A. Pelacakan Teori Komunikasi
Dalam pelacakan teori komunikasi
perlu di jelaskan pengertian teori dan teori kominikasi berdasarkan pemikiran
para pakar ilmu sosial secara umum dan para pakar komunikasi secara khusus.
1. Pengertian Teori dan Teori Komunikasi
Wilbur
Schramm dalam buku “Introduction to Mass Communication Research” (Nafziger
& White, 1972 : 10) mendefinisikan teori sebagai :
“Suatu perangkat pernyataan yang saling
berkaitan, pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan daripadanya proposisi
bisa dihasilkan yang dapat diuji secra alamiah, dan pada landasannya dapat
dilakukan prediksi mengenai perilaku”.
(A set of related statements, at high level of
abstraction, from which propositions can be generated that are testable by
scientific measurements and on the basis of which predictions can be made about
behavior).
Dari
definisi itu jelas bahwa teori adalah hasil telaah dengan metode ilmiah.
Mengenai metode ilmiah ini, Alexis S Than dalam bukunya “Mass Communication
Theoris and Research” (1981) mengungkapkan bahwa yang dimaksudkan metode ilmiah
adalah metode penyelidikan atau metode pemaparan kebenaran yang menunjukkan
ciri – ciri sebagai berikut :
a. Objektivitas (objectivity)
Metode ilimiah
mencari fakta dengan menganalisis informasi dari dunia nyata (real world),
yaitu dunia di luar si ilmuawan yang meneliti. Objektivitas dapat dicapai
paling tidak dengan dua cara :
1.Empirisme (empirism)
2.Logika formal (formal logic)
b. Berorientasikan
masalah (problem oriented)
Metode ilmiah akan
dapat dimulai hanya lkalau seorang peneliti mengakui adanya masalah, baik yang
praktis maupun yang teoritis, yang
memerlukan keputusan.
c. Dipandu
hipotesis (prolem oriented)
Suatu hipotesis
adalah keterangan atau keputusan yang diajukan kepada masalah untuk memulai
penelitian
Ciri hipotesis yang baik adalah :
1)
Relational
(terpaut)
Hipotesis menunjukkan keterpautan antara
kondis dengan observasi. Keterpautan ini menyajikan atau keterangan bagi
masalah yang sedang diselidiki.
2)
Berdasarkan
pengetahuan terdahulu (based on previous knowledge)
Suatu hipotesis daripada sekedar
pemekiran atau dengan. Ia berdasarkan pengetahuan terdahulu mengenai masalah
yang dikaji.
3)
Verifikasi
objektif (objective verication)
Seorang penelitian harus mampu menguji
hipotesis secara objektif. Melalui pengukuran dan observasi secara empirik
langsung dalam dunia nyata. Dengan harus menetapkan variabel variabelnya secra
konsepsional dan secara operasional.
d. Berorientasikan
teori (Theory oriented)
Teori adalah
seperangkat dalil atau prinsip umum yang kait mengkait (hipotesis yang diuji
berulangkali) mengenai aspek – aspek suatu realitas. Fungsi teori menerangkan,
meramalkan/memprediksi, dan menemukan keterpautan fakta-fakta secara
sistematis.
e. Korektif
mandiri (self – corrective)
Sifat korektif
mandiri dari ilmu menyebabkan perlunya bagi ilmuwan lain dalam bidang yang sama
untuk menelitinya secara mendalam. Hal itu bukan saja untuk menyebarkan
penegtahuan baru yang menjadi landasan bagi penyelidikan lain, tetapi juga
memungkinkan penggunaan prosedur yang sama dalam sistuasi yang berbeda.
Teori acapkali
dibandingkan- disamakan dan dibedakan dengan model. Lawrence Kincaid
mendefinisikan model sebagi representasi atau wakil secara fisik atau simbolik
dari suatu fenomena konkret dalam istilah – istilah abstrak yang dapat
diterapkan pada satu atau lebih kasus dala waktu lebih dari satu kali. Stephen
W. Littlejohn dalam bukunya “Human Communication” mengatakan bahwa istilah
model dapat diterapkan pada setiap gambaran simbolis dari suatu benda, proses
atau gagasan (1989).
Mengenai kaitan
teori dengan model, seorang ahli filsafat Abraham Kaplan memberikan pandangan,
teori terdiri dari dua jenis yang luas. Ada teori yang secara berkaitan dengan
suatu subjek tertentu, dan ada yang bersifat umum yang dapat diterapkan pada
berbagai bidang.
Little john
menegaskan teori dalam pengertian yang paling luas sebagai penjelasan
konseptual mengenai proses komunikasi. Littlejohn menandaskan bahwa konsep
adalah unsur pertama di antara empat jenis unsur yang terdapat dalam teori.
Konsep adalah abstraksi yang menggeneralisasikan hal – hal yang khusus atau
konkret yang disusun secara sistematik dan logis dengan memadukan ciri – ciri
dan fakta –fakta terkait. Unsur kedua adalah keterpautan (relationsip. Unsur ketiga penjelasan (explanation)
termasuk prediksi. Dan unsur keempat atau terakhir adalah pernyataan nilai
(value statement).
2. Teoritis
Komunikasi
Gabriel
Tarde yang menjadi hakim di Perancis dan mendasarkan observasi
sosiologinya pada perilaku manusia, menampilkan
teori imitasi, yakni bagaimana seseorang dipengaruhi oleh orang lain yang
berinteraksi sehari
– hari.
John
Dewey, Charles Horton Cooley, Robert E Park, dan George Herbert Mead, menempatkan
komunikasi sebagai pusat konsepsi perilaku manusia. Dewey, Cooley, Park, dan
Mead menekankan pendekatan fenomenologis pada komunikasi manusia,
menitikberatkan bahwa subjektivitas individual ketika mempersepsi suatu pesan
secara hakiki adalah kualitas manusia. Komunikasi ini adalah bagaimana
seseorang mengartikan informasi, jadi bagaimana makna diberikan kepada suatu
pesan, adalah aspek fundamental dari proses komunikasi.
a. John
Dewey
Pandangannya bahwa
komunikasi massa adalah sarana perubahan sosial. Dengan bekerjasama dengan
mahasiswanya yang cemerlang, Robert Park, Dewey mencoba memulainya dengan
menerbitkan semacam surat kabar, Thougt News, untuk melaporkan penemuan –
penemuan mutakhir ilmu sosial dan untuk membahas masalah – masalah sosial.
