Minggu, 22 Desember 2019

Sistem Kemasyarakatan Budaya Sunda - MAKALAH

Sistem Kemasyarakatan Budaya Sunda




DisusunOleh :
Kelompok 4 (IlkomIII Jurnalistik)
Aprillia Annisa
Faras Tamimy
Maria Ulfa
Mira Fadilah

Hasil gambar untuk logo unimal



JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2016


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Kemasyarakatan Budaya Sunda” dengan baik. Selanjutnya, salawat dan salam penulis sanjungkan kepada nabi Muhammad saw. yang telah membawa manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan pengetahuan.
            Makalah ini membahas tentang bagaimana kebudayaan Sunda, apa saja hal yang dianggap tabu oleh masyarakat Sunda, dan lain sebagainya.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Anismar sebagai dosen pembimbing pada mata kuliah Komunikasi Lintas Budaya.
            Makalah yang berjudul “Sistem Kemasyarakatan Budaya Sunda” ini diharapkan dapat menjadi penunjang bagi pembaca untuk mempelajari kebudayaan Sunda , bagaimana adat Sunda dan lain sebagainya. Atas perhatian pembaca, penulis mengucapkan terima kasih.


            Matang Glumpang Dua, 4 November 2016   

                                                                                    Penulis,                             









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I. Pendahuluan
              1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
              1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1
              1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................... 2
BAB II. Kajian Teoritis
              2.1 Budaya Sunda............................................................................................... 3
              2.2 Nilai Budaya Sunda...................................................................................... 9
              2.3 Kelebihan Budaya Sunda............................................................................. 9
              2.4 Adat Istiadat Suku Sunda............................................................................. 10
              2.5 Makanan Khas Sunda.................................................................................. 19
              2.6 Sistem Kemasyarakatan dan Organisasi Sosial ............................................ 23
              2.7 Bahasa dan Religius..................................................................................... 24
              2.8 Hal-Hal yang Dianggap Tabu Oleh Masyarakat Sunda................................ 24
BAB III. Penutup
              3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 26
              3.2 Saran........................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sistem kekerabatan dan organisasi sosial,  Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Sedangkan   organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain.
 Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kebudayaan adalah suatu kebiasaan yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, adat istiadat, norma, dan lain sebagainya. Kebudayaan suatu suku adalah pencerminan atau tanda dari suku yang bersangkutan, misalnya seperti budaya Sunda yang terkenal dengan keramahan dan kesantunannya.

1.2  Rumusan masalah
  Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah kebudayaan Sunda ?
2.      Apa saja nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat Sunda ?
3.      Apa saja kelebihan budaya Sunda ?
4.      Bagaimanakah adat-istiadat suku Sunda ?
5.      Apa saja makanan khas Sunda ?
6.      Bagaimana sistem kemasyarakatan / organisasi sosial masyarakat Sunda ?
7.      Bagaimana bahasa maupun religi yang terdapat dikebudayaan Sunda ?
8.      Apa saja hal yang dianggap tabu oleh masyarakat Sunda ?

1.3  Tujuan Penelitian
                  Makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengerti atau memahami tentang budaya Sunda yang telah mendunia sekarang ini.




































BAB II
KAJIAN TEORITIS

A.   Budaya Sunda
Kebudayaan Sunda adalah salah satu budaya di Indonesia yang berusia tua dibanding budaya Jawa. Sunda merupakan budaya pada wilayah Barat pulau Jawa, namun seiring berjalannya waktu budaya ini menjadi sangat terkenal. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda ialah cikal bakal peradaban di Nusantara. Dimulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yaitu Salakanagara dan Tarumanegara.
Sunda berasal dari kata Su = Bagus/ Baik, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/ karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Dalam kebudayaan Sunda terdapat etos atau watak tentang satu jalan menuju keutamaan hidup, diantaranya adalah :
  1. Cageur, yakni harus sehat jasmani dan rohani, sehat berpikir, sehat berpendapat, sehat lahir dan batin, sehat moral, sehat berbuat dan bertindak, sehat berprasangka atau menjauhkan sifat suudzan.
  2. Bageur yaitu baik hati, sayang kepada sesama, banyak memberi pendapat dan kaidah moril terpuji ataupun materi, tidak pelit, tidak emosional, baik hati, penolong dan ikhlas menjalankan serta mengamalkan, bukan hanya dibaca atau diucapkan saja.
  3. Bener yaitu tidak bohong, tidak asal-asalan dalam mengerjakan tugas pekerjaan, amanah, lurus menjalankan agama, benar dalam memimpin, berdagang, tidak memalsu atau mengurangi timbangan, dan tidak merusak alam.
  4. Singer, yaitu penuh mawas diri bukan was-was, mengerti pada setiap tugas, mendahulukan orang lain sebelum pribadi, pandai menghargai pendapat yang lain, penuh kasih sayang, tidak cepat marah jika dikritik tetapi diresapi makna esensinya.
  5. Pinter, yaitu pandai ilmu dunia dan akhirat, mengerti ilmu agama sampai ke dasarnya, luas jangkauan ilmu dunia dan akhirat walau berbeda keyakinan, pandai menyesuaikan diri dengan sesama, pandai mengemukakan dan membereskan masalah pelik dengan bijaksana, dan tidak merasa pintar sendiri sambil menyudutkan orang lain.
Suku Sunda juga merupakan suku yang memiliki banyak kebudayaan daerah, diantaranya:
11.      Pakaianadat Jawa Barat
Hasil gambar untuk 1. Pakaian adat Jawa Barat
Suku sunda mempunyai pakaian adat/tradisional yang sangat terkenal, yaitu kebaya. Kebaya merupakan pakaian khas Jawa Barat yang sangat terkenal, sehingga kini kebaya bukan hanya menjadi pakaian khas sunda saja tetapi sudah menjadi pakaian adat nasinal. Itu merupakan suatu bukti bahwa kebudayaan daerah merupakan bagian dari kebudayaan nasional.

