Seorang gadis berlari menghindar dari kejaran seseorang di
belakangnya di koridor kampusnya.
“Ulfa berhenti?” perintahnya, tapi tidak di gubris sama gadis ini
yang terus berlari.
Karena kelelahan, dia berhenti sejenak dan berjongkok mengatur nafasnya.
Ulfa kembali menegakkan tubuhnya, tapi dia terpaku pada sosok di depannya.
“kak. David” gumamnya. Dan dilanjutkan kekagetannya dengan
panggilan seseorang di belakangnya.
“Ulfa?”
Ulfa berbalik dan melihat Reza yang datang menyusulnya.
“kakak kenapa masih mengejarku sih? aku kan sudah bilang, aku udah
punya pacar, dan juga aku sudah bilang untuk cari cewek cantik dari aku. Lah
ini? Kakak masih aja ngejar cewek gak jelas kayak aku. Aku heran ya, sama
kakak, siapa sih yang meletin kakak sampai kak Reza kek gitu, aku rasa yang
melakukannya orang buta, apa gak bisa melihat mana yang cantik mana yang enggak
sih?” tanya Ulfa pada Reza yang malanjutkan ngerutu pada dirinya.
“aku gak bisa?’ jawab Reza.
“hah, kenapa? Karena aku gak nunjukin pacar aku sama kak Reza
gitu?”
“ya” di sertai anggukan.
“yakin ingin mengenal pacarku?”
“ya”
Tanpa mengalihkan pandangannya dari Reza, Ulfa menarik tangan
David, sosok yang berdiri di belakang Ulfa memperhatikan perdebatan kedua
makhluk di depannya. David yang di tarik tiba-tiba menjadi kaget karena dia
yang semula menjadi penonton berubah jadi aktor.
“nah ini pacarku , kak David, kenalkan? Gak mungkin gak kenal,
orang kalian seangkatankan? dia juga ketua BEM kan?”
Yang ditanya hanya diam melihat ke arah David, seakan menuntut
penjelasan dari David.
“ah, iya, jadi kamu orangnya, yang kata pacarku sering
mengejarnya?” tanya David merangkul bahu Ulfa, hingga membuatnya menegang.
“maaf telah mengganggu pacarmu, aku tidak akan pernah menemuinya
lagi” kecewa.
“tidak masalah jika berteman, aku tidak melarangnya untuk menambah
teman, asalkan tidak membuatnya risih, ya kan sayang” tanya pada Ulfa.
“i-iya”
“hm, ya, terima kasih, aku permisi” ucap Reza melangkah pergi.
Setelah kepergian Reza, Ulfa baru bisa menarik nafas lega.
“hm, kak David, makasih bangat udah mau bantu aku tadi, permisi
kak” berbalik untuk pergi, tapi tidak jadi dan kembali menghadap David.
“satu lagi kak, akting kakak sangat bagus, sekali lagi makasih ya
kak?” melangkah pergi.
“siapa nama kamu?”tanya David yang membuat Ulfa kembali
menghadapnya.
“untuk apa namaku?”
“kenapa? Apa
aku gak boleh mengenalmu?”
“hari ini kita bertemu tidak sengaja, mungkin besok kita udah
saling tidak mengenal lagi jika bertemu, jadi namaku gak penting” terseyum dan
berbalik pergi.
“jangan datang dan pergi sesuka hatimu, itu tidak baik” ucap David
yang membuat langkah Ulfa terhenti.
~Ooo~
Tutttttt......tutttttt...tutttttt....
Ulfa meraih ponselnya yang ada di atas nakas, dengan mata masih
terpejam.
“hallo, siapa ya” tanyanya yang tidak melihat siapa yang menelpon.
“siapa-siapa? kamu masih tidur?” tanya seseorang di seberang sana
dengan nada tinggi.
“hah?” terduduk dengan mata terbuka lebar melihat siapa yang
menelpon.