Pemikiran Dewey didasarkan pada revolusi Darwin, dan pada
keyakinannya bahwa teknologi komunikasi terbaru akan mampu menampilkan nilai –
nilai komunitas dalam masyarakat massa. Dewasa ini Dewey terkenal karena
filsafat pragmatiknya, suatu keyakinan yang menyatakan bahwa suatu idea akan
benar apabila dipraktekkan. Pragmatisme menolak dualisme pikiran dan kenyataan,
subjek dan objek.
b. Charles
Horton Cooley
Cooley yang
dilahirjan di Ann Arbor, Michigan, belajar di Universitas Michigan (1864 –
1929) dan mengajar di almamaternya selama hidupnya. Komunikasi antar pribadi
dengan orang tua dan teman karib dalam kelompok primer adalah landasan utama
dari sosialisasi. Dalam skema konseptualnya, cooley menempatkan komunikasi pada
pada nilai yang tinggi, suatu mekanisme dalam formasi yang ia sebut the looking
glass self yang penting.
c. Robert
E. Park
Park dianggap
sebagai teorikus komunikasi massa yang pertama. Park mungkin juga peneliti
komunikasi yang pertama. Park mendefinisikan komunikasi sebagai komunikasi
proses sosial psikologis dengan mana seseorang mampu menerima sikap dan
pandangan orang lain. Konsepsi komunikasi Park menunjukkan bahwa dua orang atau
lebih dapat bertukar informasi masing – masing memberikan makna yang berbeda
pada informasinya yang diterima.
d.
George Herbert mead
Mead (18631931)
mempelajari filsafat paragmatik bersama William James di Universitas
Harvard.mead menekankan komunikasi manusia sebagai agen sosialisasi yang
fundamental. Teori Mead menyatakan bahwa individu-individu menyadari dirinya
melalui interaksi dngan orang lain, yang berkomunikasi dengannya.
Mead menegaskan
bahwa diri (the self) mulai berkembang pada seoarang anak di saat seorang
individu belajar memerankan orang lain belajar mengintimidasi peranan orang
lain, dan mengantisipasi tanggapan mereka terhadap aktivitas seseorang. Mead
menciptakan konsep yang dinamakannya generalized ohter dengan diterjemahkan aku
terdiri dari
segala sikap terhadap orang – orang lain dengan siapa seseorang
berinteraksi. “Me” adalah suatu perspektif individual tentang bagaimana orang –
orang lain melihat dia.
B. TEORI – TEORI KOMUNIKASI PADA TAHAP
AWAL
1. Model
Aristoteles
Model
Aristoteles adalah model komunikasi
paling klasik, yang sering juga disebut model retoris. Aristotels melihat
komunikasi sebagai sarana melalui mana warga negara berpartisipasi dalam
demokrasi. Ia menggambarkan komunikasi dengan cara seorang pembicara membangun
argumen untuk di sajikan dalam sebuah pidato kepada pendengar sebuah khalayak sebagaimana di gambarkan
dalam gambar . Tujuan pembicara
adalah menginspirasi dirinya
sendiri dengan citra positif dan
mendorong khalayaknya menerima pesan yang di sampaikan.
Komunikasi
terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak
dalam upaya mengubah sikap mereka. Tepatnya, ia mengemukakan tiga unsur dasar
dalam proses komunikasi, yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan
pendengar (listener).
2. Model
Komunikasi Lasswell
Lasswell
menyatakan bahwa proses komunikasi dapat dijelaskan dengan sangat baik oleh
pertanyaan sederhana : Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect
(Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Kepada Siapa Dengan Efek Apa).
Pandangan
lasswell tentang komunikasi menekankan unsur pembicaraan, pesan dan khalayak,
tetapi menggunakan istilah yang berbeda. Model Lasswell mengingatkan bahwa
mungkin terdapat berbagai hasil atau efek dari komunikasi, seperti
menginformasikan, menghibur, memperburuk, serta membujuk.
GAMBAR 1
Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell
adalah sebagai berikut :
a.
The
Surveilance of the invironment (pengamatan lingkungan).
b.
The
correlation of the parts of sos\ciety in responding to the environment
(korelasi kelompok – kelompok ketika menanggapi lingkungan).
c.
The
transmission of the social heritage from one generation to the next (tranmisis
warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).
3. Model
Shannon dan Weaver
Model
Shannon dan Weaver sering juga di sebut Teori matematikal, oleh karena
komunikasi manusia yang muncul pada tahun 1949, merupakan perpaduan dari
gagasan Claude E. Shannon dan Warren Eaver.
Shannon dan Weaver menggambarkan komunikasi dengan cara ini :
Komunikasi mencakup semua prosedur di mana satu pikiran dapat
mempengaruhi yang lain. Ini, tentu saja tidak hanya mencakup tulisan dan pidato
lisan, tetapi juga musik, seni, gambar, teater, balet dan sebenarnya meliputi
semua perilaku manusia.
GAMBAR 2
Teori
ini menunjukkan sumber informasi (information source) memproduksi sebuah
(message) untuk dikomunikasikan. Pesan tersebut dapat terdiri dari kata – kata
lisan atau tulisan, musik, gambar, dan lain – lain. Pemancar (tranmitter)
mengubah pesan mejadi isyarat (signal) yang sesuai bagi saluran yang
dipergunakan. Saluran (channel) adalah media yang menyalurkan isyarat dari
pemancar kepada penerima. Dalam percakapan sumber informasi adalah benak (brain),
pemancar adalah mekanisme suara yang menghasilkan isyarat, saluran (channel)
adalah udara. Penerima (receiver) melakukan kebalikan operasi yang dilaksankan
pemancar, yakni merekonstruksi pesan dari isyarat.
4. Model
Schramm
Dalam
sebuah artikel yang diterbitkan di tahun 1954 berjudul, “Bagaimana Komunikasi
Bekerja”, Wilbur Schramm memberika beberapa model komunikasi.
1. Model
pertama
Schramm melihat
komunikasi sebagai upaya sengaja untuk membentuk kesamaan antara sumber dan
penerima, dengan catatan bahwa kata komunikasi berasal dari bahasa latin communis, yang berarti common
atau bersama.
Schramm
menambahkan unsur field of experience yang dianggap penting untuk apakah
pesan akan diterima di tujuan dengan tujuan yang dimaksudkan oleh sumber.