22.      Kesenian khas Jawa Barat
a.       Wayang Golek
Hasil gambar untuk a. Wayang Golek




Wayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat yaitu kesenian yang menapilkan dan membawakan alur sebuah cerita yang bersejarah. Wayang Golek ini menampilkan golek yaitu semacam boneka yang terbuat dari kayu yang memerankan tokoh tertentu dalam cerita pawayangan serta dimainkan oleh seorang Dalang dan diiringi oleh nyanyian serta iringan musik tradisional Jawa Barat yang disebut dengan degung.

b.      Jaipong
Jaipong merupakan tarian tradisional dari Jawa Barat, yang biasanya menampilkan penari dengan menggunakan pakaian khas Jawa Barat yang disebut kebaya, serta diiringi musik tradisional Jawa Bart yang disebut Musik Jaipong.Jaipong ini biasanya dimainkan oleh satu orang atau sekelompok penari yang menarikan gerakan – gerakan khas tari jaipong.
Hasil gambar untuk jaipong

c.       Degung
Degung merupakan sebuah kesenian sunda yang biasany dimainkan pada acara hajatan. Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar. Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya.Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebgai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya.

d.      Rampak Gendang
Rampak Gendang merupakan kesenian yang berasal dari Jawa Barat. Rampak Gendang ini adalah pemainan menabuh gendang secara bersama-sama dengan menggunakan irama tertentu serta menggunakan cara-cara tertentu untuk melakukannya, pada umumnya dimainkan oleh lebih dari empat orang yang telah mempunyai keahlian khusus dalam menabuh gendang. Biasanya rampak gendang ini diadakan pada acara pesta atau pada acara ritual.
Hasil gambar untuk Degung

e.       Calung
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Calung, calung ini adalah kesenian yang dibawakan dengan cara memukul/mengetuk bambu yang telah dipotong dan dibentuk sedemikian rupa dengan pemukul/pentungan kecil sehingga menghasilkan nada-nada yang khas. Biasanya calung ini ditampilkan dengan dibawakan oleh 5 orang atau lebih. Calung ini biasanya digunakan sebagai pengiring nyanyian sunda atau pengiring dalam lawakan.
Hasil gambar untuk Rampak Gendang

f.       Pencak Silat
Pencak silat merupakan kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yang kini sudah menjadi kesenian Nasional. Pada awalnya pencak Silat ini merupakan tarian yang menggunakan gerakan tertentu yang gerakannya itu mirip dengan gerakan bela diri. Pada umumnya pencak silat ini dibawakan oleh dua orang atau lebih, dengan memakai pakaian yang serba hitam, menggunakan ikat pinggang dari bahan kain yang diikatkan dipinggang, serta memakai ikat kepala dari bahan kain yang orang sunda menyebutnya Iket. Pada umumnya kesenian pencaksilat ini ditampilkan dengan diiringi oleh musik yang disebut gendang penca, yaitu musik pengiring yang alat musiknya menggunakan gendang dan terompet.

g.      Sisingaan
Sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah Subang Jawa barat. Kesenian ini ditampilkan dengan cara menggotong patung yang berbentuk seperti singa yang ditunggangi oleh anak kecil dan digotong oleh empat orang serta diiringi oleh tabuhan gendang dan terompet. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara peringatan hari-hari bersejarah.
Hasil gambar untuk Sisingaan

h.      Kuda Lumping
Kuda Lumping merupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya seperti kesurupan. Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi dengan tabuhan gendang dan terompet. Keanehan kesenian ini adalah orang yang memerankannya akan mampu memakan kaca serta rumput. Selain itu orang yang memerankannya akan dicambuk seperti halnya menyambuk kuda. Biasanya kesenian ini dipimpin oleh seorang pawang. Kesenian ini merupakan kesenian yang dalam memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat khusus karena merupakan kesenian yang cukup berbahaya.

i.        Bajidoran
Hasil gambar untuk Bajidoran

Bajidoran merupakan sebuah kesenian yang dalam memainkannya hampir sama dengan permainan musik modern, cuma lagu yang dialunkan merupakan lagu tradisional atau lagu daerah Jawa Barat serta alat-alat musik yang digunakannya adalah alat-alat musik tradisional Jawa Barat seperti Gendang, Goong, Saron, Bonang, Kacapi, Rebab, Jenglong serta Terompet.
Bajidoran ini biasanya ditampilkan dalam sebuah panggung dalam acara pementasan atau acara pesta.

j.        Cianjuran
      Cianjuran merupakan kesenian khas Jawa Barat. Kesenian ini menampilkan nyanyian yang dibawakan oleh seorang penyanyi, lagu yang dibawakannya pun merupakan lagu khas Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat memberikan nama lain untuk nyanyian Cianjuran ini yaitu Mamaos yang artinya bernyanyi.
Hasil gambar untuk Cianjuran

k.      Kacapi Suling
Kacapi suling adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan alat musik tradisional yang hanya menggunakan Kacapi dan Suling. Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda yang pada umumnya nyanyian atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi perempuan, yang dalam bahasa sunda disebut Sinden.
Hasil gambar untuk Kacapi suling

l.         Reog
Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Reog, kesenian ini pada umumnya ditampilkan dengan bodoran, serta diiringi dengan musik tradisional yang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yang mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan dengan membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan adalah cerita lucu atau lelucon.


B.   Nilai Budaya Sunda
Budaya Sunda memiliki nilai-nilai tersendiri yang berbeda dari budaya daerah lainnya. Masyarakat Sunda merupakan masyarakat yang lembut, religius,dan spiritual. Mereka sesuai dengan pameo silihasih, silihasah, dan silihasuh. Artinya yaitu masyarakat Sunda saling mengasihi, saling memperbaiki diri, dan saling melindungi. Sebagian masyarakat Sunda masih mempertahankan upacara adat asli Sunda. Mereka juga senang bergotong royong sehingga terjalin kebersamaan antar warga. Nilai saling mengasihi yang ditanamkan pada masyarakat Sunda ini dapat dikembangkan untuk kepentingan masyarakat luas.
Setiap orang juga perlu saling memperbaiki diri mereka dengan pendidikan dan berbagi ilmu. Tak sampai di sanasaja, tapi masyarakat Sunda juga perlu saling melindungi untuk menjaga keselamatan antarawarga. Secara garis besar nilai budaya Sunda ini memperlihatkan sisi kebersamaan yang kuat karena tidak hanya untuk satu individu saja tapi untuk tujuan kebersamaan.

