Selasa, 30 Mei 2017

Tipe-Tpe Budaya Politik Yang Berkembang di Indonesia


1.      Berdasarkan sikap yang ditunjukkan
Sikap suatu negara dalam mengadakan hubungan internasional atau kerja sama dengan negara lain. Jiwa kerja sama dapar diukur dari sikap seseorang terhadap orang lain. Pada kondisi saat ini, budaya politik dapat di bedakan ke dalam:
a.       Budaya politik militan, budaya yang tidak membedakan perbedaan.
b.       Budaya politik toleransi, meniti beratkan pada masalah yang di tuju.
c.       Budaya politik absolut, budaya tradisi yang tidak ingin adanya perubahan.
d.       Budaya politik akomodatif, sifat yang terbuka mampu menerima apa saja yang bermanfaat.

2.      Berdasarkan orientasi politik
a.       Budaya politik parokial
Budaya politik parokial berlangsung dalam masyarakat tradisional, masih sederhana dengan spesialisasi sangat kecil. Para pelaku politik peranannya serempak dalam bidang ekonomi, keagamaan, dan lain-lain.
Masyarakat cenderung tidak menaruh minat yang besar pada obejek politik yang luas. Ada kesadaran yang menonjol dari anggota masyarakat dalam bidang politik. Mereka mengakui adanya pusat kewenangan atau kekuasaan politik dalam masyarakat.

b.       Budaya politik kaula
Budaya politik kaula (subjek), masyarakat mempunyai minat, perhatian dan kesadaran terhadap sistem keseluruhan. Hal tersebut terumata terhadap segi output politik. Orientasi masyarakat yang nyata terhadap objek politik dapat dilihat dari pernyataannya, baik berupa kebanggaan, ungkapan sikap dukungan, maupun sikap bermusuhan terhadap sistem politik. Posisi sebagai kaula, masyarakat dapat dikatakan sbagai posisi yang pasif. Masyrakat menganggap dirinya tidak berdaya memengaruhi dan mengubah sistem politik, dan umumnya menyerah saja baja segala kebijakan dan keputusan para pemegang jabatan politik.

c.       Budaya politik partisipan
Budaya politik partisipan ditandai oleh anggota masyarakat yang aktif dalam kehidupan politik. Seseorang dengan sendirinya menyadari tiap hak dan tanggung jawabnya. Seseorang dalam budaya politik partisipan dapat menilai penuh kesadaran sistem politik secara totalitas, input dan output, maupun posisi dirinya dalam politik. Dengan demikian, tiap anggota terlibat dalam sistem politik yang berlaku meski kecil peran yang dijalankannya. Budaya politik partisipan dalam pemahaman yang demikian tidak lain wujud dilaksanakannya budaya demokrasi dalam masyarakat.
Gambar : pemilihan umum

d.       Budaya pilitik campuran
Ketiga budaya politik diatas merupakan tie ideal yang bersifat murni. Dalam kenyataannya, sulit sekali ditemui masyarakat yang benar-benar bertipe budaya ideal tersebut. Pada umumnya, suatu negara memilki budaya politik campuran antara ketiganya (parokial, kaula dan partisan).

Gabriel Almond dan Sidney Verba menambahkan adanya tiga budaya politik sebagai berikut:
a.       Budaya politik parokial kaula
Budaya politik parokial kaula yaitu masa peralihan dari parokial menuju kaula. Sebagian masyarakat masih meanaruh perhatian pada hal-hal tradisional, sedangkan sebagannya lagi menolak dan mengarah pada pemerintahan pusat (otoritarian). Jenis ini merupakan suatu tipe budaya politik dimana sebagian besar penduduk menolak tuntutan-tuntutan eksklusif masyarakat.

b.       Budaya politik kaula partisipan
Budaya politik kaula partisipan merupaka masa peralihan dari kaula ke partisipan. Sebagian masyarakat sudah berorientasi pada input (aktif dalam memberi masukan) dan menyadari sebagai warga negara aktif, tetapi sebagiannya lagi masih berorientasi pada struktur pemerintah yang otoriter, taat pada putusan dan pasif sebagia warga negara.

c.       Budaya politik parokial partisipan

Budaya politik parokial partisipan berada pada masyarakat yang masih berbudaya parokial, tetapi sistem dan norma-norma politik yang dikembangkan menuntut untuk berbudaya partisipan. Jadi budaya politik yang dominan adalah budaya parokianl yang norma-norma strukturalnya yang telah diperkenalkan. Biasanya bersifat partisipan dan demi keselarasan sistem politik negara menuntut adanya kultur partisipan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nona Alviena Published @ 2014 by Ipietoon