Schram menegaskan pentingnya umpan balik (feed back) sebagai cara
untuk untuk mengatasi masalah gangguan (noise).
GAMBAR 3
2. model
kedua (Model sirkular Osgood dan Schramm)
Pada model ini
schramm bekerja sama dengan osgood, sehingga dikenal dengan Model sirkular
Osgood dan Schramm. Model Osgood dan Schramm dinilai sebagai sirkular dalam
derajat yang tinggi.
Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak
yang melakukan fungsi encoder, interpreter, dan decoder, mentrasmisikan dan
menerima sinyal. Di sini kita melihat umpan balik (message) dan lingkaran yang
berkelanjutan untuk berbagi informasi.
GAMBAR 4
Pada schramm dan
Osgood ditunjukkan fungsinya yang hampir sama. Digambarkan dua pihak yang
berperilaku sama, yaitu encoding atau menjadi, decoding atau menyandi balik dan
interpreting atau menafsirkan.
5. Model
Westley dan MacLean
Model
Westley dan MacLean menunjukkan bahwa
dalam situasi lingkungan tertentu hanya beberapa dari banyak sinyal (Xs) yang di perlihatka seorang individu (A).
Ketika indivudu A memproses dan menafsirkan sinyal-sinyal tersebut, sebagai
hasilnya adalah sebuah pesan baru(X
). Pesan baru ini-
sebagai representasi si A atas keseluruhan Xs- yang ia sampaikan ketika A
menjelaskan apa yang dia lihat atau dengar kepada individu kedua C.
GAMBAR 5
6.
Dance Helical Model ( Model Helical Dance )
Pada
1967 Frank Dance mengembangkan model komnikasi yang disebut dengan model spiral
berputar (Helical Spiral ). Di pilihnya bentuk visual seperti ini dimaksudkan
untuk menunjukkan bahwa komunikasi adalan proses kompleks dan evolusioner.
GAMBAR 6
Heliks
(helix), yakni suatu bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan bahwa
dewasa ini kebanykan orang menganggap bahwa pendekatan sirkular adalah paling
tepat dalam menjelaskan proses komunikasi.(lhat gambar ). Proses komunikasi, seperti halnya semua
proses sosial, terdiri dari unsur – unsur, hubungan – hubungan, dan lingkungan
– lingkunganyang terus menerus.
7.
Model Watzlawikck, Beavin dan Jackson
Pada
tahun 1967, Watzlawikck, Beavin dan Jackson memberikan pandangan umun tentang
komunikasi sebagai proses memberi dan menerima pesan di antara para pesertanya.
Model ini menekankan bahwa komunikasi bukanlah karena suatu sumber sengaja
memilih pesan untuk mengirimkannya. Sebalaiknya mereka beranggapan bahwa “
orang tidak dapat tidak berkomunikasi”.
GAMBAR 7
Mereka
menempatkan komunikasi sebagai suatu yang berkelanjutan, tindakan antarindividu
yang berfungsi secara bergantian sebagai sumber dan sebagai penerima. Dalam
tulisannya, mereka menyarankan untuk memahami bagaimana komunikasi bekerja,
seseorang harus dapat melihat sisi lain dari pesan untuk memdapatkan makna
bahwa setiap individu teriat dengan kata-kata dan tindakan mereka.
8. Model
Katz dan Lazarsfeld
Pada
1955, ilmuan politik Elihu Katz dan paul Lazarsfeld menyajikan konsep dua
langkah arus (two-step flow). Model ini berdasarkan penelitian
sebelumnya di mana mereka menemukan bahwa pesan politik melalui radio dan media
cetak memiliki efek yang kurang berarti bagi keputusan pemilih.
Dalam
mencari penjelasan untuk ketiadaan efek, mereka menghunbungkan dinamika
interpersonal dan komunikasi massa. Mereka menemukan pemimpin yabg ragu-ragu
lebih di pengaruhi oleh orang di seitar dibandingkan informasi yang diberikan
oleh meia massa, suami istri di pengaruhi oleh pasangan mereka, anak-anak oleh
orang tua mereka. Inilah yang disebut dual langkah arus komunikasi.
Penelitian
ini menunjukan hubungan komunikasi tatap muka, komunikasi massa dan
memperkenalkan konsep pemuka pendapat.
GAMBAR 8
9. Model
Thayer
Model
ini menekankan komunikasi sebagai proses yang dinamis di mana individu menciptakan
dan menginterpretasikan informasi- yang di lihatnya sebagai sesuatu yang
kompleks, dinamis dan sangat pribadi.
Model
ini menggambarkan komunikasi sebagai proses yang dinamis, dan menekankan
beberapa kunci lainnya:
· Pesan yang diterima tidak pernah identik dengan
ysng di kirim oleh sumber.
· Penerima mendapatkan sejumlah pesan dengan
pemahaman yang berbeda-beda.
· Orang bisa bertindak sebagai pengirim dan
penerima sekaligus, dan pergantian dari satu ke yang lain tidak selalu jelas.
· Informasi yang di terima dapat berfungsi
sebagai umpan balik.
10.
SORTheory (Teori SOR)
Menurut stimulus response ini, efek
yang di timbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga
seseorang dapat mengharap dan memperkirakan reaksi komunikan. Unsur-unsur dalam
model ini adalah : pesan (stimulus, S) , komunikan (Organism,O), dan efek
(response, R)
.
GAMBAR 9
Stimulus
atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin
ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses
berikutnya komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan
proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka
terjadilah kesedian untuk mengubah sikap.
10. SMCR Model (Model SMCR)
Rumus
SMCR adalah singkatan dari istilah – istilah : S singkatan dari Source yang
berarti sumber atau komunikator; M Singkatan dari Message yang berarti pesan ;
C singkatan dari Channel yang berarti saluran atau media, sedangkan R singkatan
dari Receiver yang berarti penerima atau komunikan.
Khusus
mengenai istilah Channel yang disingkat C pada rumus SMCR itu berarti saluran
atau media, komponen tersebut menurut Edward Sappir mengandung dua pengertain,
yakni primer dan sekunder. Media sebagai saluran primer adalah lambang,
misalnya bahasa, sedangkan media sekunder adalah media yang berwujud, baik
media massa, maupun media nirmassa,
misalnya surat, telepon, atau poster. Jadi,
komunikator pada komunikasi tatap muka hanya menggunakan satu media saja,
misalnya bahasa, sedangkan pada komunikasi bermedia seorang komunikator,
misalnya wartawan, penyiar atau reporter menggunakan dua media, yakni media
primer dan media sekunde, jelasnya bahasa dan sarana yang ia operasikan.