C.   Kelebihan Budaya Sunda
Setiap kebudayaan daerah membawa cirri khas masing-masing yang membuatnya berbeda satu sama lain, begitu juga dengan budaya sunda. Kebudayaan Sunda sendiri memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kebudayaan Indonesia. Kesenian Sunda misalnya sering mewakilkan Indonesia di berbagai ajang dan acara internasional. Angklung sendiri sudah dikenalkan di luar negeri, salah satunya di Amerika. Melalui kesenian Sunda tersebut, budaya Indonesia menjadi lebih dikenal oleh bangsa asing.
Budaya Sunda juga tidak hanya berupa kesenian seperti tari-tarian dan alat musik, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa mereka memiliki watak dan nilai budaya. Watak dan nilai budaya tersebut akan membentuk karakter masyarakat Sunda yang tersendiri. Mereka tergolong masyarakat yang membudayakan kerjasama satu sama lain. Hal tersebut sangat bagi bagi persatuan dan kemajuan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Sampai saat ini kebudayaan Sunda terus dipelihara dan dikembangkan baik itu di Jawa Barat ataupun disebarkan kedaerah dan Negara lainnya.

D.   Adat Istiadat Suku Sunda
Kata adat berasal dari Bahasa Arab (dalam Bahasa Sunda: biasa, umum, lumrah), artinya: segala hal yang senantiasa tetap atau sering diterapkan kepada manusia atau binatang yang mempunyai nyawa. Kata adat, sedapat mungkin dipergunakan untuk menghaluskan perbuatan, perlakuan, yang membuat kebaikan dengan orang lain, yang sama adatnya dan tata cara pada umumnya misalnya yang terdapat dalam satu desa atau satu negara, seagama maupun kebudayaannya. Apabila melanggar adat, misalnya dalam mengenakan pakaian yang terbalik, pakaian yang terlalu bagus atau terlalu jelek. Begitu juga dengan perkataan yang tidak sesuai dengan orang lain, duduk tidak sama rendah, berdiri tidak sama tinggi dengan sesama. Maka yang bersangkutan telah keluar dari lingkungan adat kelompoknya.
Adat istiadat yang diwariskan leluhurnya pada masyarakat Sunda masih dipelihara dan dihormati. Dalam daur hidup manusia dikenal upacara-upacara yang bersifat ritual adat seperti: upacara adat Masa Kehamilan, Masa Kelahiran, Masa Anak-anak, Perkawinan, Kematian dll. Demikian juga dalam kegiatan pertanian dan keagamaan dikenal upacara adat yang unik dan menarik. Itu semua ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur dan mohon kesejahteraan dan keselamatan lahir bathin dunia dan akhirat. Berikut adalah adat istiadat yang terdapat pada suku Sunda :
a.       Upacara adat pada masa kehamilan
1.      Upacara mengandung empat bulan
Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung 2 atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan barulah disebut hamil. Upacara mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan sebagai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah betul-betul hamil. Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada saat kehamilan menginjak empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada cabang bayi oleh Allah SWT.

2.      Upacara Mengandung tujuh bulan/tingkeban
Upacara Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkeban berasal dari kata tingkeb artinya tutup, artinya adalah si ibu yang sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini biasa diadakan pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat Lukman dan surat Maryam. Di samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya mendapatkan keselamatan dunia-akhirat.
Sesudah selesai dimandikan biasanya ibu hamil didandani dibawa menuju ke tempat rujak kanistren tadi yang sudah dipersiapkan. Kemudian sang ibu menjual rujak itu kepada anak-anak dan para tamu yang hadir dalam upacara itu, dan mereka membelinya dengan menggunakan talawengkar, yaitu genteng yang sudah dibentuk bundar seperti koin. Sementara si ibu hamil menjual rujak, suaminya membuang sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran, belut, bunga, dsb. Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang empat atau simpang tiga.

3.      Upacara mengandung sembilan bulan
Upacara sembilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuat bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya mendapat kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasa dibagikan beserte nasi tumpeng atau makanan lainnya.

4.      Upacara reuneuh mundingeun
Upacara ini dilaksanakan apabila seorang perempuan yang telah hamil tua tetapi belum melahirkan juga. Perempuan hamil itu disebut reuneuh munding seperti munding atau kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar si perempuan dapat melahirkan, jangan seperti kerbau dan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Pada pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok sambil dibawa berkeliling oleh indung beurang sambil mambaca doa. Apabila tidak ada kandang kerbau, maka kelilingilah rumah sebanyak 7 x. Perempuan hamil itu harus dibuat seperti kerbau dan harus menirukan suara kerbau, kemudian dimandikan oleh indung beurang di dalam rumah. Di kota upacara ini sudah sangat jarang dilakukan.

b.      Upacara kelahiran dan masa bayi
1.      Upacara memelihara tembuni
Tembuni/placenta dipandang sebagai saudara bayi karena itu tidak boleh dibuang sembarangan, tetapi harus diadakan upacara waktu menguburnya atau menghanyutkannya ke sungai. Bersamaan dengan bayi dilahirkan, tembuni (placenta) yang keluar biasanya dirawat dibersihkan dan dimasukan ke dalam pendil dicampuri bumbu-bumbu garam, asam dan gula merah lalu ditutup memakai kain putih yang telah diberi udara melalui bambu kecil (elekan). Pendil diemban dengan kain panjang dan dipayungi, biasanya oleh seorang paraji untuk dikuburkan di halaman rumah atau dekat rumah. Ada juga yang dihanyutkan ke sungai secara adat. Upacara penguburan tembuni disertai pembacaan doa selamat dan menyampaikan hadiah atau tawasulan kepada Syeh Abdulkadir Jaelani dan ahli kubur. Di dekat kuburan tembuni itu dinyalakan cempor/pelita sampai tali pusat bayi lepas dari perutnya. Upacara tembuni itu dilaksanakan agar bayi selamat dan kelak akan bahagia.

