Rabu, 27 November 2019

EVOLUSI TEORI KOMUNIKASI



A.     Pelacakan Teori Komunikasi
            Dalam pelacakan teori komunikasi perlu di jelaskan pengertian teori dan teori kominikasi berdasarkan pemikiran para pakar ilmu sosial secara umum dan para pakar komunikasi secara khusus.

1.      Pengertian Teori dan Teori Komunikasi
            Wilbur Schramm dalam buku “Introduction to Mass Communication Research” (Nafziger & White, 1972 : 10) mendefinisikan teori sebagai :
“Suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan daripadanya proposisi bisa dihasilkan yang dapat diuji secra alamiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku”.
(A set of related statements, at high level of abstraction, from which propositions can be generated that are testable by scientific measurements and on the basis of which predictions can be made about behavior).

            Dari definisi itu jelas bahwa teori adalah hasil telaah dengan metode ilmiah. Mengenai metode ilmiah ini, Alexis S Than dalam bukunya “Mass Communication Theoris and Research” (1981) mengungkapkan bahwa yang dimaksudkan metode ilmiah adalah metode penyelidikan atau metode pemaparan kebenaran yang menunjukkan ciri – ciri sebagai berikut :
            a.         Objektivitas (objectivity)
            Metode ilimiah mencari fakta dengan menganalisis informasi dari dunia nyata (real world), yaitu dunia di luar si ilmuawan yang meneliti. Objektivitas dapat dicapai paling tidak dengan dua cara :
1.Empirisme (empirism)
2.Logika formal (formal logic)

b.         Berorientasikan masalah (problem oriented)
            Metode ilmiah akan dapat dimulai hanya lkalau seorang peneliti mengakui adanya masalah, baik yang praktis maupun yang teoritis, yang  memerlukan keputusan.

c.         Dipandu hipotesis (prolem oriented)
            Suatu hipotesis adalah keterangan atau keputusan yang diajukan kepada masalah untuk memulai penelitian

Ciri hipotesis yang baik adalah :
1)    Relational (terpaut)
Hipotesis menunjukkan keterpautan antara kondis dengan observasi. Keterpautan ini menyajikan atau keterangan bagi masalah yang sedang diselidiki.

2)    Berdasarkan pengetahuan terdahulu (based on previous knowledge)
Suatu hipotesis daripada sekedar pemekiran atau dengan. Ia berdasarkan pengetahuan terdahulu mengenai masalah yang dikaji.

3)    Verifikasi objektif (objective verication)
Seorang penelitian harus mampu menguji hipotesis secara objektif. Melalui pengukuran dan observasi secara empirik langsung dalam dunia nyata. Dengan harus menetapkan variabel variabelnya secra konsepsional dan secara operasional.

d.         Berorientasikan teori (Theory oriented)
            Teori adalah seperangkat dalil atau prinsip umum yang kait mengkait (hipotesis yang diuji berulangkali) mengenai aspek – aspek suatu realitas. Fungsi teori menerangkan, meramalkan/memprediksi, dan menemukan keterpautan fakta-fakta secara sistematis.

e.         Korektif mandiri (self – corrective)
            Sifat korektif mandiri dari ilmu menyebabkan perlunya bagi ilmuwan lain dalam bidang yang sama untuk menelitinya secara mendalam. Hal itu bukan saja untuk menyebarkan penegtahuan baru yang menjadi landasan bagi penyelidikan lain, tetapi juga memungkinkan penggunaan prosedur yang sama dalam sistuasi yang berbeda.

            Teori acapkali dibandingkan- disamakan dan dibedakan dengan model. Lawrence Kincaid mendefinisikan model sebagi representasi atau wakil secara fisik atau simbolik dari suatu fenomena konkret dalam istilah – istilah abstrak yang dapat diterapkan pada satu atau lebih kasus dala waktu lebih dari satu kali. Stephen W. Littlejohn dalam bukunya “Human Communication” mengatakan bahwa istilah model dapat diterapkan pada setiap gambaran simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan (1989).

            Mengenai kaitan teori dengan model, seorang ahli filsafat Abraham Kaplan memberikan pandangan, teori terdiri dari dua jenis yang luas. Ada teori yang secara berkaitan dengan suatu subjek tertentu, dan ada yang bersifat umum yang dapat diterapkan pada berbagai bidang.

            Little john menegaskan teori dalam pengertian yang paling luas sebagai penjelasan konseptual mengenai proses komunikasi. Littlejohn menandaskan bahwa konsep adalah unsur pertama di antara empat jenis unsur yang terdapat dalam teori. Konsep adalah abstraksi yang menggeneralisasikan hal – hal yang khusus atau konkret yang disusun secara sistematik dan logis dengan memadukan ciri – ciri dan fakta –fakta terkait. Unsur kedua adalah keterpautan (relationsip.  Unsur ketiga penjelasan (explanation) termasuk prediksi. Dan unsur keempat atau terakhir adalah pernyataan nilai (value statement).
  

2.      Teoritis Komunikasi
            Gabriel Tarde yang menjadi hakim di Perancis dan mendasarkan observasi
sosiologinya pada perilaku manusia, menampilkan teori imitasi, yakni bagaimana seseorang dipengaruhi oleh orang lain yang berinteraksi sehari
– hari.