11. Newcomb` ABX Model ( Model ABX Newcomb )
Model
ini mengingatkan kepada diagram jaringan kelompok kerja yang dibuat para
psikolog sosial dan merupakan awal formulasi konistensi kognitif. Dalam bentuk
yang paling sederhana dari kegiatan komunikasi, seseorang, A, menyampaikan
informasi kepada orang lain, B, mengenai sesuatu, X. Model tersebut menyatakan
bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X adalah saling bergantung,
dan ketiganya membentuk suatu sistem yang meliputi empat orientasi:
a.Orientasi
A terhadap X
b.Orientasi
A terhadap B
c.Orientasi
B terhadap X
d.Orientasi
B terhadap A
GAMBAR 10
Pada
model Newcomb ini komunikasi merupakan cara yang biasa dan efektif di mana
orang – orang mengrientasi dirinya terhadap lingkungan (Severin dan Tankard,
1992).
Teorinya
itu menyangkut kasus dua orang yang mempunyai sikap senang atau tidak senang
terhadap masing – masing dan terhadap onbjek eksternal, maka akan timbul
hubungan seimbang (jika dua orang saling menyenangi dan juga menyenangi suatu
objek) dan juga terjadi tak seimbang (kalau dua orang saling menyenangi, tetapi
yang satu menyenagi objek, dan yang lain tidak). Selanjutnya apabila terjadi
keseimbangan, setiap peserta akan menghadang perubahan, dan manakala jadi
ketidakseimbangan berbagai upaya akan dilakukan untuk memulihkan keseimbangan
kognitif. (McQual dan Windahl, 1984).
12. The Theory of Cognitive Dissonnance ( Theori
Disonansi kognitif )
Istilah
disonasi kognitif dari teori yang ditampilkan oleh Leon Festinger ini berarti
ketidaksesuaian anata kognisi sebagai aspek sikap dengan perilaku yang terjadi
pada diri seseorang.
Pada
umumnya orang berperilaku konsisten dengan apa yang diketahui. tetapi kenyataan
menunjukkan bahwa sering pula seseorang
berperilaku tidak konsisten seperti itu. Leon
Festinger menyajikan contoh seorang pemuda yang sedang berkencan. Ketika ia
asyik berkencan dengan segala kegairahannya, ia sadar bahwa uang yang ada di
kantungnya tidak memadai dengan perbuatannya terhadap pacarnya itu. Keterpautan
perilaku dengan perbuatannya mengenai situasi
keuangannya itu dinamakan disonasi.
Jelaslah
bahwa jika orang itu menerima komunikasi tersebut akan meningkatkan disonasi
antara kepercayaan dengan perilaku. Jadi komunikasi persuasif akan sangat
efektif, apabila mengurangi disonasi, dan tidak efektif jika meningkatkan
disonasi.
13. Inocculation Theory ( Teori inokulasi )
Orang
yang tidak memiliki informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi
mengenai hal tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau dibujuk,
oleh karena itu ia tidak siap untuk menolak
argumentasi si persuader atau pembujuk. Suatu
cara untuk membuatnya agar tidak mudah kena pengaruh adalah “menyuntiknya”
dengan argementasi balasan (counterarguments).
Teori
inokulasi menyatakan bahwa lebih baik mempersenjatai terbujuk (persuadee)
dengan counterarguments daripada membiarkan tidak siap menyangkal perspektif
lawan.
14. The Bullet Theory of Communication ( teori
Peluru )
Wilbur
Schramm pada tahun 1950an itu mengatakan bahwa seorang komunikator dapat
menembakkan perlu komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak
berdaya. Tahun 1970an Schramm meminta kepada para peminatnya agar teori peluru
komunikasi itu dianggap tidak ada, sebab khalayak yang menjadi sasaran media
massa itu ternyata tidak pasif.
Pernyataan
Schramm tentang pencabutan teorinya itu didukung oleh Paul Lazarsfeld dan
Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi
, mereka tidak jatuh terjerembab. Kadang – kadang peluru itu tidak menembus.
Adakala pula efek yang timbul berlainan dengan tujuan si penembak. Seringkali
pula khalayak yang dijadikan sasaran senang untuk ditembak.
Raymond
Bauer menyatakan bahwa khalayak sasaran tidak pasif. Mereka bandel (stubborn).
Secara aktif mereka mencari yang diinginkan dari media massa. Jika
menemukannya, lalu melakukan interpretasi sesuai dengan predisposisi dan
kebutuhannya. Limited effect model atau efek terbatas. Hovland mengatakan bahwa
pesan komunikasi efektif dalam menyebarkan informasi, tetapi tidak dalam
mengubah perilaku.
C.TEORI–TEORI KOMUNIKASI PADA TAHAP SELANJUTYA
1. Four
Theories of the Press (Empat Teori Pers)
Fred
S. Siebert, Theodore Peterson dan Wibur Scramm pada tahun 1956 menerbitkan
sebuah buku berjudul “Four Theories Of the Press”. Buku tersebut mengupas empat
buah sistem pers yang berlaku di berbagai negara didunia, yaitu masing-masing
Authoritarian Theory, Libertarian Theory, Soviet Communist Theory, dan Social
Responsibility Theory.
a. Authoritarian
theory (teori otoriter)
Menurut Fred S.
Siebert teori ptoriter menyatakan bahwa hubungan antara media massa dengan
masyarakat ditentukan oleh asumsi – asumsi filsafati yang mendasar tentang
manusia dan negara. Dalam hal ini tercakup : (1) sifat manusia, (2) sifat
masyarakat, (3) hubungan antara manusia dengan negara, dan (4) masalah
filsafati yang mendasar, sifat pengetahuan dan sifat kebenaran. Teori toriter
mengenai fungsi dan tujuan masyarakat mnerima dalil – dalil yang menyatakan
bahwa pertama – tama seseorang hanya dapat mencapai kemampuan secara penuh jika
ia menjadi anggota masyarakat. Sebagai individu lingkup kegiatannya benarbenar
terbatas, tetapi sebagai anggota masyarakat kemampuannya untuk mencapai suatu
tujuan dapat ditingkatkan tanpa batas. Atas dasar asumsi inilah, kelompok lebih
penting daripada individu, karena hanya melalui kelompok seseorang dapat
mencapai tujuannya.
b. Libertarian
theory (teori liberal)
Teori Otoriter,
teori Liberal juga dikemukakan oleh Fred S, Siebert. Manusia menurut paham
liberalisme adalah hewan berbudi pekerti dan merupakan tujuan bagi dirinya
sendiri.