2.      Upacara nenjrag bumi
Upacara ini adalah upacara memukul alu bumi sebanyak tujuh kali di dekat bayi. Pada saat pelaksanaannya bayi di baringkan di atas bambu yang telah di belah-belah, kemudian indung beurang menghentakkan kakinya di dekat bayi tersebut. Upacara ini diselenggarakan agar ketika bayi itu tumbuh dewasa ia tidak mudah terkejut atau ketakutan.

3.      Upacara puput puseur
Ketika bayi telah terlepas dari tali pusatnya biasanya diadakan selamatan. Tali pusat yang telah terlepas itu dimasukkan ke dalam kanjut kundang oleh indung beurang. Kemudian pusar bayi ditutup dengan logam yang telah dibungkus kain kasa dan kapas yang kemudian diikat pada perut bayi, maksudnya agar pusat bayi tidak menonjol ke luar. Ada juga pada saat upacara ini dilaksanakan sekaligus dengan pemberian nama bayi. Pada upacara ini dibacakan doa selamat, dan disediakan bubur merah bubur putih. Ada kepercayaan bahwa tali pusat (tali ari-ari) termasuk saudara bayi juga yang harus dipelihara dengan sungguh-sungguh. Adapun saudara bayi yang tiga lagi ialah tembuni, pembungkus, dan kakawah. Tali ari, tembuni, pembungkus, dan kakawah biasa disebut dulur opat kalima pancer, yaitu empat bersaudara dan kelimanya sebagai pusatnya ialah bayi itu. Kesemuanya itu harus dipelihara dengan baik agar bayi itu kelak setelah dewasa dapat hidup rukun dengan saudara-saudaranya (kakak dan adiknya) sehingga tercapailah kebahagiaannya.

4.      Upacara ekah
Ekah sebenarnya berasal dari bahasa Arab yaitu “Aqiqatun” yang artinya anak kandung. Upacara ekah adalah upacara ekah adalah ungkapan rasa syukur karena telah diberikan anak oleh Allah SWT.Pada pelaksanaan upacara ini biasanya diselenggarakan setelah bayi berusia 7 hari, atau 14 hari, dan boleh juga setelah 21 hari. Perlengkapan yang harus disediakan adalah domba atau kambing untuk disembelih, jika anak laki-laki dombanya harus dua (kecuali bagi yang tidak mampu cukup seekor), dan jika anak perempuan hanya seekor saja. Domba yang akan disembelih untuk upacara Ekah itu harus yang baik, yang memenuhi syarat untuk kurban. Selanjutnya domba itu disembelih oleh ahlinya atau Ajengan dengan pembacaan doa selamat, dan setelah itu dibagikan kepada tetangga.

5.      Upacara nurunkeun
Upacara nurunkeun adalah upacara pertama kali bayi di bawa ke halaman rumah, dan pemberitahuan kepada tetangga bahwa bayi telah dapat dibawa berjalan-jalan. Upacara Nurun keun dilaksanakan setelah tujuh hari upacara Puput Puseur. Pada pelaksanaannya biasa diadakan pengajian untuk keselamatan dan sebagai hiburannya diadakan pohon tebu atau pohon pisang yang digantungi aneka makanan, permainan anak-anak yang diletakan di ruang tamu. Untuk diperebutkan oleh tetangga terutama anak-anak.
6.      Upacara cukuran/marhaban
Upacara cukuran dimaksudkan untuk membersihkan atau menyucikan rambut bayi dari segala macam najis. Upacara cukuran atau marhabaan juga merupakan ungkapan syukuran atau terima kasih kepada Tuhan YME yang telah mengkaruniakan seorang anak yang telah lahir dengan selamat. Upacara cukuran dilaksanakan pada saat bayi berumur 40 hari. Pada pelaksanaannya bayi dibaringkan di tengah-tengah para undangan disertai perlengkapan bokor yang diisi air kembang 7 rupa dan gunting yang digantungi perhiasan emas berupa kalung, cincin atau gelang untuk mencukur rambut bayi. Pada saat itu mulailah para undangan berdo’a dan berjanji atau disebut marhaban atau pujian, yaitu memuji sifat-sifat nabi Muhammad saw. dan membacakan doa yang mempunyai makna selamat lahir bathin dunia akhirat. Pada saat marhabaan itulah rambut bayi digunting sedikit oleh beberapa orang yang berdoa pada saat itu.

7.      Upacara turun taneuh
Upacara Turun Taneuh ialah upacara pertama kali bayi menjejakkan kakinya ke tanah, diselenggarakan setelah bayi itu dapat merangkak atau melangkah sedikit-sedikit. Upacara ini dimaksudkan agar si anak mengetahui keduniawian dan untuk mengetahui akan menjadi apakah anak itu kelak, apakah akan menjadi petani, pedagang, atau akan menjadi orang yang berpangkat.
Perlengkapan yang disediakan harus lebih lengkap dari upacara Nurunkeun, selain aneka makanan juga disediakan kain panjang untuk menggendong, tikar atau taplak putih, padi segenggam, perhiasan emas (kalung, gelang, cincin), uang yang terdiri dari uang lembaran ratusan, rebuan, dan puluh ribuan. Jalannya upacara, apabila para undangan telah berkumpul diadakan doa selamat, setelah itu bayi digendong dan dibawa ke luar rumah.
Di halaman rumah telah dipersiapkan aneka makanan, perhiasan dan uang yang disimpan di atas kain putih, selanjutnya kaki si anak diinjakan pada padi/ makanan, emas, dan uang, hal ini dimaksudkan agar si anak kelak pintar mencari nafkah. Kemudian anak itu dilepaskan di atas barang-barang tadi dan dibiarkan merangkak sendiri, para undangan memperhatikan barang apa yang pertama kali dipegangnya. Jika anak itu memegang padi, hal itu menandakan anak itu kelak menjadi petani. Jika yang dipegang itu uang, menandakan anak itu kelak menjadi saudagar/pengusaha. Demikian pula apabila yang dipegangnya emas, menandakan anak itu kelak akan menjadi orang yang berpangkat.