            John Dewey, Charles Horton Cooley, Robert E Park, dan George Herbert Mead, menempatkan komunikasi sebagai pusat konsepsi perilaku manusia. Dewey, Cooley, Park, dan Mead menekankan pendekatan fenomenologis pada komunikasi manusia, menitikberatkan bahwa subjektivitas individual ketika mempersepsi suatu pesan secara hakiki adalah kualitas manusia. Komunikasi ini adalah bagaimana seseorang mengartikan informasi, jadi bagaimana makna diberikan kepada suatu pesan, adalah aspek fundamental dari proses komunikasi.

a.         John Dewey
            Pandangannya bahwa komunikasi massa adalah sarana perubahan sosial. Dengan bekerjasama dengan mahasiswanya yang cemerlang, Robert Park, Dewey mencoba memulainya dengan menerbitkan semacam surat kabar, Thougt News, untuk melaporkan penemuan – penemuan mutakhir ilmu sosial dan untuk membahas masalah – masalah sosial.
Pemikiran Dewey didasarkan pada revolusi Darwin, dan pada keyakinannya bahwa teknologi komunikasi terbaru akan mampu menampilkan nilai – nilai komunitas dalam masyarakat massa. Dewasa ini Dewey terkenal karena filsafat pragmatiknya, suatu keyakinan yang menyatakan bahwa suatu idea akan benar apabila dipraktekkan. Pragmatisme menolak dualisme pikiran dan kenyataan, subjek dan objek.

b.         Charles Horton Cooley
            Cooley yang dilahirjan di Ann Arbor, Michigan, belajar di Universitas Michigan (1864 – 1929) dan mengajar di almamaternya selama hidupnya. Komunikasi antar pribadi dengan orang tua dan teman karib dalam kelompok primer adalah landasan utama dari sosialisasi. Dalam skema konseptualnya, cooley menempatkan komunikasi pada pada nilai yang tinggi, suatu mekanisme dalam formasi yang ia sebut the looking glass self yang penting.

c.         Robert E. Park
            Park dianggap sebagai teorikus komunikasi massa yang pertama. Park mungkin juga peneliti komunikasi yang pertama. Park mendefinisikan komunikasi sebagai komunikasi proses sosial psikologis dengan mana seseorang mampu menerima sikap dan pandangan orang lain. Konsepsi komunikasi Park menunjukkan bahwa dua orang atau lebih dapat bertukar informasi masing – masing memberikan makna yang berbeda pada informasinya yang diterima.

d.         George Herbert mead
            Mead (18631931) mempelajari filsafat paragmatik bersama William James di Universitas Harvard.mead menekankan komunikasi manusia sebagai agen sosialisasi yang fundamental. Teori Mead menyatakan bahwa individu-individu menyadari dirinya melalui interaksi dngan orang lain, yang berkomunikasi dengannya.

            Mead menegaskan bahwa diri (the self) mulai berkembang pada seoarang anak di saat seorang individu belajar memerankan orang lain belajar mengintimidasi peranan orang lain, dan mengantisipasi tanggapan mereka terhadap aktivitas seseorang. Mead menciptakan konsep yang dinamakannya generalized ohter dengan diterjemahkan aku terdiri dari
segala sikap terhadap orang – orang lain dengan siapa seseorang berinteraksi. “Me” adalah suatu perspektif individual tentang bagaimana orang – orang lain melihat dia.


B. TEORI – TEORI KOMUNIKASI PADA TAHAP AWAL
1.      Model Aristoteles
            Model Aristoteles adalah  model komunikasi paling klasik, yang sering juga disebut model retoris. Aristotels melihat komunikasi sebagai sarana melalui mana warga negara berpartisipasi dalam demokrasi. Ia menggambarkan komunikasi dengan cara seorang pembicara membangun argumen untuk di sajikan dalam sebuah pidato kepada pendengar  sebuah khalayak sebagaimana di gambarkan dalam gambar .  Tujuan pembicara adalah  menginspirasi dirinya sendiri  dengan citra positif dan mendorong khalayaknya menerima pesan yang di sampaikan.

            Komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap mereka. Tepatnya, ia mengemukakan tiga unsur dasar dalam proses komunikasi, yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar (listener).

2.      Model Komunikasi Lasswell
            Lasswell menyatakan bahwa proses komunikasi dapat dijelaskan dengan sangat baik oleh pertanyaan sederhana : Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Kepada Siapa Dengan Efek Apa).

            Pandangan lasswell tentang komunikasi menekankan unsur pembicaraan, pesan dan khalayak, tetapi menggunakan istilah yang berbeda. Model Lasswell mengingatkan bahwa mungkin terdapat berbagai hasil atau efek dari komunikasi, seperti menginformasikan, menghibur, memperburuk, serta membujuk.
Hasil gambar untuk lasswell model
GAMBAR 1

 Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut :
a.    The Surveilance of the invironment (pengamatan lingkungan).
b.    The correlation of the parts of sos\ciety in responding to the environment (korelasi kelompok – kelompok ketika menanggapi lingkungan).
c.    The transmission of the social heritage from one generation to the next (tranmisis warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).

3.      Model Shannon dan Weaver
            Model Shannon dan Weaver sering juga di sebut Teori matematikal, oleh karena komunikasi manusia yang muncul pada tahun 1949, merupakan perpaduan dari gagasan Claude E. Shannon dan Warren Eaver.  Shannon dan Weaver menggambarkan komunikasi dengan cara ini :
Komunikasi mencakup semua prosedur di mana satu pikiran dapat mempengaruhi yang lain. Ini, tentu saja tidak hanya mencakup tulisan dan pidato lisan, tetapi juga musik, seni, gambar, teater, balet dan sebenarnya meliputi semua perilaku manusia.

 Hasil gambar untuk shannon weaver model of communication
GAMBAR 2

            Teori ini menunjukkan sumber informasi (information source) memproduksi sebuah (message) untuk dikomunikasikan. Pesan tersebut dapat terdiri dari kata – kata lisan atau tulisan, musik, gambar, dan lain – lain. Pemancar (tranmitter) mengubah pesan mejadi isyarat (signal) yang sesuai bagi saluran yang dipergunakan. Saluran (channel) adalah media yang menyalurkan isyarat dari pemancar kepada penerima. Dalam percakapan sumber informasi adalah benak (brain), pemancar adalah mekanisme suara yang menghasilkan isyarat, saluran (channel) adalah udara. Penerima (receiver) melakukan kebalikan operasi yang dilaksankan pemancar, yakni merekonstruksi pesan dari isyarat.

4.      Model Schramm
            Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di tahun 1954 berjudul, “Bagaimana Komunikasi Bekerja”, Wilbur Schramm memberika beberapa model komunikasi.

1.         Model pertama
            Schramm melihat komunikasi sebagai upaya sengaja untuk membentuk kesamaan antara sumber dan penerima, dengan catatan bahwa kata komunikasi berasal dari bahasa latin  communis, yang berarti common atau bersama.