Bagi kehidupan
pers abad 18 merupakan abad yang penting dalam hubungannya dengan paham
liberali itu. Pada abad tersebut terdapat dua hal yang penting, yakni pertama,
perihal fitnah yang mengandung hasutan; dan kedua, perihal hak pers untuk
memberitakan kebijaksanaan pemerintahPerjuangan untuk mengakui prinsip –
prinsip liberal yang mempengaruhi pers itu, mencapai puncaknya dengan
diformulasikan dan diterimanya Bill of Rights yang, mencakup peraturan –
peraturan yang menetapkan kebebasan pers, mesti tidak tegas sehingga
menimbulkan berbagai interpretasi. Dari sejumlah butir yang mencakup oleh Bill
of Right itu, hanya satu butir yang tampaknya diterima tanpa interpretasi,
yakni bahwa kebebasan pers tidak mutlak,
Fungsi pers menurut teori liberal dapat dirumuskan sebagai berikut
:
a.
Mengabdi
kepada sistem politik dengan menyajikan informasi, diskusi dan dapat mengenai
peristiwa umum;
b.
Menyebarkan
penerangan kepada khalayak agar agar mampu berperintahan sendiri;
c.
Mengawal
hak – hak asasi pribadi dengan mengabdi kepadanya sebagai penjaga menghadapi
pemerintah;
d.
Mengabdi
kepada sistem ekonomi, terutama dengan jalan mempersatukan para pembeli
danpenjual barang dan jasa melalui media periklanan;
e.
Menyajikan
hiburan;
f.Mengusahakan dana bagi kebutuhan sendiri sehingga bebas dari
tekanan pihak yang
berkepentingan.
Teori liberal
menitikberatkan superioritasnya pada prinsip kebebasan perorangan, penilaian
dan aksioma bahwa kebenaran, jika diberi kebebesan, akan muncul sebagai
pemenang dalam setiap perjuangan. Slogannya adalah proses tegakkam diri
(selfrighting process) dan wahana pertukaran gagasan (market plece of ideas). Ia
telah menjadi bagaina integral dari jajaran demokrasi yang telah menghasilkan
kemajuan yang menakjubkan bagi kesejahteraan umum manusia.
c. Soviet
Communist Theory (Teori Komunis Soviet)
Teori ini dikupas
oleh Wilbur Schramm yang berarti seperti dikatakan tadi terdapat dalam buku
yang sama. Yakni “Four Theories of the Press). Schramm dalam kupasannya itu
mencoba menyelurusi dari akarnya, yakni pemikiran Karl Marx melalui pertumbuhan
di zaman Lenin dan Stalin. Schramm mengatakan bahwa kondisi hidup yang bersifat
material terutama cara manusia mengelola hidupnya dan jenis kehidupan yang ia
kelola menentukan idea manusia. Dengan lain perkataan, ekonomi, sistem
kekeuatan produktif, dan hubungan produktif merupakan faktor sentral bagi
kehidupan manusia, suatu fakta yang menentukan sifat kehidupan masyarakat. Ia
berpendapat bahwa pengawasan tehadap media massa harus berpijak pada mereka
yang memiliki fasilitas; sarana percetakan, stasiun siaran, dan lain – lain.
Konsep kebebasan
pers di Unu Soviet adalah kebebasan negatif, yakni kebebasan dari, sedangkan
konsep kebebasan pada sistem tanggung jawab sosial adalah kebebasan untuk jika
dikatakan bahwa pers/media massa di Uni Soviet itu bebas, bukan bebas untuk
menyartakan pendapat, melainkan bebas dari kapitalisme, indualisme, borjuis dan
anarki.
d. Sosial
Responsibility Theory ( Teori Tanggung Jawab Sosial)
Teori tanggung
jawab sosial yang dibahas dalam buku “Four Theories of the Press” oleh Theodore
Peterson, bahwa kebebasan dan kewajiban berlangsung secara beriiringan, dan
pers yang menikmati kedudukan dalam pemerintahan yang demokratis. Berkewajiban
untuk
bertanggung jawab kepada masyarakat dalam melaksankan fungs fungsi
tertentu yang hakiki. Dikembangkannya Teori tanggung jawab Sosial adalah
sebagai akibat dari kritik – kritik yang tajam dan gencar terhadap kegiatan
pers, terutama pada abad 20. Sebagai tanggapan terhadap kritik – kritik yang
dianggap amat berarti bagi kehidupan negara, masyarakat dan pres itu sendiri,
maka dibentuklah Commission on Freedom of the Press. Komisi Kemerdekaan Pers
itu telah dirumuskan lima persyaratan pers yang menurut analisis Theodore
Peterson adalah sebagai berikut :
Syarat pertama, memberitakan peristiwa – peristiwa sehari –
hari yang benar, lengkap dan
berpekerti dalam konteks yang mengandung makna.
Syarat Kedua, memberikan pelayanan sebagai forum untuk
saling tukar komentar dan kritik.
Syarat ketiga, memproyeksikan gambaran yang mewakili
kelompok inti dalam masyarakat.
Syarat keempat, bertanggung jawab atas penyajian disertai
penjelasan mengenai tujuan dan nilai
– nilai masyarakat.
Syarat kelima, mengupayakan akses sepenuhnya pada peristiwa
– peristiwa sehari – hari.
Demikian
lima syarat sebagai ciri dari teori tanggung jawab sosial. Pemikiran ketiga
pakar itu dikritik oleh Ralph Lowenstein pada tahun 1971 dengan mengatakan
bahwa teori-teori itu tidak flesibel dan tidak dapat di aplikasikan pada semua
sistem pers.
2. Individual
Difference Theory (Teori Perbedaan Individual)
Nama
teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur ini lengkanya adalah
“Individual Difference Theory of Mass Communication Effect”. Jadi teori ini
menelaah perbedaan – perbedaan di antara individu – individu sebagai sasaran
media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu. Anggapan dasar
dari teori ini ialah bahwa manusia amat bervariasi dal organisasi psikologisnya
secara pribadi. Manusia yang dibesarkan dalam lingkung yang dipelajarinya itu,
mereka mengehendaki seperangkat sikap, nilai, dan kepercayaan yang merupakan
tatanan psikologisnya masing – masing pribadi yang membedakannya dari yang
lain. Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan – rangsangan khusus
yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak – watak perorangan anggota
khalayak.