c.       Upacara masa kanak-kanak
1.      Upacara Gusuran
Gusaran adalah meratakan gigi anak perempuan dengan alat khusus. Maksud upacara Gusaran ialah agar gigi anak perempuan itu rata dan terutama agar bertambah cantik. Upacara Gusaran dilaksanakan apabila anak perempuan sudah berusia tujuh tahun. Jalannya upacara, anak perempuan setelah didandani duduk di antara para undangan, selanjutnya membacakan doa dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian Indung beurang melaksanakan gusaran terhadap anak perempuan itu, setelah selesai lalu dibawa ke tangga rumah untuk disawer (dinasihati melalui syair lagu). Selesai disawer, kemudian dilanjutkan dengan makan-makan. Biasanya dalam upacara Gusaran juga dilaksanakan tindikan, yaitu melubangi daun telinga untuk memasang anting-anting, agar tampak lebih cantik.

2.      Upacara sepitan/sunatan
Upacara sunatan/khitanan dilakukan dengan maksud agar alat vitalnya bersih dari najis . Anak yang telah menjalani upacara sunatan dianggap telah melaksanakan salah satu syarat utama sebagai umat Islam. Upacara Sepitan anak perempuan diselenggarakan pada waktu anak itu masih kecil atau masih bayi. Upacara sunatan diselenggarakan biasanya jika anak laki-laki menginjak usia 6 tahun. Dalam upacara sunatan selain paraji sunat, juga diundang para tetangga, handai tolan dan kerabat. Pada pelaksanaannya, pagi-pagi sekali anak yang akan disunat dimandikan atau direndam di kolam sampai menggigil (kini hal semacam itu jarang dilakukan lagi berhubung teknologi kesehatan sudah berkembang), kemudian dipangku dibawa ke halaman rumah untuk disunat oleh paraji sunat (bengkong), banyak orang yang menyaksikan diantaranya ada yang memegang ayam jantan untuk disembelih, ada yang memegang petasan dan macam-macam tetabuhan sambil menyanyikan marhaba. Bersamaan dengan anak itu disunati, ayam jantan disembelih sebagai bela, petasan disulut, dan tetabuhan dibunyikan . Kemudian anak yang telah disunat dibawa ke dalam rumah untuk diobati oleh paraji sunat. Tidak lama setelah itu para undangan pun berdatangan. Mereka memberikan uang/ nyecep kepada anak yang disunat itu agar bergembira dan dapat melupakan rasa sakitnya. Pada acara ini ada pula yang menyelenggarakan hiburan, seperti wayang golek, tarian dan sebagainya.

d.      Upacara adat perkawinan
Upacara adat perkawinan dapat diurutkan dari adat sebelum akad nikah, saat akad nikah dan setelah nikah.
1.      Sebelum akad nikah
a.       Neundeun Omong : yaitu kunjungan orang tua jejaka kepada orang tua si gadis untuk bersilaturahmi dan menyimpan pesan bahwa kelak anak gadisnya akan dilamar.
b.      Ngalamar : nanyaan atau nyeureuhan yaitu kunjungan orang tua jejaka untuk meminang/melamar si gadis, dalam kunjungan tersebut dibahas pula mengenai rencana waktu penikahannya. Sebagai acara penutup dalam ngalamar ini si pelamar memberikan uang sekedarnya kepada orang tua si gadis sebagai panyangcang atau pengikat, kadang-kadang dilengkapi pula dengan sirih pinang selengkapnya disertai kue-kue & buah-buahan. Mulai saat itu si gadis telah terikat / bertunangan.
c.       Seserahan: yaitu menyerahkan  calon pengantin pria kepada calon mertuanya untuk dikawinkan kepada si gadis. Pada acara ini biasa dihadiri oleh para kerabat terdekat, di samping itu calon pengantin pria juga menyerahkan barang-barang berupa uang, pakaian, perhiasan, kosmetik dan perlengkapan wanita, dalam hal ini tergantung pula pada kemampuan pihak calon pengantin pria. Upacara ini dilakukan 1 atau 2 hari sebelum hari perkawinan atau adapula yang melaksanakan pada hari perkawinan sebelum akad nikah dimulai.
d.      Ngeuyeuk Seureuh: artinya mengerjakan dan mengatur sirih serta mengait-ngaitkannya. Upacara ini dilakukan sehari sebelum hari perkawinan, yang menghadiri upacara ini adalah kedua calon pengantin, orang tua calon pengantin dan para undangan yang telah dewasa. Upacara dipimpin oleh seorang pengetua, benda perlengkapan untuk upacara ini seperti sirih beranting, setandan buah pinang, mayang pinang, tembakau, kasang jinem/kain, elekan, dll semuanya mengandung makna/perlambang dalam kehidupan berumah tangga. Upacara ngeuyeuk seureuh dimaksudkan untuk menasihati kedua calon mempelai tentang pandangan hidup dan cara menjalankan kehidupan berumah tangga berdasarkan etika dan agama, agar bahagia dan selamat.

2.      Upacara akad nikah
Upacara perkawinan dapat dilaksanakan apabila telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam agama Islam dan adat. Setelah dilakukan ijab-qobul dengan baik selanjutnya mempelai pria membacakan talek, yang bermakna ‘janji’ dan menandatangani surat nikah. Acara di akhiri dengan penyerahan mas kawin oleh mempelai pria kepada mempelai wanita.

