Rabu, 03 Mei 2017

pencitraan Politik JK - Makalah

MAKALAH







Disusun Oleh:
Maria Ulfa
150240047

Dosen Pembimbing
Kamaruddin Hasan S.Sos, M.Si


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK 
ILMU KOMUNIKASI
2017







KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur penulis ungkapkan kepada Allah swt. atas segala rahmat dan hidayah yang telah di limpahkan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pencitraan Politik Jokowi-JK” Makalah ini disusun bertujuan memenuhi persyaratan mengikuti final mata kuliah Komunikasi Politik.
            Makalah ini disusun berdasarkan keadaam komunikasi politik sekarang ini. Untuk itu dalam pembahasan disini mencoba untuk membahas tentang pencitraan politik Jokowi-Jk dalam menyusun strategi agar perpolitikannya berhasil.
            Ucapan terimakasih penulis kepada dosen Komnikasi Politik yang telah membimbing penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih pada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, yang telah memberi sedikit pendapat tentang masalah Pencitraan Politik Jokowi-JK yang ada di Indonesia.

                                                                                                Bireuen, 10 januari 2017                                                                                                                                                                                                                                                        
                                                                                                            Maria Ulfa






















DAFTAR ISI








A.    KESIMPULAN.. 11
B.     SARAN.. 11




PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Komunikasi politik berasal dari dua kata dasar, komunikasi dan politik. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, baik dengan cara penggunaan media sebagai kemasan informasi atau melalui transmisi secara simbolik. Sehingga informasi mudah dimengerti dan pada akhirnya dimiliki kesamaan persepsi. Sedangkan politik adalah  segala upaya untuk memperoleh, mempertahankan, dan memperluas wilayah kekuasaan.
Jadi komunikasi politik bisa disimpulkan sebagai komunikasi yang melibatkan didalamnya pesan - pesan politik dan aktor - aktor politik  atau komunikasi yang berkaitan dengan kekuasaan , jalannya pemerintahan dan kebijakan  pemerintah.
Pesan politik yang berkaitan dengan  kekuasaan, jalannya pemerintahan, dan kebijakan pemerintahan oleh faktor - faktor politik kepada komunikan melalui media atau saluran - saluran komunikasi politik, sehingga dihasilkan tanggapan atau balasan dari komunikan.
Tak diragukan lagi, media menempati peran yang sangat strategis dalam menyampaikan pesan-pesan politik terhadap khalayak. Melalui media para komunikator maupun aktivis politik mudah menghipnotis khalayak dengan citra yang ditampilkan setiap saat melalui media. Saluran komunikasi politik merupakan suatu sarana yang dapat memudahkan setiap individu maupun kelompok dalam melaksanakan dan menyampaikan pesan dan tujuan yang ingin dicapai.
Dalam komunikasi poitik, strategi komunikasi sangat diperlukan. Strategi komunikasi politik merupakan rencana yang meliputi metode, teknik dan tata hubungan fungsional dalam rangka pencapaian tujuan yang telan di tentukan. Melalui strategi ini, khalayak dapat mengetahui apakah dukungan, aspirasi, dan pengawasan tersalur atau tidak dalam berbagai kebijakan publik.










