yang mencuat.
Sebagai medium baru, internet dan produk turunannya memiliki karakteristik khas dibanding dengan media konvensional yang telah ada. Internet merupakan salah satu aplikasi teknologi yang mendasarkan diri pada sistem kerja (platform) komputer. Oleh karena itu, tipologi (sistem) komputer akan menjadi landasan utuk mengidentifikasi batasan serta karakteristik internet dan produk derivatnya. Salah satu derivat produk teknologi Internet adalah situs berita. Disebut derivat karena pada prinsipnya, situs berita adalah penamaan untuk menyebut salah satu jenis media onlineyang telah ada. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Ashadi Siregar (dalam Kurniawan, 2005: 20). Menurutnya: “Media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia (baca-komputer dan internet). Didalamnya terdapat portal, website (situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dll, dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan user memanfaatkannya”. Oleh karena itu, situs berita merupakan salah satu sub-sistem dari media online. Penyebutan media online dikalangan beberapa ahli media cukup beragam.
Salah satu pendekatan dalam memahami media online juga dipaparkan oleh Ashadi Siregar. Ia melihat media online, melalui kacamata pendefinisian surat kabar digital, yakni sebuah entitas yang merupakan integrasi media massa konvensional dengan internet. Identifikasinya terhadap ciri-ciri yang melekat pada surat kabar digital ditulisnya sebagai berikut :
1.      adanya kecepatan (aktualitas) informasi
2.      bersifat interaktif, melayani keperluan khalayak secara lebih personal
3.      memberi peluang bagi setiap pengguna hanya mengambil informasi yang relevan bagi dirinya/dibutuhkan
4.      kapasitas muatan dapat di perbesar
5.      informasi yang pernah disediakan tetap tersimpan (tidak terbuang), dapat ditambah kapan saja, dan pengguna dapat mencarinya dengan menggunakan mesin pencari
6.      tidak ada waktu yang diistimewakan (prime time) karena penyediaan informasi berlangsung tanpa putus, hanya tergantung kapan pengguna mau mengakses.
Salah satu desain media online yang paling umum diaplikasikan dalam praktik jurnalistik modern dewasa ini adalah berupa situs berita. Situs berita atau portal informasi sesuai dengan namanya merupakan pintu gerbang informasi yang memungkinkan pengakses informasi memperoleh aneka fitur fasilitas teknologi online dan berita didalamnya. Content-nya merupakan perpaduan layanan interaktif yang terkait informasi secara langsung, misalnya tanggapan langsung, pencarian artikel, forum diskusi, dll; dan atau yang tidak berhubungan sama sekali dengannya, misalnya games, chat, kuis, dll (Iswara, 2001).
Lebih lanjut tentang media online berupa portal informasi ini, Iswara (2001) menjelaskan karakteristik umum yang dimiliki media jenis ini, yaitu:
1.      Kecepatan (aktualitas) informasi
Kejadian atau peristiwa yang  terjadi di lapangan dapat langsung di upload ke dalam situs web media online ini, tanpa harus menunggu hitungan menit, jam atau hari, seperti yang terjadi pada media elektronik atau media cetak. Dengan demikian mempercepat distribusi informasi ke pasar (pengakses), dengan jangkauan global lewat jaringan internet, dan dalam waktu bersamaan .dan umumnya informasi yang ada tertuang dalam bentuk data dan fakta bukan cerita.
2.      Adanya pembaruan (updating) informasi
Informasi disampaikan secara terus menerus, karena adanya pembaruan (updating) informasi. Penyajian yang bersifat realtime ini menyebabkan tidak adanya waktu yang diiistemewakan (prime time) karena penyediaan informasi berlangsung tanpa putus, hanya tergantung kapan pengguna mau mengaksesnya.
3.      Interaktivitas
Salah satu keunggulan media online ini yang paling membedakan dirinya dengan media lain adalah fungsi interaktif. Model komunikasi yang digunakan media konvensional biasanya bersifat searah (linear) dan bertolak dari kecenderungan sepihak dari atas (top-down). Sedangkan media online bersifat dua arah dan egaliter. Berbagai features yang ada seperti chatroom, e-mail, online polling/survey, games, merupakan contoh interactive options yang terdapat di media online. Pembaca pun dapat menyampaikan keluhan, saran, atau tanggapan ke bagian redaksi dan bisa langsung dibalas.
4.      Personalisasi
Pembaca atau pengguna semakin otonom dalam menentukan informasi mana yang ia butuhkan. Media online memberikan peluang kepada setiap pembaca hanya mengambil informasi yang relevan bagi dirinya, dan menghapus informasi yang tidak ia butuhkan. Jadi selektivitas informasi dan sensor berada di tangan pengguna (self control).
5.      Kapasitas muatan dapat diperbesar
Informasi yang termuat bisa dikatakan tanpa batas karena didukung media penyimpanan data yang ada di server komputer dan sistem global. Informasi yang pernah disediakan akan tetap tersimpan, dan dapat ditambah kapan saja, dan pembaca dapat mencarinya dengan mesin pencari (search engine).