            Schramm menambahkan unsur field of experience yang dianggap penting untuk apakah pesan akan diterima di tujuan dengan tujuan yang dimaksudkan oleh sumber. Schram menegaskan pentingnya umpan balik (feed back) sebagai cara untuk untuk mengatasi masalah gangguan (noise).
 Hasil gambar untuk Model Schramm
GAMBAR 3

2.         model kedua (Model sirkular Osgood dan Schramm)
            Pada model ini schramm bekerja sama dengan osgood, sehingga dikenal dengan Model sirkular Osgood dan Schramm. Model Osgood dan Schramm dinilai sebagai sirkular dalam derajat yang tinggi.
Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang melakukan fungsi encoder, interpreter, dan decoder, mentrasmisikan dan menerima sinyal. Di sini kita melihat umpan balik (message) dan lingkaran yang berkelanjutan untuk berbagi informasi.
 Hasil gambar untuk Model Schramm
GAMBAR 4

Pada schramm dan Osgood ditunjukkan fungsinya yang hampir sama. Digambarkan dua pihak yang berperilaku sama, yaitu encoding atau menjadi, decoding atau menyandi balik dan interpreting atau menafsirkan.

5.      Model Westley dan MacLean
            Model Westley dan MacLean  menunjukkan bahwa dalam situasi lingkungan tertentu hanya beberapa dari banyak sinyal (Xs)  yang di perlihatka seorang individu (A). Ketika indivudu A memproses dan menafsirkan sinyal-sinyal tersebut, sebagai hasilnya adalah sebuah pesan baru(X ). Pesan baru ini- sebagai representasi si A atas keseluruhan Xs- yang ia sampaikan ketika A menjelaskan apa yang dia lihat atau dengar kepada individu kedua C.
 Hasil gambar untuk Model Westley dan MacLean
GAMBAR 5


6.      Dance Helical Model ( Model Helical Dance )
            Pada 1967 Frank Dance mengembangkan model komnikasi yang disebut dengan model spiral berputar (Helical Spiral ). Di pilihnya bentuk visual seperti ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa komunikasi adalan proses kompleks dan evolusioner.
 Hasil gambar untuk Model Helical Dance
GAMBAR 6

            Heliks (helix), yakni suatu bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan bahwa dewasa ini kebanykan orang menganggap bahwa pendekatan sirkular adalah paling tepat dalam menjelaskan proses komunikasi.(lhat gambar ).  Proses komunikasi, seperti halnya semua proses sosial, terdiri dari unsur – unsur, hubungan – hubungan, dan lingkungan – lingkunganyang terus menerus.

7.      Model Watzlawikck, Beavin dan Jackson
            Pada tahun 1967, Watzlawikck, Beavin dan Jackson memberikan pandangan umun tentang komunikasi sebagai proses memberi dan menerima pesan di antara para pesertanya. Model ini menekankan bahwa komunikasi bukanlah karena suatu sumber sengaja memilih pesan untuk mengirimkannya. Sebalaiknya mereka beranggapan bahwa “ orang tidak dapat tidak berkomunikasi”.


Hasil gambar untuk Model Watzlawick, Beavin dan Jackson. 
GAMBAR 7

            Mereka menempatkan komunikasi sebagai suatu yang berkelanjutan, tindakan antarindividu yang berfungsi secara bergantian sebagai sumber dan sebagai penerima. Dalam tulisannya, mereka menyarankan untuk memahami bagaimana komunikasi bekerja, seseorang harus dapat melihat sisi lain dari pesan untuk memdapatkan makna bahwa setiap individu teriat dengan kata-kata dan tindakan mereka.

8.      Model Katz dan Lazarsfeld
            Pada 1955, ilmuan politik Elihu Katz dan paul Lazarsfeld menyajikan konsep dua langkah arus (two-step flow). Model ini berdasarkan penelitian sebelumnya di mana mereka menemukan bahwa pesan politik melalui radio dan media cetak memiliki efek yang kurang berarti bagi keputusan pemilih.

            Dalam mencari penjelasan untuk ketiadaan efek, mereka menghunbungkan dinamika interpersonal dan komunikasi massa. Mereka menemukan pemimpin yabg ragu-ragu lebih di pengaruhi oleh orang di seitar dibandingkan informasi yang diberikan oleh meia massa, suami istri di pengaruhi oleh pasangan mereka, anak-anak oleh orang tua mereka. Inilah yang disebut dual langkah arus komunikasi.

            Penelitian ini menunjukan hubungan komunikasi tatap muka, komunikasi massa dan memperkenalkan konsep pemuka pendapat.

Hasil gambar untuk Model Katz dan Lazarsfeld
GAMBAR 8


9.      Model Thayer
            Model ini menekankan komunikasi sebagai proses yang dinamis di mana individu menciptakan dan menginterpretasikan informasi- yang di lihatnya sebagai sesuatu yang kompleks, dinamis dan sangat pribadi.

            Model ini menggambarkan komunikasi sebagai proses yang dinamis, dan menekankan beberapa kunci lainnya:
·    Pesan yang diterima tidak pernah identik dengan ysng di kirim oleh sumber.
·    Penerima mendapatkan sejumlah pesan dengan pemahaman yang berbeda-beda.
·    Orang bisa bertindak sebagai pengirim dan penerima sekaligus, dan pergantian dari satu ke yang lain tidak selalu jelas.
·    Informasi yang di terima dapat berfungsi sebagai umpan balik.

10.    SORTheory (Teori SOR)
            Menurut stimulus response ini, efek yang di timbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharap dan memperkirakan reaksi komunikan. Unsur-unsur dalam model ini adalah : pesan (stimulus, S) , komunikan (Organism,O), dan efek (response, R)
.
Hasil gambar untuk Teori SOR
GAMBAR 9

            Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesedian untuk mengubah sikap.

10.    SMCR Model (Model SMCR)
            Rumus SMCR adalah singkatan dari istilah – istilah : S singkatan dari Source yang berarti sumber atau komunikator; M Singkatan dari Message yang berarti pesan ; C singkatan dari Channel yang berarti saluran atau media, sedangkan R singkatan dari Receiver yang berarti penerima atau komunikan.