Sebagai suatu bidang kajian, komunikasi politik mencakup dua disiplin ilmu-ilmu sosial, yaitu ilmu politik dan ilmu komunikasi. Hal ini dapat dilihat dalam kajian ilmu politik secara umum membahas keterkaitan proses komunikasi dan proses politik yang berlangsung dalam sebuah sistem politik.
Komunikasi politik banyak menggunakan konsep-konsep dari ilmu komunikasi oleh sebab, ilmu komunikasi memang berkembang terlebih dahulu ketimbang komunikasi politik. Konsep-konsep seperti komunikator, pesan, media, komunikan, dan feedback sesungguhnya juga digunakan dalam komunikasi politik.
Pengertian Komunikasi Politik menurut seorang pakar politik Maswadi Rauf, Komunikasi Politik  adalah sebagai objek kajian ilmu politik, karena pesan-pesan yang diungkapkan dalam proses komunikasi bercirikan politik yaitu berkaitan dengan kekuasaan politik negara, pemerintahan dan juga aktivitas komunikator dalam kedudukan sebagai pelaku kegiatan politik. Maswadi Rauf melihat komunikasi politik dari dua dimensi, yaitu komunikasi politik sebagai kegiatan pollitik dan sebagai kegiatan ilmiah.
Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan tersebut bersifat empirik karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial, sedangkan komunikasi politik sebagai kegiatan ilmiah maka komunikasi politik adalah salah satu kegiatan politik dalam sistem politik.
Saat ini komunikasi politik masih lebih banyak menjadi perhatian ilmuan komunikasi, sehingga bisa dipahami ketika ada persepsi yang berbeda dalam melihat proses kominukasi politik yang terjadi dalam sebuah sistem politik. Perbedaan ini terletak pada:
1.      Ilmuan komunikasi lebih cenderung melihat peran merdia massa dalam komunikasi politik.sedangkan ilmuan politi melihat proses komuniasi politik dari segi pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik dalam kegiatan kemasyarakatan.
2.      Ilmuan komunikasi cenderung melihat komunikasi massa sebagai saluan terpenting. Sedangkan ilmuan politik melihat media massa dan saluran tatap muka yang melibatkan opini pemimpin itu sama penting.

Secara operasional, komunikasi politik juga dapat dinyatakan sebagai proses penyampaian pesan-pesan politik dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu hingga memberikan efek (feedback). Proses komunikasi politik sama dengan proses komunikasi pada umumnya (komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia) dengan alur dan komponen:
1. Komunikator/Sender – Pengirim pesan
2. Encoding – Proses penyusunan ide menjadi simbol/pesan
3. Message – Pesan
4. Media – Saluran
5. Decoding – Proses pemecahan/ penerjemahan simbol-simbol
6. Komunikan/Receiver – Penerima pesan
7. Feed Back – Umpan balik, respon.

Komunikator
komunikator politik adalah seorang atau sekelompok orang yang menyampaikan pesan politik beisanya berkaitan dengan kebijakan, kekuasaan atau aturan pemerintah. Nimmo (1989) mengklasifikasikan komunikator utama dalam politik, diantaranya:
a.       Politikus
Politikus ada yang bersifat ideology dan ada yang partisan. Ideologis adalah orang-orang yang menyuarakan, mengkrik yang tidak ada d dalam politik. Misalnya seperti kualisasi IA dan kualisasi KMI. Ideologi partisan adalah semua yang berada diranah politik seperti presiden.

b.      Professional
Komunikator ini boleh individu ataupun organisasi. Disini mereka menggunakan keahlian berkomunikasi mereka untuk mencari nafkah.

c.       Aktivis
Orang-orang yang jelas penyempaian informasi tentang pesan politik.

Khalayak
Khalayak adalah sejumlah orang yang heterogen, mereka menjadi khalayak komunikasi politik segera setelah mereka “mengkristal” menjadi opini publik. Hennesy (dalam Nasution 1990), berkenaan dengan pelapisan khalayak komunikasi politik, membedakan publik sebagai berikut:
a.       publik umum (general public)
b.      publik yang penuh perhatian (the attentive public)
c.       elit opini dan kebijakan (the leadership public)

