Fungsi tata cahaya dalam secara
teknis adalah membangun kesan suasana pada karya audiovisual, membangun
harmonisasi sehigga rasionya tidak kontras, dan membantu kamera menangkap kesan
subyek yang diterangi.
A.
Sumber Cahaya
1.
Available Light
Merupakan
cahaya alam: matahari (daylight), cahaya bulan, cahaya bintang, cahaya dari
api, binatang yang mengeluarkan cahaya, dsb. yang dapat memberi kesan lebih
alami. Cahaya alam memiliki kelemahan: intensitanya tidak dapat ditentukan, waktu
berpengaruh pada intensitas cahaya sehingga akan perpengaruh terhadap hasil
gambar, dan kondisi alam (berawan) juga akan berpengaruh pada intensitas
cahaya. Cahaya yang tertangkap kamera video bisa jadi akan berbeda dengan
cahaya yang tertangkap oleh mata manusia. Oleh karena itu, camera operator
harus mengenali kepekaan kamera.
2.
Artificial Light
Merupakan
cahaya yang dihasilkan dari rekaan/buatan manusia: cahaya lampu. Contoh jenis
lighting set: blonde, black head, red head, kino flow, barsdoor, dsb.
B.
Tata Cahaya Dasar
Empat lighting set yang
digunakan dalam tata cahaya dasar adalah:
1.
Key Light, cahaya utama yang berfungsi sebagai
penerang utama pada subyek.
2.
Fill Light, cahaya tambahan untuk mengisi bagian
lain yang berlawanan dengan key light dan berfungsi untuk mengimbangi key
light.
3.
Back Light, cahaya tambahan yang mengarah di
bagian belakang subyek guna menciptakan kesan ruang 3 dimensi.
4.
Available Light, cahaya pendukung yang berfungsi
sebagai penegas suasana, misalnya untuk mendunkung suasana mistis, suasana
siang hari.
C.
Tata Cahaya Di Lapangan Produksi
Tata cahaya harus dikonsep
secara serius sebelum pra produksi, sehingga akan dapat ditentukan jumlah lampu
guna menciptakan mood dan harmonisasi. Hal lain dalam tata cahaya: arah lampu,
derajat sudut lampu, intensitas lampu yang dapat diatur, komposisi warna, rasio
cahaya, bounching (cahaya yang dipantulkan dengan reflektor), dan perbandingan
antara hi-light (bagian yang terang) dan shade (bagian yang paling gelap),
serta standar warna dasar (white balance). Dalam rekaman in-door concept, perlu
survei terlebih dahulu, menempatkan lampu dengan posisi eye level dan
menggunakan kerangka dari besi (rigging).
D.
Artistik
Art director harus memiliki
keahlian: menciptakan rekayasa bentuk, mengatur tata letak, memahami tata
warna, tata cahaya, komposisi framing dan pengadegan, sehingga tercipta: kreativitas
seni, simulasi ruang, estetika interior, dan piranti-piranti. Hasil kreativitas
seni akan dikaitkan dengan: waktu, tempat dan karakter.
1.
Konstruksi Bentuk. Dalam hal ini, yang harus
diperhatikan adalah:
a.
keselarasan warna (warna natural - warna yang
muncl dari benda-benda alami – dan artificial – warna yang dihasilkan dari
campur tangan manusia),
b.
bentuk property (bisa bulat, segitiga, kotak,
kurva, titik dan garis, atau 2 dimensi dan 3 dimensi, atau kombinasi bentuk),
c.
bahan dasar material (natural dan artificial)
yang berfungsi sebagai memperindah setting artistik), dan
d.
pencahayaan (untuk menghasilkan kepekaan
benda-benda atau property yang tampak pada frame).
2.
Menata Ruang Artistik secara Lapisan/Layering,
berfungsi untuk menata properti. Penata layering: melingkar dan
mendatar/melebar. Layering ini untuk pencocokan, harmonisasi, dan penonjolan
properti.
E. Wardrobe dan Make-up
1.
Wardrobe
Merupakan segala macam kostum dan atribut yang dipersiapkan untuk keperluan
produksi dan berfungsi sebagai informasi penting penunjang karakter, membangun
suasana, dan estetika.
2.
Make-up
Berkaitan dengan karakter dan berfungsi untuk peneguhan karakter seorang
talent. Make-up diharapkan senatural mungkin, tidak berlebihan namun membantu
penonton memahami karakter.
0 komentar:
Posting Komentar