            Khusus mengenai istilah Channel yang disingkat C pada rumus SMCR itu berarti saluran atau media, komponen tersebut menurut Edward Sappir mengandung dua pengertain, yakni primer dan sekunder. Media sebagai saluran primer adalah lambang, misalnya bahasa, sedangkan media sekunder adalah media yang berwujud, baik media massa, maupun media nirmassa,
misalnya surat, telepon, atau poster. Jadi, komunikator pada komunikasi tatap muka hanya menggunakan satu media saja, misalnya bahasa, sedangkan pada komunikasi bermedia seorang komunikator, misalnya wartawan, penyiar atau reporter menggunakan dua media, yakni media primer dan media sekunde, jelasnya bahasa dan sarana yang ia operasikan.

11.    Newcomb` ABX Model ( Model ABX Newcomb )
            Model ini mengingatkan kepada diagram jaringan kelompok kerja yang dibuat para psikolog sosial dan merupakan awal formulasi konistensi kognitif. Dalam bentuk yang paling sederhana dari kegiatan komunikasi, seseorang, A, menyampaikan informasi kepada orang lain, B, mengenai sesuatu, X. Model tersebut menyatakan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X adalah saling bergantung, dan ketiganya membentuk suatu sistem yang meliputi empat orientasi:

            a.Orientasi A terhadap X
            b.Orientasi A terhadap B
            c.Orientasi B terhadap X
            d.Orientasi B terhadap A

Hasil gambar untuk Model ABX Newcomb
GAMBAR 10

            Pada model Newcomb ini komunikasi merupakan cara yang biasa dan efektif di mana orang – orang mengrientasi dirinya terhadap lingkungan (Severin dan Tankard, 1992).

            Teorinya itu menyangkut kasus dua orang yang mempunyai sikap senang atau tidak senang terhadap masing – masing dan terhadap onbjek eksternal, maka akan timbul hubungan seimbang (jika dua orang saling menyenangi dan juga menyenangi suatu objek) dan juga terjadi tak seimbang (kalau dua orang saling menyenangi, tetapi yang satu menyenagi objek, dan yang lain tidak). Selanjutnya apabila terjadi keseimbangan, setiap peserta akan menghadang perubahan, dan manakala jadi ketidakseimbangan berbagai upaya akan dilakukan untuk memulihkan keseimbangan kognitif. (McQual dan Windahl, 1984).

12.    The Theory of Cognitive Dissonnance ( Theori Disonansi kognitif )
            Istilah disonasi kognitif dari teori yang ditampilkan oleh Leon Festinger ini berarti ketidaksesuaian anata kognisi sebagai aspek sikap dengan perilaku yang terjadi pada diri seseorang.

            Pada umumnya orang berperilaku konsisten dengan apa yang diketahui. tetapi kenyataan menunjukkan bahwa sering pula seseorang
berperilaku tidak konsisten seperti itu. Leon Festinger menyajikan contoh seorang pemuda yang sedang berkencan. Ketika ia asyik berkencan dengan segala kegairahannya, ia sadar bahwa uang yang ada di kantungnya tidak memadai dengan perbuatannya terhadap pacarnya itu. Keterpautan perilaku dengan perbuatannya mengenai situasi
keuangannya itu dinamakan disonasi.

            Jelaslah bahwa jika orang itu menerima komunikasi tersebut akan meningkatkan disonasi antara kepercayaan dengan perilaku. Jadi komunikasi persuasif akan sangat efektif, apabila mengurangi disonasi, dan tidak efektif jika meningkatkan disonasi.

13.     Inocculation Theory ( Teori inokulasi )
            Orang yang tidak memiliki informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi mengenai hal tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau dibujuk, oleh karena itu ia tidak siap untuk menolak
argumentasi si persuader atau pembujuk. Suatu cara untuk membuatnya agar tidak mudah kena pengaruh adalah “menyuntiknya” dengan argementasi balasan (counterarguments).

            Teori inokulasi menyatakan bahwa lebih baik mempersenjatai terbujuk (persuadee) dengan counterarguments daripada membiarkan tidak siap menyangkal perspektif lawan.

14.    The Bullet Theory of Communication ( teori Peluru )
            Wilbur Schramm pada tahun 1950an itu mengatakan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan perlu komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya. Tahun 1970an Schramm meminta kepada para peminatnya agar teori peluru komunikasi itu dianggap tidak ada, sebab khalayak yang menjadi sasaran media massa itu ternyata tidak pasif.

            Pernyataan Schramm tentang pencabutan teorinya itu didukung oleh Paul Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi , mereka tidak jatuh terjerembab. Kadang – kadang peluru itu tidak menembus. Adakala pula efek yang timbul berlainan dengan tujuan si penembak. Seringkali pula khalayak yang dijadikan sasaran senang untuk ditembak.

            Raymond Bauer menyatakan bahwa khalayak sasaran tidak pasif. Mereka bandel (stubborn). Secara aktif mereka mencari yang diinginkan dari media massa. Jika menemukannya, lalu melakukan interpretasi sesuai dengan predisposisi dan kebutuhannya. Limited effect model atau efek terbatas. Hovland mengatakan bahwa pesan komunikasi efektif dalam menyebarkan informasi, tetapi tidak dalam mengubah perilaku.
  