3.      Upacara setelah akad nikah
a)   Munjungan/sungkeman : yaitu kedua mempelai sungkem kepada kedua tua untuk memohon doa restu.
b)   Upacara Sawer (Nyawer): perlengkapan yang diperlukan adalah sebuah bokor yang berisi beras kuning, uang kecil (receh) /logam, bunga, dua buah tektek (lipatan sirih yang berisi ramuan untuk menyirih), dan permen. Pada pelaksanaannya kedua mempelai duduk di halaman rumah di bawah cucuran atap (panyaweran), upacara dipimpin oleh juru sawer. Juru sawer menaburkan isi bokor tadi kepada kedua pengantin dan para undangan sebagai selingan dari syair yang dinyanyikan olehnya sendiri. Adapun makna dari upacara nyawer tersurat dalam syair yang ditembangkan juru sawer, intinya adalah memberikan nasehat kepada kedua mempelai agar saling mengasihani, dan mendo’akan agar kedua mempelai mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam membina rumah tangganya, hidup rukun sampai di akhir hayatnya.
c)   Upacara Nincak Endog : atau upacara injak telur yaitu setelah upacara nyawer, kedua mempelai mendekati tangga rumah , di sana telah tersedia perlengkapan seperti sebuah ajug/lilin, seikat harupat (sagar enau) berisikan 7 batang, sebuah tunjangan atau barera (alat tenun tradisional) yang diikat kain tenun poleng, sebuah elekan, sebutir telur ayam mentah, sebuah kendi berisi air, dan batu pipisan, semua perlengkapan ini mempunyai perlambang. Dalam pelaksanaannya lilin dinyalakan, mempelai wanita membakar ujung harupat selanjutnya dibuang, lalu mempelai pria menginjak telur, setelah itu kakinya ditaruh di atas batu pipisan untuk dibasuh air kendi oleh mempelai wanita dan kendinya langsung dihempaskan ke tanah hingga hancur. Makna dari upacara ini adalah menggambarkan pengabdian seorang istri kepada suaminya.
d)  Upacara Buka Pintu : upacara ini dilaksanakan setelah upacara nincak endog, mempelai wanita masuk ke dalam rumah sedangkan mempelai pria menunggu di luar, hal ini menunjukan bahwa mempelai wanita belum mau membukakan pintu sebelum mempelai pria kedengaran mengucapkan sahadat. Maksud upacara ini untuk meyakinkan kebenarannya beragama Islam. Setelah membacakan sahadat pintu dibuka dan mempelai pria dipersilakan masuk.
e)   Upacara Huap Lingkung : Kedua mempelai duduk bersanding, yang wanita di sebelah kiri pria, di depan mempelai telah tersedia adep-adep yaitu nasi kuning dan bakakak ayam (panggang ayam yang bagian dadanya dibelah dua). Mula-mula bakakak ayam dipegang kedua mempelai lalu saling tarik menarik hingga menjadi dua. Siapa yang mendapatkan bagian terbesar dialah yang akan memperoleh rejeki besar diantara keduanya. Setelah itu kedua mempelai huap lingkung , saling menyuapi. Upacara ini dimaksudkan agar kedua mempelai harus saling memberi tanpa batas, dengan tulus dan ikhlas sepenuh hati. Sehabis upacara huap lingkung kedua mempelai dipersilakan duduk di pelaminan diapit kedua orang tua mempelai untuk menerima ucapan selamat kepada pengantin.

e.       Upacara adat kematian
      Pada garis besarnya rangkaian upacara adat kematian dapat digambarkan sebagai berikut: memandikan mayat, mengkafani mayat, menyolatkan mayat, menguburkan mayat, menyusur tanah dan tahlilan, yaitu pembacaan do’a dan zikir kepada Allah swt. agar arwah orang yang baru meninggal dunia itu diampuni segala dosanya dan diterima amal ibadahnya, juga mendo’kan agar keluarga yang ditinggalkannya tetap tabah dan beriman dalam menghadapi cobaan. Tahlilan dilaksanakan di rumahnya, biasanya sore/malam hari pada hari pertama wafatnya (poena), tiluna (tiga harinya), tujuhna (tujuh harinya), matangpuluh (empat puluh harinya), natus (seratus hari), mendak taun (satu tahunnya), dan newu (seribu harinya). Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat sunda kaya akan adat istiadat dan tradisi berupa upacara-upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat dalam memperingati suatu momen. Upacara tersebut juga bisa sebagai rasa syukur terhadap Tuhan atas karunia dan nikmatNya. Karena kebanyakan dari mereka percaya bila tidak diadakan upacara-upacara tersebut maka akan pamali atau segala sesuatu yang dianggap tabu bila tidak dikerjakan.Tradisi masyarakat sunda cenderung turun temurun dari nenek moyang hingga ke cicit-cicitnya. mereka mengenalkan tradisi tersebut dalam kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat. Namun untuk masyarakat pedesaan umumnya tradisi tersebut sangat kuat daripada masyarakat perkotaan. Hal ini dikarenakan masyarakat perkotaan lebih terbuka terhadap hal-hal baru yang bisa mengubah tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang turun temurun.

f.       Munggahan, tradisi suku Sunda pada bulan ramadhan
Hasil gambar untuk Munggahan

Orang Sunda merupakan salah satu suku yang masih memegang teguh tradisi yang mereka miliki dan melestarikannya. Salah satu tradisi yang hingga saat ini masih dilakukan adalah tradisi Munggahan. Tradisi ini merupakan bentuk syukur atas akan datangnya bulan Ramadhan. Karena itulah pelaksanannya pun selalu diadakan sehari sebelum dan saat hari pertama puasa. Selain itu, di setiap kota di Jawa Barat mungkin memiliki sedikit perbedaan dalam menjalani tradisi ini, namun tradisi ini adalah hal wajib bagi masyarakat Sunda. Salah satu kesamaannya yakni berkumpulnya anggota keluarga untuk bersilaturahmi, berdoa bersama, dan makan sahur bersama.