6.      Terhubung dengan sumber lain (hyperlink)
Setiap data dan informasi yang disajikan dapat dihubungkan dengan sumber lain yang juga berkaitan dengan informasi tersebut, atau disambungkan ke bank data yang dimiliki media tersebut atau dari sumber-sumber luar. Karakter hyperlink ini juga membuat para pengakses bisa berhubungan dengan pengakses lainnya ketika masuk ke sebuah situs media online dan menggunakan fasilitas yang sama dalam media tersebut, misalnya dalam chatroom, lewat e-mail atau games.
Dalam konteks Indonesia, meskipun suratkabar, radio sudah ada sejak sebelum Republik Indonesia lahir, dan televisi sudah beroperasi pada tahun 1960-an, namun jurnalisme cetak, radio dan televisi sesungguhnya tidak berkembang dengan baik di Indonesia. Ini karena kedua jenis media tersebut sangat ketat dikontrol oleh pemerintah. Baru setelah Orde Baru tumbang,  jurnalisme cetak, radio, dan televisi berkembang pesat, bersamaan pula dengan jurnalisme online yang dipraktikkan oleh Detik, Astaga, Satunet, dll. Bedanya, bila operasionalisasi jurnalisme pada pers cetak, radio, dan televisi, para pengelolanya bisa dengan mudah belajar dari pengalaman serupa di negara lain, maka untuk jurnalisme online, para pengelola dan jurnalis situs berita harus mencari model-model kerja sendiri.
Para pengelola media cetak, radio atau televisi tidak tahu persis berapa pembaca, pendengar atau pemirsa yang mengikuti berita yang dipublikasikan. Mereka hanya menggunakan jumlah oplah sebagai patokan, atau survei pendengar dan pemirsa. Ini berbeda dengan dengan situs berita, sebab semua proses yang terjadi di internet terdata dengan rapi, sehingga berapa orang yang mengklik atau membaca satu halaman berita bisa dihitung jumlahnya setiap saat. Pada titik inilah redaktur bisa mengetahui secara pasti berita macam apa yang sedang dibutuhkan pembaca. Oleh karena itu dalam beberapa isu, situs berita sering membuat berita yang jauh berbeda dengan apa yang muncul di cetak, radio dan koran. Dari perilaku pembaca, para redaktur/penulis juga mengetahui, kalau ada peristiwa besar yang menyedot perhatian, maka pembaca akan mengejar terus perkembangan peristiwa tersebut dan cenderung mengabaikan peristiwa lain. Akibatnya sering terjadi dalam satu hari berita dalam situs berita hanya didominasi oleh satu atau dua isu tertentu.
Untuk mewartakan peristiwa yang sedang berlangsung, jurnalis situs berita dituntut memiliki kemampuan memilih sudut pandang berita secara cepat. Pemahaman teori dasar jurnalistik (unsur dan nilai berita) belum cukup, karena jurnalis harus juga memiliki kepekaan atas arah peristiwa dan pemberitaan. Masalah kedua adalah bagaimana bisa melaporkan berita secara cepat ke koordinator liputan/redaktur yang berada di kantor. Di sini jurnalis dituntut untuk membuat laporan yang logis, data yang akurat, serta mampu menyampaikan kutipan-kutipan yang menarik perhatian. Telepon seluler sangat mempermudah kerja jurnalis, namun perangkat tersebut tidak ada artinya tanpa diimbangai oleh kemampuan menyusun laporan cepat. Selanjutnya para redaktur di kantor harus menyaring laporan yang masuk dengan memperhatikan berbagai hal agar berita yang ditayangkan itu tetap mengacu pada prinsip-prinsip jurnaslime: akurat, objektif, fair, seimbang, dan tidak memihak.