C.TEORI–TEORI KOMUNIKASI PADA TAHAP SELANJUTYA

1.      Four Theories of the Press (Empat Teori Pers)
            Fred S. Siebert, Theodore Peterson dan Wibur Scramm pada tahun 1956 menerbitkan sebuah buku berjudul “Four Theories Of the Press”. Buku tersebut mengupas empat buah sistem pers yang berlaku di berbagai negara didunia, yaitu masing-masing Authoritarian Theory, Libertarian Theory, Soviet Communist Theory, dan Social Responsibility Theory.

a.         Authoritarian theory (teori otoriter)
            Menurut Fred S. Siebert teori ptoriter menyatakan bahwa hubungan antara media massa dengan masyarakat ditentukan oleh asumsi – asumsi filsafati yang mendasar tentang manusia dan negara. Dalam hal ini tercakup : (1) sifat manusia, (2) sifat masyarakat, (3) hubungan antara manusia dengan negara, dan (4) masalah filsafati yang mendasar, sifat pengetahuan dan sifat kebenaran. Teori toriter mengenai fungsi dan tujuan masyarakat mnerima dalil – dalil yang menyatakan bahwa pertama – tama seseorang hanya dapat mencapai kemampuan secara penuh jika ia menjadi anggota masyarakat. Sebagai individu lingkup kegiatannya benarbenar terbatas, tetapi sebagai anggota masyarakat kemampuannya untuk mencapai suatu tujuan dapat ditingkatkan tanpa batas. Atas dasar asumsi inilah, kelompok lebih penting daripada individu, karena hanya melalui kelompok seseorang dapat mencapai tujuannya.

b.         Libertarian theory (teori liberal)
            Teori Otoriter, teori Liberal juga dikemukakan oleh Fred S, Siebert. Manusia menurut paham liberalisme adalah hewan berbudi pekerti dan merupakan tujuan bagi dirinya sendiri.

            Bagi kehidupan pers abad 18 merupakan abad yang penting dalam hubungannya dengan paham liberali itu. Pada abad tersebut terdapat dua hal yang penting, yakni pertama, perihal fitnah yang mengandung hasutan; dan kedua, perihal hak pers untuk memberitakan kebijaksanaan pemerintahPerjuangan untuk mengakui prinsip – prinsip liberal yang mempengaruhi pers itu, mencapai puncaknya dengan diformulasikan dan diterimanya Bill of Rights yang, mencakup peraturan – peraturan yang menetapkan kebebasan pers, mesti tidak tegas sehingga menimbulkan berbagai interpretasi. Dari sejumlah butir yang mencakup oleh Bill of Right itu, hanya satu butir yang tampaknya diterima tanpa interpretasi, yakni bahwa kebebasan pers tidak mutlak,

Fungsi pers menurut teori liberal dapat dirumuskan sebagai berikut :
a.    Mengabdi kepada sistem politik dengan menyajikan informasi, diskusi dan dapat mengenai peristiwa umum;
b.    Menyebarkan penerangan kepada khalayak agar agar mampu berperintahan sendiri;
c.    Mengawal hak – hak asasi pribadi dengan mengabdi kepadanya sebagai penjaga menghadapi pemerintah;
d.    Mengabdi kepada sistem ekonomi, terutama dengan jalan mempersatukan para pembeli danpenjual barang dan jasa melalui media periklanan;
e.    Menyajikan hiburan;
f.Mengusahakan dana bagi kebutuhan sendiri sehingga bebas dari tekanan pihak yang
berkepentingan.

            Teori liberal menitikberatkan superioritasnya pada prinsip kebebasan perorangan, penilaian dan aksioma bahwa kebenaran, jika diberi kebebesan, akan muncul sebagai pemenang dalam setiap perjuangan. Slogannya adalah proses tegakkam diri (selfrighting process) dan wahana pertukaran gagasan (market plece of ideas). Ia telah menjadi bagaina integral dari jajaran demokrasi yang telah menghasilkan kemajuan yang menakjubkan bagi kesejahteraan umum manusia.

c.         Soviet Communist Theory (Teori Komunis Soviet)
            Teori ini dikupas oleh Wilbur Schramm yang berarti seperti dikatakan tadi terdapat dalam buku yang sama. Yakni “Four Theories of the Press). Schramm dalam kupasannya itu mencoba menyelurusi dari akarnya, yakni pemikiran Karl Marx melalui pertumbuhan di zaman Lenin dan Stalin. Schramm mengatakan bahwa kondisi hidup yang bersifat material terutama cara manusia mengelola hidupnya dan jenis kehidupan yang ia kelola menentukan idea manusia. Dengan lain perkataan, ekonomi, sistem kekeuatan produktif, dan hubungan produktif merupakan faktor sentral bagi kehidupan manusia, suatu fakta yang menentukan sifat kehidupan masyarakat. Ia berpendapat bahwa pengawasan tehadap media massa harus berpijak pada mereka yang memiliki fasilitas; sarana percetakan, stasiun siaran, dan lain – lain.

            Konsep kebebasan pers di Unu Soviet adalah kebebasan negatif, yakni kebebasan dari, sedangkan konsep kebebasan pada sistem tanggung jawab sosial adalah kebebasan untuk jika dikatakan bahwa pers/media massa di Uni Soviet itu bebas, bukan bebas untuk menyartakan pendapat, melainkan bebas dari kapitalisme, indualisme, borjuis dan anarki.


d.         Sosial Responsibility Theory ( Teori Tanggung Jawab Sosial)
            Teori tanggung jawab sosial yang dibahas dalam buku “Four Theories of the Press” oleh Theodore Peterson, bahwa kebebasan dan kewajiban berlangsung secara beriiringan, dan pers yang menikmati kedudukan dalam pemerintahan yang demokratis. Berkewajiban untuk
bertanggung jawab kepada masyarakat dalam melaksankan fungs fungsi tertentu yang hakiki. Dikembangkannya Teori tanggung jawab Sosial adalah sebagai akibat dari kritik – kritik yang tajam dan gencar terhadap kegiatan pers, terutama pada abad 20. Sebagai tanggapan terhadap kritik – kritik yang dianggap amat berarti bagi kehidupan negara, masyarakat dan pres itu sendiri, maka dibentuklah Commission on Freedom of the Press. Komisi Kemerdekaan Pers itu telah dirumuskan lima persyaratan pers yang menurut analisis Theodore Peterson adalah sebagai berikut :

Syarat pertama, memberitakan peristiwa – peristiwa sehari – hari yang benar, lengkap dan
berpekerti dalam konteks yang mengandung makna.
Syarat Kedua, memberikan pelayanan sebagai forum untuk saling tukar komentar dan kritik.
Syarat ketiga, memproyeksikan gambaran yang mewakili kelompok inti dalam masyarakat.
Syarat keempat, bertanggung jawab atas penyajian disertai penjelasan mengenai tujuan dan nilai
– nilai masyarakat.
Syarat kelima, mengupayakan akses sepenuhnya pada peristiwa – peristiwa sehari – hari.