E.    Makanan Khas Sunda
Makanan khas Sunda memang memiliki rasa yang enak, Sunda bukan hanya terkenal dengan kebudayaan yang ramah tetapi juga terkenal dengan berbagai makanannya. Berikut ialah makanan khas Sunda :
1.      Tahu Sumedang
Sesuai dengan namanya, makanan ini merupakan makanan olahan tahu khas Sumedang yang biasa dicampur dengan cabai, ataupun yang lainnya.
Hasil gambar untuk Tahu Sumedang

2.      Karedok
Merupakan makanan khas daerah di Indonesia. Karedok dibuat dengan bahan-bahan sayuran mentah antara lain; ketimun, tauge, kol, kacang panjang, daun kemangi, dan terong. Sedangkan sausnya adalah bumbu kacang yang dibuat dari cabai merah, bawang putih, kencur, kacang tanah, air asam, gula jawa, garam, dan terasi.
Hasil gambar untuk Karedok

3.      Perkedel Bondon
      Perkedel kentang yang dimasak atau digoreng di atas tungku api, dan bahan bakan untuk menyalakan api/baranya menggunakan kayu atau arang. Mungkin cara memasaknya ini lah yang membuat perkedel ini sangat nikmat disajikan panas panas dan dengan sambal saja sudah cukup untuk menemani nasi sebagai lauk untuk bersantap.
Hasil gambar untuk Perkedel kentang

4.      Gepuk
      Gepuk adalah makanan khas Jawa Barat yang terbuat dari daging sapi,terasa sedikit manis dan gurih. Biasanya gepuk dibuat dengan daging sapi,yang diiris searah dengan serat daging dan direbus setengah mateng, kemudian di pukul pukul hingga agak empuk. Daging yang sudah empuk direndam kedalam bumbu yang dicampur dengan santan.kemudian direbus kembali hingga air santan menyusut.Jika akan disajikan gorenglah gepuk dengan sedikit minyak hingga kecokelatan dan angkat.Gepuk akan lebih enak di santap dengan nasi hangat dan sambel yang kami sediakan.
Hasil gambar untuk Gepuk

5.      Colenak
      Makanan khas Sunda yag berikutnya dalah Colenak yang merupakan singkata dari dicocol enak (Bahasa Sunda),merupakan makanan yang dibuat dari peuyeum (tape singkong) yang dibakar kemudian disajikan dengan saus yang terbuat dari parutan kelapa dan gula merah. Karena kandungan gula di dalam tape maka tape tersebut mudah gosong, meski ini adalah bagian yang terenak bagi beberapa orang.
Hasil gambar untuk Colenak

6.      Nasi Timbel
Merujuk kepada cara memasak dengan membungkus nasi panas di dalam daun pisang. Panas nasi menjadikan aroma daun pisang luruh dan menambah aroma nasi. Caranya hampir sama dengan membuat lontong; ditekan, dipadatkan, dan digulung dengan daun pisang; biasnya disajikan bersama beberapa pilihan lauk-pauk teman nasi seperti ayam, bebek, atau merpati goreng, empal gepuk, jambal roti, tahu, tempe, sayur asem, lalab dan sambal. Nasi timbel pada perkembangannya mengilhami resep nasi bakar.
Hasil gambar untuk Nasi Timbel

7. Cireng
Hasil gambar untuk Cireng

Cireng (singkatan dari aci goreng, bahasa Sunda untuk ‘tepung kanji goreng’) adalah makanan ringan yang berasal dari daerah Sunda yang dibuat dengan cara menggoreng campuran adonan yang berbahan utama tepung kanji. Makanan ringan ini sangat populer di daerah Priangan, dan dijual dalam berbagai bentuk dan variasi rasa. Makanan ini cukup terkenal pada era 80-an. Bahan makanan ini antara lain terdiri dari tepung kanji, tepung terigu, air, merica bubuk, garam, bawang putih, kedelai, daun bawang dan minyak goreng. 

7.      Misro
      Misro merupakan makanan khas dari Jawa Barat. Terbuat dari parutan singkong yang bagian dalamnya diisi dengan gula merah kemudian digoreng, karena itulah dinamai Misro yang merupakan kependekan dari amis di jero (bahasa Sunda, artinya: manis di dalam). Bentuknya bulat. Makanan ini enak disantap saat hangat.
Hasil gambar untuk Misro

F.    Sistem Kemasyarakatan / Organisasi Sosial
Dilihat dari sudut sejarah, organisasi sosial yang hidup dalam masyarakat di jawa barat ada yang mempunyai ciri-ciri lembaga/organisasi tradisional dan organisasi modern. Yang di maksud organisasi tradisional adalah organisasi yang muncul sebagai  hasil inisiatif dan kreatif masyarakat desa, yang didorong oleh kebutuhan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya,sedangkan organsasi modern adalah lahir karena sengaja di bentuk, biasanya dari pihak atas desa dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya. Oganisasi tradisional yang masih banyak ditemui dan dilakukan masyarakat sunda adalah :
1.       Organisasi tradisional yang merupakan ikatan hubungan antara pemilik tanah  dengan penggarap tanah seperti :
a.       Memaro yaitu bagian hasil panen sama
b.      Mertelu yaitu bagian hasil panen 1 berbanding 2
c.       Mlayang yaitu bagian hasil panen 10 sangga untuk 3 bau sawah
d.      Hejoan yaitu peminjaman uang yang dibayar dengan hasil panen

2.       Organisasi tradisional yang erat hubungannya dengan kehidupan desa di priangan :
a.       Hiras/ngahiras, biasanya ada dalam mendirikan ruah, tandur dan hajatan
b.      Liliuran yaitu saling tukar tenaga dalam sesuatu pekerjaan A : B atau B : A
c.       Kondangan/Ondangan/Uleman, biasanya terjadi dalam acara syukuran

3.       Organisasi tradisional didasarkan atas kepentingan ekonomi, seperti :
a.       Sistem ijon yaitu peminjaman padi pada musim paceklik dan di bayar pada musim panen dengan bunga tinggi.
b.       Sitem nyambat yaitu permintaan bantuan tenaga dari tetangga dengan imbalan materi
c.       Sistem ceblokan yaitu sistem kontrak penggarap sawah oleh satu kelompok petani sampai panen dan hasil panen di bagi sesuai kesepakatan.
d.       Sistem pajegan yaitu siste kontrak tidak sampai panen
e.   Sistem sewa tanah yaitu menyewakan tanah kepada pemilik modal karena kebutuhan tertentu.