3. Social
Categories Theory (Teori Kategori Sosial)
Teori
Kategori Sosial menyatakan adanya perkumpulan – perkumpulan, kebersamaan –
kebersamaan atau kategori – ketegori sosial pada masyarakat urban – industrial
yang perilakunya ketika diterpa perangsang – perangsang tertentu hampir –
hampir seragam.
Asumsi
dasar, meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki
sejumlah cir yang sama akan mempunyai pola
hidup tradisional yang sama. Persamaan gaya,
orientasi dan perilaku akan berkaitan dengan suatu gejala seperti pada media
massa dalam perilaku yang seragam. Anggota – anggota dari suatu kategori
tertentu akan memilih pesan komunikasi yang kira – kira sama, dan menanggapinya
dengan cara yang hampir sama pula. Teori kategori sosial merupakan formula yang
lebih bersifat penjelasan daripada pembahasan.
4. Social
Relationships Theory (Teori Hubungan Sosial)
Teori
yang diketengahkan juga oleh Melvin DeFleur ini menunjukkan bahwa hubungan
sosial secara informal berperan penting dalam mengubah perilaku seseorang diterpa
pesan komunikasi massa. Suatu penelitian menemukan adanya semacam kegiatan
informasi melalui dua tahapan dasar. Pertama, informasi bergerak dari media
kepada orang – orang yang secara relatif banyak pengetahuannya; Kedua,
informasi bergerak dari orang – orang itu melalui saluran antarpribadi mereka
yang kurang diterpa media dan banyak tergantung pada orang lain mengenai suatu
informasi. Situasi komunikasi seperti ini dikenal sebagai arus komunikasi dua
tahap (two step flow of communication).
Orang
yang sering terlbat dalam komunikasi dengan media massa itu disebut pemuka
pendapat sebagai terjemahan dari opinion leader, karena segera dijumpai bahwa
berperan penting dalam membantu pembentuknan pengumpulan suara dalam rangka
pemilihan umum. Mereka tidak hanya meneruskan informasi, tetapi juga
interpretasi terhadap pesan komunikasi yang mereka terima. Sejenis pengarus
pribadi ini segera diakui sebagi arus komunikasi dua tahap (two step flow of
communication) juga diakui sebagai mekanisme massa (kampanye) dengan tanggapan
(perilaku pemilihan) terhadap pesan itu.
5. Cultural
Norms Theory (Teori Norma Budaya)
Teori
Norma Budaya menurut Melvin DeFleur hakikatnya adalah bahwa media massa melalui
penyanjiannya yang seletif dan penekanannya pada tema – tema tertentu,
menciptakan kesan – kesan pada khalayak di mana norma – norma budaya mengenai
suatu hal tertentu, maka media komunikasi secara tidak langsung akan
mempengaruhi perilaku. Tiga cara di mana media secara potensial mempengaruhi
situasi dan norma bagi individu – individu.
Pertama,
pesan komunikasi massa akan memperkuat pola – pola yang sedang berlaku dan
memandu khalayak untuk percaya bahwa suatu bentuk sosial tertentu tengah dibina
oleh masyarakat.
Kedua,
media komunikasi dapat menciptakan keyakinan baru mengenai hal – hal khalayak
sedikit banyak telah memiliki pengalaman sebelumnya.
Ketiga, komunikasi massa dapat mengubah norma –
norma yang tengah berlaku dan karenanya mengubah khlayak dari suatu bentuk
perilaku yang lain.
Persoalan
apakah media massa dapat mengubah
perilaku khalayak dari suatu yang mapan
ke bentuk yang lain. Dalam hubungan ini DeFleur mangatakan bahwa pemukiran
peneliti jangan ditutip duhulu dengan persoalan seperti ini. Di kemukakannya
suatu contoh yang berkaitan dengan Teori Norma Budaya ini adalah masalah
prasangka ras di Ameriak, dimana orang kulit putih memandang orang Negro
manusia kotor dan jorok, sehingga yang layak bagi mereka hanyalah pekerjaan
sebagai pelayanan, tukang membersihkan sepatu, buruh ladang, bahkan sebagai narapidana.
Dari
contoh tersebut tampak bahwa peranan media massa dalam kaitannya dengan norma
budaya tidak diragukan.
6. Social
Learning Theory (Teori Belajat Secara Sosial)
Social
Learning Theori yang ditampilkan oleh Albert Bandura ini mengkaji proses
belajar melalui media massa sebagai tandingan terhadap proses belajar secara
tradiosional. Teori belajar secara tradisional menyatakan bahwa belajar terjadi
dengan cara menunjukkan tanggapan dan mengalami efek – efek yang timbul.
Penentu utama dalam belajar adalah peneguhan, dimana tanggapan akan diulangi
jika organisme mendapat hukuman atau bila tanggapan tidak memimpinnya ke tujuan
yang dikendaki. Jadi, perilaku diatur secara eksternal oleh stimulasi yang
ditimbulkan oleh kondisi – kondisi peneguhan.
Albert
Bandura menyatakan bahwa social learning theory menganggap media massa sebagai
agen sosialisasi yang utama di samping keluarga, guru disekolah, dan sahabat
karib.
Dalam
belajar secara sosial langkah pertama adalah perhatian (attention) kepada suatu
peristiwa. Perhatian kepada suatu peristiwa ditentukan oleh kateristik
peristiwa itu (atau rangsangan yang dimodelkan) dan kateristik si pengamat.
Peristiwa yang jelas dan sedehana akan
mudah menarik perhatian dan karenanya mudah dimodelkan.
Pada
langkah kedua, yakni proses retensi tadi, peristiwa yang menarik dimaksukkan ke
dalam benak dalam bentuk lambang secara verbal atau imaginal sehingga menjadi
ingatan (memory).
Pada
langkah ketiga, motor reproduction process, hasil ingatan tadi akan meningkat
menjadi bentuk perilaku. Kemampuan kognitif dan
kemampuan motorik pada langkah ini berperan
penting. Reproduksi yang sesama biasanya merupakan produk “trial and error” di
mana umpan balik turut mempengaruhi.