            Demikian lima syarat sebagai ciri dari teori tanggung jawab sosial. Pemikiran ketiga pakar itu dikritik oleh Ralph Lowenstein pada tahun 1971 dengan mengatakan bahwa teori-teori itu tidak flesibel dan tidak dapat di aplikasikan pada semua sistem pers.

2.      Individual Difference Theory (Teori Perbedaan Individual)
            Nama teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur ini lengkanya adalah “Individual Difference Theory of Mass Communication Effect”. Jadi teori ini menelaah perbedaan – perbedaan di antara individu – individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu. Anggapan dasar dari teori ini ialah bahwa manusia amat bervariasi dal organisasi psikologisnya secara pribadi. Manusia yang dibesarkan dalam lingkung yang dipelajarinya itu, mereka mengehendaki seperangkat sikap, nilai, dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing – masing pribadi yang membedakannya dari yang lain. Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan – rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak – watak perorangan anggota khalayak.

3.      Social Categories Theory (Teori Kategori Sosial)
            Teori Kategori Sosial menyatakan adanya perkumpulan – perkumpulan, kebersamaan – kebersamaan atau kategori – ketegori sosial pada masyarakat urban – industrial yang perilakunya ketika diterpa perangsang – perangsang tertentu hampir – hampir seragam.

            Asumsi dasar, meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki sejumlah cir yang sama akan mempunyai pola
hidup tradisional yang sama. Persamaan gaya, orientasi dan perilaku akan berkaitan dengan suatu gejala seperti pada media massa dalam perilaku yang seragam. Anggota – anggota dari suatu kategori tertentu akan memilih pesan komunikasi yang kira – kira sama, dan menanggapinya dengan cara yang hampir sama pula. Teori kategori sosial merupakan formula yang lebih bersifat penjelasan daripada pembahasan.

4.      Social Relationships Theory (Teori Hubungan Sosial)
            Teori yang diketengahkan juga oleh Melvin DeFleur ini menunjukkan bahwa hubungan sosial secara informal berperan penting dalam mengubah perilaku seseorang diterpa pesan komunikasi massa. Suatu penelitian menemukan adanya semacam kegiatan informasi melalui dua tahapan dasar. Pertama, informasi bergerak dari media kepada orang – orang yang secara relatif banyak pengetahuannya; Kedua, informasi bergerak dari orang – orang itu melalui saluran antarpribadi mereka yang kurang diterpa media dan banyak tergantung pada orang lain mengenai suatu informasi. Situasi komunikasi seperti ini dikenal sebagai arus komunikasi dua tahap (two step flow of communication).

            Orang yang sering terlbat dalam komunikasi dengan media massa itu disebut pemuka pendapat sebagai terjemahan dari opinion leader, karena segera dijumpai bahwa berperan penting dalam membantu pembentuknan pengumpulan suara dalam rangka pemilihan umum. Mereka tidak hanya meneruskan informasi, tetapi juga interpretasi terhadap pesan komunikasi yang mereka terima. Sejenis pengarus pribadi ini segera diakui sebagi arus komunikasi dua tahap (two step flow of communication) juga diakui sebagai mekanisme massa (kampanye) dengan tanggapan (perilaku pemilihan) terhadap pesan itu.

5.      Cultural Norms Theory (Teori Norma Budaya)
            Teori Norma Budaya menurut Melvin DeFleur hakikatnya adalah bahwa media massa melalui penyanjiannya yang seletif dan penekanannya pada tema – tema tertentu, menciptakan kesan – kesan pada khalayak di mana norma – norma budaya mengenai suatu hal tertentu, maka media komunikasi secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku. Tiga cara di mana media secara potensial mempengaruhi situasi dan norma bagi individu – individu.
            Pertama, pesan komunikasi massa akan memperkuat pola – pola yang sedang berlaku dan memandu khalayak untuk percaya bahwa suatu bentuk sosial tertentu tengah dibina oleh masyarakat.

            Kedua, media komunikasi dapat menciptakan keyakinan baru mengenai hal – hal khalayak sedikit banyak telah memiliki pengalaman sebelumnya.
Ketiga, komunikasi massa dapat mengubah norma – norma yang tengah berlaku dan karenanya mengubah khlayak dari suatu bentuk perilaku yang lain.

            Persoalan apakah media massa dapat  mengubah perilaku  khalayak dari suatu yang mapan ke bentuk yang lain. Dalam hubungan ini DeFleur mangatakan bahwa pemukiran peneliti jangan ditutip duhulu dengan persoalan seperti ini. Di kemukakannya suatu contoh yang berkaitan dengan Teori Norma Budaya ini adalah masalah prasangka ras di Ameriak, dimana orang kulit putih memandang orang Negro manusia kotor dan jorok, sehingga yang layak bagi mereka hanyalah pekerjaan sebagai pelayanan, tukang membersihkan sepatu, buruh ladang, bahkan sebagai narapidana.

            Dari contoh tersebut tampak bahwa peranan media massa dalam kaitannya dengan norma budaya tidak diragukan.

6.      Social Learning Theory (Teori Belajat Secara Sosial)
            Social Learning Theori yang ditampilkan oleh Albert Bandura ini mengkaji proses belajar melalui media massa sebagai tandingan terhadap proses belajar secara tradiosional. Teori belajar secara tradisional menyatakan bahwa belajar terjadi dengan cara menunjukkan tanggapan dan mengalami efek – efek yang timbul. Penentu utama dalam belajar adalah peneguhan, dimana tanggapan akan diulangi jika organisme mendapat hukuman atau bila tanggapan tidak memimpinnya ke tujuan yang dikendaki. Jadi, perilaku diatur secara eksternal oleh stimulasi yang ditimbulkan oleh kondisi – kondisi peneguhan.

            Albert Bandura menyatakan bahwa social learning theory menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang utama di samping keluarga, guru disekolah, dan sahabat karib.