Dafar Pustaka
Kheyene Molekandella Boer, "“Interaktivitas sebagai Strategi Mediated Communication pada Fans Pages Starbucks Coffee Indonesia”. Jurnal Ilmu Komunikasi. VOLUME 10, NOMOR 2, Desember 2013: 113-128. Sumber : https://ojs.uajy.ac.id/index.php/jik/article/download/348/396
McMillan,  Sally  J.  (2006).   Exploring   models of interactivity from multiple research traditions: Users, documents and systems. Dalam L.A Lievrow & Sonia M. Livingstone (Eds), Handbook of new media (h. 205-229). London: Sage.
Krisna, Nico Dwicahyo. 2016, “Kritik dan Anlisis Konsep Interaktivitas Jurnalisme Online dari Perspektif Sosiologi”. Sumber : https://www.kompasiana.com/nicoco/kritik-dan-anlisis-konsep-interaktivitas-jurnalisme-online-dari-perspektif-sosiologi.
Pavlik, John V. 2000. “Journalism and New Media, New York: Vintage Book”
Santana, Septiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia,
Didik Supriyanto dan Iwan Awaluddin Yusuf. 2007. “Pers dan Teknologi Manusia: Dejurnalisasi di Tengah Konvergensi”. Jurnal :Volume 1, Nomor 2, Halaman 97-188.
 Awaluddin, Iwan Yusuf. 2010. “Lebih Dekat dengan Konvergensi Media dan Manajemen Media Online”. Sumber: https://bincangmedia.wordpress.com/2010/08/29/lebih-dekat-dengan-konvergensi-media-dan-manajemen-media-online/
Syamsul, Asep  M.Romli. 2012. “Jurnalistik Online: Panduan Mengelola media online” Nuansa.
Brad Schultz. 2005. “Broadcast News Producing” London: Sage Publication.

Lister, Martin, jon Dovey W, dkk. 2009 New media a critical introduction. Kanada: Routledge.
Sativa, Dian.2010. “Media Online dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi. Surakarta:  Jurnal.







[1] Asep Syamsul M.Romli. jurnalistik online: Panduan Mengelola media online.
[2] Brad Schultz, Broadcast News Producing (London: Sage Publication, 2005), h.134
[4] Andrew Boyd, Broadcast Journalism ; Techniques of Radio and Television News, 5 ed (Melbourne : Focal Press, 2001), h; 404

[5] Kheyene Molekandella Boer, "“Interaktivitas sebagai Strategi Mediated Communication pada Fans Pages Starbucks Coffee Indonesia”. Jurnal Ilmu Komunikasi. VOLUME 10, NOMOR 2, Desember 2013: 113-128. Sumber : https://ojs.uajy.ac.id/index.php/jik/article/download/348/396
[6] McMillan,  Sally  J.  (2006).   Exploring   models of interactivity from multiple research traditions: Users, ocuments and systems. Dalam L.A Lievrow & Sonia M. Livingstone (Eds), Handbook of new media (h. 205-229). London: Sage.
[7] Wiratmi, Apsari Retno dan Mahfud Anshori. (2013). Media sosial sebagai pendukung interaktivitas di radio JIZ FM Yogyakarta. Jurnal Komunikasi Massa (e-journal), Edisi 2013, Vol. 1, Tanggal 16 januari.
[8] Santana, Septiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakatra: Yayasan Obor Indonesia. Hlm: 137.
[9] Santana, Septiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakatra: Yayasan Obor Indonesia. Hlm:: 136.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nona Alviena Published @ 2014 by Ipietoon