“hehe, ada apa kak?” tanya Ulfa polos.
“ada apa kamu tanya? Kamu mau masuk kuliah jam berapa hah?”
“hah kak, gak usah pakek teriak-teriak kan bisa, lagian kan baru
jam 09.00” melihat jam weker di nakasnya.
“ya jam 9, trus kamu ngebut di jalankan, ngejar waktu?” sindir di
seberang sana.
“aku tunggu sebelum 30 menit terakhir pukul 9.00, kamu sudah ada
di kampus” tambahnya.
“ya,ya baik daddy” memutuskan sambungan.
Ulfa menatap layar ponselnya yang sejenak menampilkan nama” My
David”, si ketua BEM yang terkenal menghormati waktu ini sudah tiga bulan
mengisi hari-harinya. Ulfa tersenyum mengingat perkenalan pertama mereka dulu.
“jangan datang dan pergi sesuka hatimu, itu tidak baik” ucap David
yang membuat langkah Ulfa terhenti.
Flash back
Dengan melipat tangannya, berhadapan dengan David, Ulfa berkata.
“aku rasa tadi kita tidak sengaja bertemu”
“hm, apa pengakuan aku pacarmu juga tidak disengaja?” sindir
David.
“kalau itu terpaksa”
“berarti kau harus membayar akibat keterpaksaan itu”
“apa yang harus ku lakukan?”
“siapa namamu?”
“Ulfa, selesai kan?” jengkel.
“No. kamu”
“hah?” bengong.
“telingamu gak bermasalahkan?”
“heh kak, aku harap kak David tidak terkenal pelet juga, kak David
lihat aku, udah item manis lagi, terus pendek , mungil lagi, kak David serius
ingin No ku?” cerocos Ulfa gak jelas yang membuat David tersenyum kecil.
“ya”
“hah, ya? Kurasa mata kakak harus benar-benar mendapat perawatan
deh” saran Ulfa seraya mengambil ponsel di tangan David dan memasukkan No nya.
“itu No ku” mengembalikannya.
Ulfa tak sengaja melihat jam tangannya David. Tanpa diperintah ditariknya
tangan David untuk melihat sudah jam berapa.
“hey”
“mampus gue” memukul jidatnya pelan, tanpa pamitan Ulfa langsung
meluncur ruangan MK sekarang.
Flash on
Di kampus, di depan ruangan Ulfa, David mondar mandir menunggu
Ulfa yang tak datang. Padahal waktu sudah satu jam lewat. Pak Bima juga akan
masuk sepuluh menit lagi. Saat David mencoba menghubunginya tapi tak ada
jawaban dari Ulfa.
“hei david, lo pergi ke acara pameran seni kan?” tanya seorang
temannya.
“oh, ya tentu” jawab David normal menyembunyikan kekhawatirannya.
Setelah beberapa kali menghubungi Ulfa tapi tidak diangkat,
akhirnya Ulfa balas menelvon.
“halo, kamu dimana? Kenapa gak di angkat aku telvon?” tanya David
dengan notasi marah, tapi omelannya terhenti saat mendengar sahutan dari
seberang sana bukan Ulfa.
“maaf, ini siapa?”
“...”
“apa? Kecelakaan?”
“...”
“dimana?”
“...”
“baik saya akan segera kesana” menutup sambungan dan berlari ke parkiran.
Dua puluh menit, David sudah sampai di rumah sakit. David langsung
berlari ke ruang ICU tempat Ulfa berada setelah menanyakan pada suster di situ.
Sampai di ruang ICU, langkah David melambat melihat tubuh mungil Ulfa yang di
pasangkan alat-alat penunjang kehidupan. Suara monitor yang menyakitkan bagi David saat
mendengarnya, di tambah saat melihat wajah pucat Ulfa yang tak sadarkan diri.