            Dalam belajar secara sosial langkah pertama adalah perhatian (attention) kepada suatu peristiwa. Perhatian kepada suatu peristiwa ditentukan oleh kateristik peristiwa itu (atau rangsangan yang dimodelkan) dan kateristik si pengamat. Peristiwa yang  jelas dan sedehana akan mudah menarik perhatian dan karenanya mudah dimodelkan.

            Pada langkah kedua, yakni proses retensi tadi, peristiwa yang menarik dimaksukkan ke dalam benak dalam bentuk lambang secara verbal atau imaginal sehingga menjadi ingatan (memory).

            Pada langkah ketiga, motor reproduction process, hasil ingatan tadi akan meningkat menjadi bentuk perilaku. Kemampuan kognitif dan
kemampuan motorik pada langkah ini berperan penting. Reproduksi yang sesama biasanya merupakan produk “trial and error” di mana umpan balik turut mempengaruhi.

            Langkah terakhir, memotivasi process, menunjukkan bahwa perilaku akan terwujud apabila terdapat nilai peneguhan. Peneguhan dapat berbentuk ganjaran eksternal, pengamatan yang menunjukkan bahwa bagi orang lain ganjaran disebabkan perilaku yang sama, serta ganjaran internal, misalnya rasa puas diri. (Bandura : 209 – 210)

7.      Diffusion Of Innovation Model (Model Difusi Inovasi)
            Model difusi inovasi akhir – akhir ini banyak digunkan sebagi pendekatan
dalam komunikasi pembangunan. Rogers mendefinisikan difusi sebagai proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu diantara para anggota suatu sistem. (the process by which an innovation is communicated througt certain channels overtime among the members of a social system).

            Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan – pesan sebagi ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan informasi dan saling pertukaran informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama. Ketidakpastian adalah suatu derajat dimana sejumlah alternatif dirasakannya berkaitan dengan suatu peristiwa berserta kemungkinan – kemungkinan palternatif tersebut.

            Unsur – unsur difusi ide adalah (1) inovasi, (2) yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu, (3) dalam jangka waktu tertentu, (4) diantara para anggota suatu sistem sosial. Inovasi adalah suatu ide, kaya atau objek yang dianggap baru oleh seseorang.

      Ciri-ciri inovasi menurut Rongers adalah sebagai berikut :
a.    Relative advantange adalah suatu derajat dengan mana inovasi dirasakan lebih baik daripada ide lain yang menggantikannya.
b.    Compatibility adalah suatu derajat dengan mana inovasi dirasakan ajeg atau konsisten dengan nilai – nilai yang berlaku, pengalaman dan kebutuhan mereka yang melakukan adopsi.
c.    Complexity adalah mutu derajat dengan mana inovasi dirasakan sukar untuk dimengerti dan dipergunakan.
d.    Triability adalah mutu derajat dengan mana inovasi dapat dieksprementasikan pada landasan yang terbatas.
e.    Observabiliti adalah suatu derajat dengan mana inovasi dapat disaksikan oleh orang lain.

            Rogers menyatakan bahwa media massa lebih efektif untuk menciptakan pengetahuan tentang inovasi, sedangkan saluran antarpribadi lebih efektif dalam pembentukan dan percobaan sikap terhadap ide baru. Aspek lain dalam kegiatan difusi adalah haterophily dan
homophiliy.

            Mengenai waktu sebagai salah satu unsur utama dari difusi ide baru itu meliputu tiga hal, yakni sebagai berikut :
1)    Innovationsdecision process (proses inovasi keputusan)
Innovtion decision process adalah proses mental di mana seseorang berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi kepembentukan sikap terhadap inovasi, ke keputusan menerima atau menolak, kepelaksanaan idea baru, dan kepeneguhan keputusan itu. Ada lima langkah baru dikonseptualisasikan dalam proses ini, yakni :
a.    knowlegde (pengetahuan)
b.    persuasion (persuasi)
c.    decision (keputusan)
d.    implementation (pelaksanaan)
e.    comfirmation (peneguhan)
2)    Innovativeness (keinovatifan)
Innovativeness adalah derajat dengan nama seseorang relatif lebih dini dalam mengadopsi ide – ide ketimbang anggota – anggota lain dalam suatu sistem sosial. Pengadopsi tersebut diketegorikan sebagi berikut :
                        (1)inovator (inovator)
                        (2)early adopters (pengadopsi dini)
                        (3)early majority (mayoritas dini)
                        (4)late majority (mayoritas terlambat)
                        (5)laggard (orang belakang)

3)    Innovation’s rate of adoption (tingkat inovasi dari adopsi)
Rate of adoption adalah kecepatan relatif dengan nama suatu inovasi diadopsi anggota – anggota suatu sistem sosial. Rate of adoption atau tingkat adopsi biasanya diukur dengan waktu yang diperlukan untuk persentase tertentu dari para anggota sistem untuk mengadopsi suatu inovasi.



8.      Agenda Setting Model (Model Penataan Agenda)
            Agenda setting model untuk pertamakali ditampilkan oleh M.E. Mc.Combs dan D.L. Shaw dalam “Public Opinion Quarterly” terbitan tahun 1972, berjudul “ The AgendaSetting Function of Mass Media” .“jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting”.

            Tetapi David H. Heaver dalam karyanya yang berjudul “Media Agenda Setting and Media Manipulation” mengatakan bahwa pers senagai media komunikasi massa tidak merefleksikan kenyataan, melainkan menyaring dan membentuknya seperti sebuah kaleidoskop yang menyaring dan membentuknya seperti sebuah kaleidoskop yang menyaring dan membentuknya cahaya (the press does not reflect teality, but rather).

            Manhein dalam pemikirannya tentang konseptualisasi agenda yang potensial meliputi tiga agenda, yaitu agenda media, agenda
khalayak dan agenda kebijkasanaan. Masing – masing agenda itu mencakup dimensi – dimensi sebagai berikut :
            1)Untuk agenda media, dimensi – dimensi :
a)    Visibility (visibilitas) (jumlah dan tingkat menonjolnya berita)
b)    Audience salience (tingkat menonjol bagi khalayak) (relevansi isi berita dengan kebutusan khalayak)
c)    Valence (valensi) (menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa)

            2)Untuk agenda khalayak, dimensi – dimensi :
a)    familiarity (keakraban (derajat kesadaran khalayk akan topik tertentu))
b)    personal salience (penonjolan pribadi (relevansi kepentingan dengan ciri pribadi))
c)    favorability (kesenangan) (pertimbangan sebang atau tidak senang akan topik berita.