Langkah
terakhir, memotivasi process, menunjukkan bahwa perilaku akan terwujud apabila
terdapat nilai peneguhan. Peneguhan dapat berbentuk ganjaran eksternal,
pengamatan yang menunjukkan bahwa bagi orang lain ganjaran disebabkan perilaku
yang sama, serta ganjaran internal, misalnya rasa puas diri. (Bandura : 209 –
210)
7. Diffusion
Of Innovation Model (Model Difusi Inovasi)
Model
difusi inovasi akhir – akhir ini banyak digunkan sebagi pendekatan
dalam komunikasi pembangunan. Rogers
mendefinisikan difusi sebagai proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan
melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu diantara para anggota
suatu sistem. (the process by which an innovation is communicated througt
certain channels overtime among the members of a social system).
Difusi
adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan –
pesan sebagi ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses di
mana para pelakunya menciptakan informasi dan saling pertukaran informasi
tersebut untuk mencapai pengertian bersama. Ketidakpastian adalah suatu derajat
dimana sejumlah alternatif dirasakannya berkaitan dengan suatu peristiwa
berserta kemungkinan – kemungkinan palternatif tersebut.
Unsur
– unsur difusi ide adalah (1) inovasi, (2) yang dikomunikasikan melalui saluran
tertentu, (3) dalam jangka waktu tertentu, (4) diantara para anggota suatu
sistem sosial. Inovasi adalah suatu ide, kaya atau objek yang dianggap baru
oleh seseorang.
Ciri-ciri inovasi menurut Rongers adalah sebagai berikut :
a.
Relative
advantange adalah suatu derajat dengan mana inovasi dirasakan lebih baik
daripada ide lain yang menggantikannya.
b.
Compatibility
adalah suatu derajat dengan mana inovasi dirasakan ajeg atau konsisten dengan
nilai – nilai yang berlaku, pengalaman dan kebutuhan mereka yang melakukan
adopsi.
c.
Complexity
adalah mutu derajat dengan mana inovasi dirasakan sukar untuk dimengerti dan
dipergunakan.
d.
Triability
adalah mutu derajat dengan mana inovasi dapat dieksprementasikan pada landasan
yang terbatas.
e.
Observabiliti
adalah suatu derajat dengan mana inovasi dapat disaksikan oleh orang lain.
Rogers
menyatakan bahwa media massa lebih efektif untuk menciptakan pengetahuan
tentang inovasi, sedangkan saluran antarpribadi lebih efektif dalam pembentukan
dan percobaan sikap terhadap ide baru. Aspek lain dalam kegiatan difusi adalah
haterophily dan
homophiliy.
Mengenai
waktu sebagai salah satu unsur utama dari difusi ide baru itu meliputu tiga
hal, yakni sebagai berikut :
1)
Innovationsdecision
process (proses inovasi keputusan)
Innovtion decision
process adalah proses mental di mana seseorang berlalu dari pengetahuan pertama
mengenai suatu inovasi kepembentukan sikap terhadap inovasi, ke keputusan
menerima atau menolak, kepelaksanaan idea baru, dan kepeneguhan keputusan itu.
Ada lima langkah baru dikonseptualisasikan dalam proses ini, yakni :
a.
knowlegde
(pengetahuan)
b.
persuasion
(persuasi)
c.
decision
(keputusan)
d.
implementation
(pelaksanaan)
e.
comfirmation
(peneguhan)
2)
Innovativeness
(keinovatifan)
Innovativeness
adalah derajat dengan nama seseorang relatif lebih dini dalam mengadopsi ide –
ide ketimbang anggota – anggota lain dalam suatu sistem sosial. Pengadopsi
tersebut diketegorikan sebagi berikut :
(1)inovator
(inovator)
(2)early
adopters (pengadopsi dini)
(3)early
majority (mayoritas dini)
(4)late
majority (mayoritas terlambat)
(5)laggard
(orang belakang)
3)
Innovation’s
rate of adoption (tingkat inovasi dari adopsi)
Rate of adoption
adalah kecepatan relatif dengan nama suatu inovasi diadopsi anggota – anggota
suatu sistem sosial. Rate of adoption atau tingkat adopsi biasanya diukur
dengan waktu yang diperlukan untuk persentase tertentu dari para anggota sistem
untuk mengadopsi suatu inovasi.
8. Agenda
Setting Model (Model Penataan Agenda)
Agenda
setting model untuk pertamakali ditampilkan oleh M.E. Mc.Combs dan D.L. Shaw
dalam “Public Opinion Quarterly” terbitan tahun 1972, berjudul “ The
AgendaSetting Function of Mass Media” .“jika media memberikan tekanan pada
suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya
penting”.
Tetapi
David H. Heaver dalam karyanya yang berjudul “Media Agenda Setting and Media
Manipulation” mengatakan bahwa pers senagai media komunikasi massa tidak
merefleksikan kenyataan, melainkan menyaring dan membentuknya seperti sebuah
kaleidoskop yang menyaring dan membentuknya seperti sebuah kaleidoskop yang
menyaring dan membentuknya cahaya (the press does not reflect teality, but
rather).
Manhein
dalam pemikirannya tentang konseptualisasi agenda yang potensial meliputi tiga
agenda, yaitu agenda media, agenda
khalayak dan agenda kebijkasanaan. Masing –
masing agenda itu mencakup dimensi – dimensi sebagai berikut :
1)Untuk
agenda media, dimensi – dimensi :
a)
Visibility
(visibilitas) (jumlah dan tingkat menonjolnya berita)
b)
Audience
salience (tingkat menonjol bagi khalayak) (relevansi isi berita dengan
kebutusan khalayak)
c)
Valence
(valensi) (menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu
peristiwa)
2)Untuk
agenda khalayak, dimensi – dimensi :
a)
familiarity
(keakraban (derajat kesadaran khalayk akan topik tertentu))
b)
personal
salience (penonjolan pribadi (relevansi kepentingan dengan ciri pribadi))
c)
favorability
(kesenangan) (pertimbangan sebang atau tidak senang akan topik berita.
