Oleh : Maria Ulfa
Apa yang kalian
pikirkan ketika mendengar seorang anak mengatakan “ dia sangat manja ya sama mamanya?” saat melihat salah satu temannya
bersama ibunya? Anak itu yang kurang kasih sayang? Merasa iri tidak bisa
melakukannya dengan ibunya? Atau kalian berfikir ibunya tidak punya kesempatan
banyak untuk bersamanya?
Jika kita
mengatakan tidak ada orang tua yang tidak sayang pada anaknya, tapi faktanya
banyak pemberitaan tentang orang tua yang menyakiti anak mereka, membuang
bahkan yang lebih parah membunuh anaknya. Berbicara tentang orang tua yang
tidak sayang pada anak mereka mungkin itu pembahasan terlalu ekstrem. Namun
disini, kita akan membicarakan mengenai hal sebaliknya. Orang tua yang sayang
pada anaknya, hanya saja caranya yang keliru atau mungkin saja mereka hendak
menunjukkan kasih sayang dalam bentuk yang lain, materi misalnya. Karena itu
mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerja ketimbang hadir langsung
dengan anak-anaknya. Padahal anaknya tidak terlalu membutuhkan materi tersebut.
Hal itulah pada akhirnya membuat sang anak menciptakan asumsi sendiri tentang
kegelisahannya, bahwa orang tua mereka tidak sayang padanya dan sering
mengabaikannya.
Kehadiran orang tua
(terutama ibu) sangat penting bagi perkembangan anak. Jika anak kehilangan
peran dan fungsi ibunya, dia akan kehilangan haknya untuk dibina, dibimbing,
diberikan kasih sayang, perhatian dalam proses tumbuh kembangnya. Jangan karena
telah menyekolahkan seorang anak di sekolah yang mahal, dengan fasilitas yang
lengkap, bukan berarti orang tua tidak lagi harus mengambil bagian dalam memberikan
perhatikan pada proses perkembangannya. Justru pada tahap perkembangan
anak-anak, orang tualah yang harus menjalani peran utamanya.
Dalam sebuah hadis mengatakan ada beberapa kewajiban orang tua yang
paling utama, yaitu “hak seorang anak atas orang tuanya, hendaklah orang tuanya
memberikan nama yang baik kepadanya, mendidiknya dengan cara yang baik, dan
menempatkannya pada tempat yang baik/soleh dan kewajiban orang tua terhadap
anaknya adalah membaguskan namanya dan akhlak sopan santun, mengajarkan
menulis, berenang, dan memanah, memberikannya makan dengan makanan yang baik
dan menikahkannya bila sudah cukup umur”. Dari riwayat tersebut setidaknya
terdapat lima kewajiban orang tua terhadap anaknya.
Yang pertama memberikan nama yang baik. Kedua, mendidiknya dengan baik
yang dimulai dari pendidikan yang berada di rumah. Ketiga, mengajarkan keahlian
kepada anak, seperti mengajarkan anak belajar membaca dan menulis. Keempat, menempatkannya
di tempat tinggal yang baik dan dengan rezeki yang baik juga. Dan kelima, menikahkan
anaknya merupakan kewajiban terakhir bagi orang tua, karena biasanya anak tidak
lagi bersama dengan orang tua mereka setelah memiliki pasangan. Jika secara umum
kewajiban orang tua terhadap anak adalah memberikan pendidikan dan mengasuh
anak mereka serta memenuhi kebutuhan mereka, membina mental dan moral
anak-anaknya.
Kehidupan keluarga merupakan tempat bagi anak untuk memperlajari emosi
pertama kali. Anak akan mengenal bagaimana mengungkapkan emosi, memahami emosi
di sekitarnya dan bagaimana seorang anak menanggapi emosi. Dalam perkembangan ini,
seorang anak membutuhkan dukungan positif dari kedua orang tua karena ketika
terjadi kegagalan dalam perkembangannya anak akan cenderung menjadi lebih
agresif, menjadi pendiam, dan juga cenderung menjadi anak yang anti sosial.
Beberapa orang tua tidak memberi batasan dan dukungan bagi anak mereka
karena mereka sibuk bekerja. padahal kegagalan orang tua dalam mengawasi dan
memberikan perhatian pada anak dapat membuat anak merasa terpencil dan
diasingkan. Orang tua seperti ini hanya mengajarkan anak bagaimana menikmati
hidup tapi tidak mengajarkan anak bagaimana untuk bertahan hidup. Kehidupan
keluarga yang seperti itu dimana seorang anak diberikan fasilitas yang baik,
anak akan mencoba berusaha sendiri tanpa bimbingan orang tua.
Disisnilah
kesalahannya, orang tua yang kurang perhatian terhadap anak akan menghadirkan
banyak dampak buruk bagi si anak. ketika anak merasa diabaikan dan bahkan sering
diabaikan oleh orang tuanya, timbullah sebentuk sikap pada anak yang merasa bahwa
mengabaikan orang lain itu bukan suatu masalah. Anak menjadi lebih suka menarik
dirinya dari situasi sosial. Kurangnya
perhatian orang tua juga dapat berdampak pada rasa percaya diri seorang anak,
membuat hasil belajar yang buruk di sekolah bahkan terkadang membuat seorang
anak menjadi pembangkang.
Untuk
menghindari anak merasa kalau dia tidak di sayang, kurang di perhatikan maka
orang tua harus pandai dalam membagi waktu untuk keluarga dan juga untuk
pekerjaan. Membagi waktu untuk si anak dengan cara orang tua sebaiknya berusaha
untuk tidak membawa pakerjaan kantor ke rumah. Karena hal ini mempengaruhi
waktu bagi si anak untuk bermanja dengan orang tuanya yang sudah di tinggal
seharian.
Hal
lain, orang tua yang baru pulang bekerja pasti merasa lelah. Kelelahan ini
sebaiknya jangan menjadikan alasan untuk mengabaikan anak-anak. biasanya
komunikasi yang lebih efektif sering terjadi ketika makan malam bersama
keluarga. Saat itu orang tua dapat menanyakan tentang kesehariannya si anak,
sekolahnya dan juga teman-temannya. Komunikasi ringan seperti ini tidak akan
membuat anak berfikir dia yang kurang di sayang walaupun orang tuanya bekerja.
Banyak
cara meluangkan waktu untuk anak dan tetap ada untuk buah hati meskipun
bekerja. Semua tergantung pada orang tua yang benar tidak ingin anak mereka
merasa kurang perhatian dan kurang dapat bermanja atau orang tua yang lebih
memetingkan pekerjaan dan membiarkan anak mereka besar dengan manjaan orang
yang mengasuhnya yang mungkin terbatas.
0 komentar:
Posting Komentar