            3)Untuk agenda kebijkasanaan, dimensi – dimensi :
a)    support (dukungan) (kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu)
b)    likelihood of action (kemungkinan kegiatan) (kemungkinan yang mungkin melaksanakan apa yang diibaratkan)
c)    freedom of action (kebebasan bertindak) (nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah)

9.      Uses and Gratifications Model (Model Kegunaan dan Kepuasan)
            Pendekatan uses and gratifications untuk pertama kali dijelaskan oleh
Elihu Katz (1959) dalam suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan Benard bahwa penelitian komunikasi tampak akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang seadang sekarat adalah studi komunikasi massa sebagai persuasi.

            permasalahan utama bukanlah bagaiman media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadidan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. Untuk mendapat kejelasan mengenai model uses and gartifications ini dapat dikaji Gambar  yang diketengahkan oleh Katz, Gurevitch dan Haas.

            Model ini memulai dengan lingkunagn sosial (socisl environment) yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri – ciri afiliasi kelompok dan ciri – ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual”s needs) dikategorisasikan sebagi cognitive needs, affective needs, personal integrative needs, social integrative needs, dan escapist needs.

            Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1)    Cognitive needs (kebutuhan kognitif) :
Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan; juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.

2)    Affective needs (kebutuhan afektif) :
Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan emosional

3)    Personal integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif) :
Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal – hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4)    Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integatif) :
Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontrak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal – hal terbut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5)    Escapist needs (kebutuhan pelepasan) :
Kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindrakna tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.

            Prof. Tekeuchi bahwa unsur – unsur yang hendaknya dihayati secara perspektif, adalah ciri – ciri pribadi (personal characteristich) khalayak, kondisi sosial (social condition) khalaya, kebutuhan (needs) khalayak, motivasi dan perilaku nyata menanggapi terpaan komunikasi massa beserta pola kebutuhan (gratifications pattern), tetapi ternyata semua faktor pada akhirnya harus dipandang sebagai faktor yang menerangkan pola kebutuhan (Gambar ).

10.    Clozentropy Theory (Teori Clozentropy)
            Clozentropy Theory yang mula – mula diketengahkan oleh Donald Dranell pada tahun 1970, kemudian dikembangkan oleh Dennis T. Lowry dan Theodore J. Marr yang mengkaji teori ini dalam komunikasi internasional. Teori ini dilakukan karena ternyata di slaj satu pihak komunikasi internasional mencakup pesan-pesan dari negara A dengan bahasa X dan di terjemahkan dalam bahasa Y oleh negara B, tetapi di alin pihak ada komunikasi yang tidak erlu terjemahan seperti Amerika dengan ingggris, kanada dengan Australia.

            Studi yang dilakukan oleh Lowry dan Marr terhadap Clozentropy Theory itu menekankan pentingnya pra keakraban dengan isi pesan yang janggal (prior familiarity with idiosyncratic content) dalam hubungan dengan pengertian pesan komunikasi, dalam arti isi pesan komunikasi ini bersifat khas. Dalam beberapa hal pra keakraban lebih penting daripada taraf pendidikan formal.

            Clozentropy Theory telah memperbaiki yang dikenal sebelumnya yakni “kenalilah diri mereka (know thyself)” menjadi kenalilah pesan anda dan sasaran anda beserta pertautannya.

D.      REFLEKSI PERKEMBANGAN TEORI KOMUNIKSI
            Perspektif  paling awal tentang komunikasi berkaitan dengan berbicara di depan umum untuk tujuan persuasi. Orientasinya diperluas hingga mencakup baik konteks komunikasi antarpribadi maupun publik. Di tengah begitu banyaknya perubahan, mungkin yang paling mendasar dari tema-tema tradisional adalah pandangan bahwa komunikasi terdiri dari sumber yang menyusun dan mengirim pesan ke satu atau lebih untuk menghasilkan efek tertentu.

            Pada waktunya, paradigma sebuah ilmu mengalami perubahan. Hasil penelitian, pengamatan, atau peristiwa yang tidak dapat di jelaskan atau tidak selaras dengan paradigma yang ada disebut dengan anomali.

            Dari kajian tentang model komunikasi, terbukti bahwa perubahan paradigma ini telah tejadi dalam komunikasi. Kajian lebih lanjut mengungkapkan  bahwa anomali yang telah memberikan dorongan untuk terjadi perubahan. Bahkan lebih dahulu Aristoteles kemukakan melalui model komunikasi, mengingatkan bahwa upaya persuasif dari pembicara tidak selalu berhasil.

            Perubahan lain di dalam ilmuwan menggambarkan proses komunikasi terjadi sebagai konsekuensi dari kesadaran bahwa pesan yang di terima sering tidak sesuai dengan pesan yang di kirim. Model Kazt dan Lazarfeld, misalnya, menyajikan pandangan bahwa efek dari model pengirim-ke-penerima lebih sering terjadi melalui media daripada di lakukan secara langsung. Dance menekankan bahwa komunikasi tidak harus dilihat sebagai peristiwa statis. Seperti Watzlawikck, Beavin dan Jackson, begitupula Thayer menekankan bahwa komunikasi adalah proses yang komplek dan dinamis yang melibatkan penciptaan, penyebarluasan, memperoleh, dan memproses informasi. Karyanya juga menekankan pada penerima sebagai kekuatan ddalam mengendalikan hasil komunikasi.

            Model DeVito (gambar ) menggabungkan komponen-komponen yang sebelumnya digunakan untuk menggambarkan proses komunikasi. Ketika terdapat banyak bentuk visual dan menyerupai model-model pertengahan abad-20, sejumlah penandaan yang rumit seperti panah dua arah dan rujukan kepada konteks telah memperbarui perspektif yang lebih tua agar tetap cocok dengan kondisi terkini.


==========

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nona Alviena Published @ 2014 by Ipietoon