3)Untuk
agenda kebijkasanaan, dimensi – dimensi :
a)
support
(dukungan) (kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu)
b)
likelihood
of action (kemungkinan kegiatan) (kemungkinan yang mungkin melaksanakan apa
yang diibaratkan)
c)
freedom
of action (kebebasan bertindak) (nilai kegiatan yang mungkin dilakukan
pemerintah)
9. Uses
and Gratifications Model (Model Kegunaan dan Kepuasan)
Pendekatan
uses and gratifications untuk pertama kali dijelaskan oleh
Elihu Katz (1959) dalam suatu artikel sebagai
reaksinya terhadap pernyataan Benard bahwa penelitian komunikasi tampak akan
mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang seadang sekarat adalah studi
komunikasi massa sebagai persuasi.
permasalahan
utama bukanlah bagaiman media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi
bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadidan sosial khalayak. Jadi, bobotnya
ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai
tujuan khusus. Untuk mendapat kejelasan mengenai model uses and gartifications
ini dapat dikaji Gambar yang
diketengahkan oleh Katz, Gurevitch dan Haas.
Model
ini memulai dengan lingkunagn sosial (socisl environment) yang menentukan
kebutuhan kita. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri – ciri afiliasi
kelompok dan ciri – ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual”s needs)
dikategorisasikan sebagi cognitive needs, affective needs, personal integrative
needs, social integrative needs, dan escapist needs.
Penjelasannya
adalah sebagai berikut :
1)
Cognitive
needs (kebutuhan kognitif) :
Kebutuhan yang
berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai
lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai
lingkungan; juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan
kita.
2)
Affective
needs (kebutuhan afektif) :
Kebutuhan yang
berkaitan dengan peneguhan pengalaman pengalaman yang estetis, menyenangkan,
dan emosional
3)
Personal
integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif) :
Kebutuhan yang
berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status
individual. Hal – hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.
4)
Social
integrative needs (kebutuhan sosial secara integatif) :
Kebutuhan yang
berkaitan dengan peneguhan kontrak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal – hal
terbut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.
5)
Escapist
needs (kebutuhan pelepasan) :
Kebutuhan yang
berkaitan dengan upaya menghindrakna tekanan, ketegangan, dan hasrat akan
keanekaragaman.
Prof.
Tekeuchi bahwa unsur – unsur yang hendaknya dihayati secara perspektif, adalah
ciri – ciri pribadi (personal characteristich) khalayak, kondisi sosial (social
condition) khalaya, kebutuhan (needs) khalayak, motivasi dan perilaku nyata
menanggapi terpaan komunikasi massa beserta pola kebutuhan (gratifications
pattern), tetapi ternyata semua faktor pada akhirnya harus dipandang sebagai
faktor yang menerangkan pola kebutuhan (Gambar ).
10. Clozentropy
Theory (Teori Clozentropy)
Clozentropy
Theory yang mula – mula diketengahkan oleh Donald Dranell pada tahun 1970,
kemudian dikembangkan oleh Dennis T. Lowry dan Theodore J. Marr yang mengkaji
teori ini dalam komunikasi internasional. Teori ini dilakukan karena ternyata
di slaj satu pihak komunikasi internasional mencakup pesan-pesan dari negara A
dengan bahasa X dan di terjemahkan dalam bahasa Y oleh negara B, tetapi di alin
pihak ada komunikasi yang tidak erlu terjemahan seperti Amerika dengan
ingggris, kanada dengan Australia.
Studi
yang dilakukan oleh Lowry dan Marr terhadap Clozentropy Theory itu menekankan
pentingnya pra keakraban dengan isi pesan yang janggal (prior familiarity with
idiosyncratic content) dalam hubungan dengan pengertian pesan komunikasi, dalam
arti isi pesan komunikasi ini bersifat khas. Dalam beberapa hal pra keakraban
lebih penting daripada taraf pendidikan formal.
Clozentropy
Theory telah memperbaiki yang dikenal sebelumnya yakni “kenalilah diri mereka
(know thyself)” menjadi kenalilah pesan anda dan sasaran anda beserta
pertautannya.
D. REFLEKSI
PERKEMBANGAN TEORI KOMUNIKSI
Perspektif paling awal tentang komunikasi berkaitan
dengan berbicara di depan umum untuk tujuan persuasi. Orientasinya diperluas
hingga mencakup baik konteks komunikasi antarpribadi maupun publik. Di tengah
begitu banyaknya perubahan, mungkin yang paling mendasar dari tema-tema
tradisional adalah pandangan bahwa komunikasi terdiri dari sumber yang menyusun
dan mengirim pesan ke satu atau lebih untuk menghasilkan efek tertentu.
Pada
waktunya, paradigma sebuah ilmu mengalami perubahan. Hasil penelitian,
pengamatan, atau peristiwa yang tidak dapat di jelaskan atau tidak selaras
dengan paradigma yang ada disebut dengan anomali.
Dari
kajian tentang model komunikasi, terbukti bahwa perubahan paradigma ini telah
tejadi dalam komunikasi. Kajian lebih lanjut mengungkapkan bahwa anomali yang telah memberikan dorongan
untuk terjadi perubahan. Bahkan lebih dahulu Aristoteles kemukakan melalui
model komunikasi, mengingatkan bahwa upaya persuasif dari pembicara tidak
selalu berhasil.
Perubahan
lain di dalam ilmuwan menggambarkan proses komunikasi terjadi sebagai
konsekuensi dari kesadaran bahwa pesan yang di terima sering tidak sesuai
dengan pesan yang di kirim. Model Kazt dan Lazarfeld, misalnya, menyajikan
pandangan bahwa efek dari model pengirim-ke-penerima lebih sering terjadi
melalui media daripada di lakukan secara langsung. Dance menekankan bahwa
komunikasi tidak harus dilihat sebagai peristiwa statis. Seperti Watzlawikck,
Beavin dan Jackson, begitupula Thayer menekankan bahwa komunikasi adalah proses
yang komplek dan dinamis yang melibatkan penciptaan, penyebarluasan,
memperoleh, dan memproses informasi. Karyanya juga menekankan pada penerima
sebagai kekuatan ddalam mengendalikan hasil komunikasi.
Model
DeVito (gambar ) menggabungkan komponen-komponen yang sebelumnya digunakan
untuk menggambarkan proses komunikasi. Ketika terdapat banyak bentuk visual dan
menyerupai model-model pertengahan abad-20, sejumlah penandaan yang rumit
seperti panah dua arah dan rujukan kepada konteks telah memperbarui perspektif
yang lebih tua agar tetap cocok dengan kondisi terkini.
==========
0 komentar:
Posting Komentar