Kamis, 04 Januari 2018

Life Traveler "Suatu Ketika di Sebuah Perjalanan"



Judul                     : Life Traveler, Suatu Ketika di Sebuah Perjalanan
Penulis                 : Windy Ariestanty
Editor                   : Alit T. Palupi
Proofreader       : Resita Wahyu Febiratri
Penerbit              : Gagas Media
Ilustrator            : Diani Apsari
Cetakan               : September 2011
Tebal                    : 381 halaman
No. ISBN              : 9789797804442


“Kadang, kita menemukan rumah justru di tempat yang jauh dari rumah itu sendiri. And yes, wherever you feel peacefulness, you might call it home:”. (halaman 45).

Life Travel menceritakan tentang pengalaman Windy mengelilingin Indo-china. Perjalanan yang yang bukan tentang tujuan tetapi tentang perjalanan itu sendiri. Tentang Windy yang ingin pembaca tahu bahwa bukan hanya pada tempat tujuan tapi di dalam perjalanan juga terdapat pemandangan-pemandangan indah yang terkadang tidak terlihat oleh mata lahir, namun mampu memuaskan mata batin.

Dalam buku ini, Windy menceritakan pengalamannya ketika mendatangi beberapa tempat,mulai dari Ha Noi, Paris, Belanda, dan juga Ciwidey, jawa barat. Ia berbagi semua pengalamnnya yang baru dilihat, di dengar dan apa saja yang diamatinya selama mengunjungi tempat-tempat tersebut.

 


           Windy menceritakan bukan bagaimana menuju Ha Long Bay dengan budget minim, bukan tentang mencapai Menara Eiffel nan legendaris. Perjalanan dalam Life Traveler adalah tentang bagaimana menemukan sebuah rumah di hotel kecil milik Miss Hang di Ha Noi, tentang tidur cantik di sleeping bus dan tentang mengunjungi sebuah warung kopi terpencil di pedalaman Cezka.

Sebelum memulai sebuah perjalanan, windy menceritakan bagaimana cara mempacking semua barang dengan sempurna yang disertai dengan tips-tipsnya tentu saja. Seperti kalimatnya yang mengatakan jika ingin membawa banyak hal ketika pulang, tentu saja harus pergi dengan tas ‘kosong’.

Pengalaman perjalanan pertama, Windy mengajak kita bercengkerama di Ha Noi, The City of Piace yang membuat windy bertanya kedamaian macam apa yang ditawarkan oleh kota yang menganut ideologi komunis ini. Windy dan ketiga temannya memulai petuangannya di Ha Noi dengan mengunjungi Pusat Kota terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan dengan tempat menarik lainnya di Ha Noi. Penggunaan bahasa yang menarik dan cara bertutur yang apik membuat pembaca seakan ikut hadir bersama dengan Windy melakukan petuangan. Seperti duduk di sebelahnya menikmati pagi atau duduk melamun menikmati keindahan alam dari jendela bus. Tidak hanya di Vietnam, Penulis juga menuaikan pengalamannya di Life Traveler ketika mengunjungi Kamboja, Praha, Czech Republik, bahkan ketika berburu Louis Vitton di Paris.


Life Traveler dikemas dengan begitu menarik, tidak hanya narasi perjalanan dan deskripsi tempat yang dikunjungi, tetapi penulis juga menyertakan foto-toto yang menarik perhatian, memberikan gambar ilustrasi, keadaan dan peraturan yang ada di daerah kunjungan tersebut sehingga membuat pembaca akan sangat menikmati halaman demi halaman buku Life Traveler tanpa harus merasa bosan. Serta tidak lupa dengan tips yang diberikan berdasarkan negara yang di kunjungi. Salah satunya, Windy menulis tentang Traveler’s Trik ketika menaiki Sleeping Bus.

Dalam Life Traveler, windy ingin menunjukkan sebuah perjalanan tidak hanya menikmati pemandangan atau objek wisata semata, tapi juga mengenal manusia-manusia yang ia temui di perjalanan. Keunikan budaya, adat istiadat, kuliner lokal hingga hikmah-hikmah menawan yang bertebaran dalam perjalanan mereka. Sebuah sudut pandang yang berbeda tentu akan menghasilkan rasa yang berbeda pula. Di Vietnam, Windy malah lebih banyak mengisahkan pengalamannya menaiki bus tidur (Sleeping Bus) dan mengomentari batas kecepatan maksimal 40 km ketimbang mengisahkan seluk-beluk keindahan Ha Long Bay. Di Eropa, tentang Menara Eiffel juga sedikit, malah ia lebih banyak bercerita tentang kawasan lampu merah di Amsterdam dan kota tua Praha.



Life Travel yang merupakan sebuah buku karangan non fiksi, tentu di dalamnya juga memuat tentang sejarah dan juga fakta-fakta tentang negara-negara yang dikunjungin oleh Windy. Hal ini mungkin menjadi suatu kekurangan bagi pembaca yang kurang menyukai cerita non fiksi. Selain pada pembaca sendiri, buku yang berisi gambar diantara deretan huruf dan kalimat beraroma filosofi sangat menarik untuk dibaca.



Dan juga, buku ini sangat direkomendasikan untuk calon pelancong yang akan mengunjungi beberapa tempat di Indo-China serta Eropa, seperti Ha Noi (Viet Nam), Kamboja, Frankfurt, Prague, Swiss, Paris, dan Bangkok karena dalam buku ini terdapat informasi tentang tempat kunjungan yang terdapat pada kota dan negara tersebut. Hal ini tentunya akan sangat bermanfaat.




0 komentar:

Posting Komentar

 

Nona Alviena Published @ 2014 by Ipietoon