“hai” sapa David berat, tapi tidak ada jawaban dari Ulfa. David
terus menatap wajah Ulfa, wajah yang biasanya selalu ceria, wajah yang
membuatnya tenang, tapi sekarang diam tak berkata. Ulfa perlahan membuka
matanya, melihat sosok David di sampingnya membuatnya tersenyum kecil.
“kak.Uavid?” panggilnya lirih.
“ulfa, kamu udah sadar?”
“kak?”
“ya, kamu ingin apa? Aku pangil doktor dulu”
“tidak kak, aku, minta maaf kak?”
“udah jangan pikirkan itu-“
“aku, sayang, kak David” ucap Ulfa kembali memejamkan matanya.
Hancur sudah pertahanan David, air matanya mengalir begitu saja
saat mendengar kata-kata lirih Ulfa. Perlahan di kecupnya kening Ulfa, kecupan
yang lama hingga membuat Ulfa tersenyum kecil. Tidak lama keluarga Ulfapun
datang, di perhatikannya satu persatu wajah keluarganya dan yang terakhir David
orang yang baru beberapa bulan mengisi hidupnya. Perlahan mata Ulfa kembali
tertutup yang diiringi suara nyaring dari monitor yang menunjukkan garis lurus.
~Ooo~
David menatap kotak kecil persegi empat yang berisi sebuah cincin.
Cincin yang akan di gunakannya untuk melamarnya di acara pembukaan pameran seni
yang diadakan oleh universitas mereka.
Perlahan David melangkah ke tempat pemakaman yang sudah dhadiri
oleh banyak orang dan juga kawan Ulfa sendiri. Dengan air mata yang mengalir,
dan tatapan lurus pada orang-orang di depannya, memorinya kembali berputar pada
pertemuan pertama dengan Ulfa.
Ulfa tak
sengaja melihat jam tangannya David. Tanpa di perintah di tariknya tangan David
untuk melihat sudah jam berapa.
“hey”
“mampus gue”
memegang dahinya, tanpa pamitan Ulfa langsung meluncur ruangan MK sekarang.
Saat Ulfa
mengerjainya yang katanya baru bangun tidur.
“Ulfa kamu
dimana?” tanya David marah.
“ha siapa?”
ala orang tidur.
“kamu masih
tidur”
“kak David?
Oh tidak kak, aku sudah bangun”
“aku tunggu
tiga puluh menit sudah ada di kampus” mematikan telvon tanpa menunggu balasan.
Baru
beberapa menit mematikan telvon, seseorang datang dari belakangnya dan memberi
kode pada teman-teman David untuk diam dan menutup mata David.
“hayo
siapa?”
“Ulfa?”
menggeram kesal karena dikerjai dengan menarik tangan IUlfa yang menutup
matanya.
Ulfa
memasang wajah cemberut dan langsung meninggalkan David untuk bergabung dengan
teman David. Tanpa ulfa sadari David tersenyum dengan tingkah Ulfa.
Dan saat
Ulfa berjanji akan datang ke acara pameran seni.
“Ulfa?”
“hm?”
“besok kamu
datang kan ke acara pamerannya?”
“tentu, buat
kak David apa yang enggak sih”
“lebay kamu
ini” ucap David mendengar tawaan
kawannya karena kata-kata Ulfa.
David sampai di depan makamnya Ulfa. Air matanya kembali meluruh
melihat batu nisan yang bertuliskan nama Ulfa Alviena.
“kenapa? Kenapa saat aku
ingin melakukannya, kamu pergi? Aku ingin kita selalu bersama” batin David
memilukan.
David terus menatap batu nisan ulfa, sampai satu persatu langkah
pergi meninggalkan pemakaman. Dihapusnya air mata di pipinya, David berlutut di
samping Ulfa dan berkata.
“terima kasih, Ulfa”
“a-aku, mencintaimu” menahan tangisannya. Kemudian David berdiri
dan melangkah meninggalkan pemakaman dangan hatinya yang hancur.
The
and
0 komentar:
Posting Komentar