G.   Bahasa dan Religius
Bahasa Sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu unda-usuk bahasa untuk membedakan golongan usia dan status sosial antara lain yaitu:
1.      Bahasa Sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua, orang yang dituakan atau disegani.
2.       Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya.
3.       Bahasa Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih rendah.

     Religius masyarakat Sunda :  Sebagian besar masyarakat suku Sunda menganut agama Islam, namun ada pula yang beragama kristen, Hindu, Budha, dll. Mereka itu tergolong pemeluk agama yang taat, karena bagi mereka kewajiban beribadah adalah prioritas utama. Contohnya dalam menjalankan ibadah puasa, sholat lima waktu, serta berhaji bagi yang mampu. Mereka juga masih mempercayai adanya kekuatan gaib. Terdapat juga adanya upacara-upacara yang berhubungan dengan salah satu fase dalam lingkaran hidup, mendirikan rumah, menanam padi, dan lain-lainnya.

H.    Hal-hal yang Dianggap Tabu Oleh Masyarakat Sunda
Di setiap suku pasti ada hal yang di anggap tabu oleh masyarakat nya, hal tabu yang terdapat di kebudayaan Sunda adalah sebagai berikut :
1.      Jangan makan tebu, sanksinya adalah apabila suatu saat merantau maka akan mati di perantauan.
2.      Tidak boleh bermain, bagi anak-anak saat matahari terbenam, sanksinya adalah akan diganggu oleh makhluk halus.
3.      Jangan makan yang masam-masam saat matahari terbenam, sanksinya adalah akan ditinggal mati oleh ibunya.
4.      Tidak boleh melangkahi padi (Nyi Sri), sanksinya adalah akan mendapat penyakit yang disebabkan setan.
5.      Tidak boleh memandikan kucing, sanksinya adalah dapat berakibat datangnya hujan angin.
6.      Jangan makan sirih yang kasar, sanksinya adalah mati anak sulung.
7.      Anak-anak tidak boleh bermain lalangiran (tengkurap), sanksinya adalah akan mengakibatkan ibunya meninggal dunia.
8.      Perempuan tidak boleh meng-ayunkan tangan kirinya, sanksinya adalah mengakibatkan masakan cepat hais.
9.      Tidak boleh tidur di atas palupuh , sanksinya adalah tidak akan mendapat kebahagiaan.
10.  Tidur tidak boleh terlentang di bawah pangeret (Sepotong bambu atau kayu di antara dua buah tiang), sanksinya adalah akan mengakibatkan mimpi buruk.
     Tampak dalam beberapa petikan tabu di atas, klasifikasi perbuatan dan akibat yang ditimbulkan bagi si pelanggar adalah tidak lebih dari upaya agar etika sosial dan kesehatan tubuh berperan dalam penetapan tabu . pengaruh dari perwajahan dunia gaib dan menyeramkan saat itu menjadi ide untuk menjga agar telah dituangkan dalam tabu tetap terjaga.




BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Kebudayaan adalah suatu kebiasaan yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, adat istiadat, norma, dan lain sebagainya.Kebudayaan Sunda sangat terkenal dengan kelembutannya, baik dari tutur kata maupun ramah dalam menerima tamu dan sebagainya. Dalam kbudayaan Sunda terdapat hal-hal tabu dan bagaimana adat istiadat di Sunda. Dalam kebudayaan Sunda juga tercantum etos dan watak Sunda, yakni cageur, bageur, bener, singer, dan pinter yang sudah lahir sekitar jaman Salakanagara danTarumanagara. Lima kata itu diyakini mampu menghadapi keterpurukan akibat penjajahan pada zaman itu.

B.   Saran
Lestarikanlah kebudayaan kita di Indonesia , bukan hanya budaya Sunda. Budaya-budaya di Indonesia sangat unik dan menarik. Banyak turis berdatangan ke Indonesia untuk melihat atau memahaminya. Dan kita sebagai warga negara Indonesia harus menjaga dan bangga dengan kebudayaan-kebudayaan yang kita miliki. 













DAFTAR PUSTAKA

Adi.Adat Istiadat Suku Sunda.(adi37.blogspot.co.id/2012/12/adat-istiadat-suku-sunda.html.) Diakses pada tanggal 07 Desember 2012 .
Frisca,Febriyani.Munggahan,Tradisi Suku Sunda untuk Sambut Ramadhan. (www.bintang,com/lifestyle/read/2426115/munggahan-tradisi-suku-Sunda-untuk-sambut-ramadhan.) Diakses pada tanggal 01 Februari 2016.
Setiawan,Irvan.Tabu dalam Kebudayaan Sunda.(bpsnt-Bandung.blogspot.co.id/2009/07/tabu-dalam-kebudayaan-sunda.html#.WACxAfSedck.) Diakses pada Bulan Juli 2009.
Komarudin,Hilman.Kebudayaan Sunda. (kebudayaansund.blogspot.co.id/2013/03/sistem-kekerabatan-dan-organisasi-sosial.html). Diakses pada tanggal15 Maret 2013.
Kurnia,Dian.Sistem Organisasi masyarakat Sunda (Potret Kehidupan Urang Sunda). (https://diankurniaa.wordpress.com/2001/05/21/sistem-organisasi-masyarakat-sunda-potret-kehidupan-urang-Sunda/.) Diakses pada tanggal 21 May 2011.
Https://tasik-cyber,blogspot.co.id/2014/08/gambar-dan-nama-pakaian-adat.html.








0 komentar:

Posting Komentar

 

Nona Alviena Published @ 2014 by Ipietoon