Ada dua perspektif yang dapat digunakan untuk melihat siapa khalayak sebenarnya. Yang pertama disebut perspektif individual dan kedua adalah perspektif sosiokultural. Perspektif individual melihat khalayak sebagai individu yang memiliki pandangan pribadi tentang dunia berdasarkan karakteristik personal yang dimilikinya, sedangkan Dalam perspektif sosio-kultural, khalayak sebagai produk budaya, dimana faktor-faktor di luar dirinya (faktor eksternal dan situasional) sangat memengaruhi respons dan perilaku yang muncul.
Dalam mempersepsikan dan merespon suatu pesan, misalnya pesan politik. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi khalayak. Faktor itu bisa berupa faktor yang berasal dari individu khalayak ataupun faktor yang timbul secara situasional. Faktor-faktor pribadi itu seperti sikap, keyakinan, nilai, kebutuhan dan kepribadian khalayak. Individu juga dipengaruhi oleh berbagai faktor situasional ketika mereka menerima pesan. Sebuah pesan akan menimbulkan efek yang berbeda apabila disampaikan pada seseorang atau sekelompok kecil orang. Namun bila pesan tersebut disampaikan pada sejumlah besar orang yang tidak terorganisasi atau kerumunan (crowd), maka efeknya cenderung sama.

Pesan
Pesan politik adalah isu-isu yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Diyakini bahwa komunikator politik selalu “merekayasa” pesan politik sebelum itu disampaikan kepada komunikan. Pesan politik merupakan salah satu unsur penting dalam komunikasi politik. Pada hakikatnya pesan merupakan suatu yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan mencari persamaan atau persepsi.
Ada beberapa jenis pesan politik menurut Dan Nimmo yaitu:
o   Retorika, yaitu penggunaan seni berbahasa untuk berkomunikasi secara persuasive dan efektif.
o   Iklan politik, bertujuan agar khalayak mau mempercayai untuk mengkonsumsi/memilih produk tersebuy(parpol).
o   Propaganda, salah satu bentuk komunikasi paling ekstrem karena penyampaian pesan dalam bentuk ini disampaikan secara terus menerus demi menciptaka opini publik yang baru dan semakin kuat.

Iklan
Menurut Linda Lee Kaid dalam Putra (2007), iklan politik adalah proses komunikasi dimana seorang sumber (biasanya kandidat dan atau partai politik) membeli atau memanfaatkan kesempatan melalui media massa guna meng-exposure pesan-pesan politik dengan sengaja untuk mempengaruhi sikap, kepercayaan dan perilaku politik khalayak.
Iklan sendiri dapat dimaknai sebagai salah satu bentuk komunikasi yang terdiri atas informasi dan gagasan tentang suatu produk yang ditujukan kepada khalayak secara serempak agar memperoleh sambutan baik. Iklan berusaha untuk memberikan informasi, membujuk dan meyakinkan (Sudiana, 1986:1).
Seperti halnya dengan iklan komersial, tujuan iklan politik tak lain adalah mempersuasi dan memotivasi pemilih untuk memilih kandidat tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut iklan politik tampil impresif dengan senantiasa mengedepankan informasi tentang siapa kandidat (menonjolkan nama dan wajah kandidat), apa yang telah kandidat lakukan (pengalaman dan track record kandidat, bagaimana posisinya terhadap isu-isu tertentu (issues posisition) dan kandidat mewakili siapa (group ties). Isi (content) Iklan politik senantiasa berisi pesan-pesan singkat tentang isu-isu yang diangkat (policy position), kualitas kepemimpinan (character), kinerja (track record-nya) dan pengalamannya. Iklan politik, sebagaimana dengan iklan produk komersial yang tak hanya memainkan kata-kata (word), tetapi juga, gambar, suara dan musik.
Secara umum, ada sembilan tahapan proses terkait dengan pembuatan dan penyiaran iklan, baik iklan media cetak maupun media elektronik (Johnson, 2001 dalam Nursal 2004: 254), yakni:
a.       Riset tentang unsur-unsur mana dari bagian produk politik yang akan disampaikan untuk mendukung positioning kontestan, disampaikan dengan cara apa, melalui media mana, dan berapa durasi atau luas halaman dan frekuensi pemasangan iklan tersebut. Riset ini dapat dilakukan dengan focus group analysis, benchmark survey, dan targeting analysis.
b.      Keputusan pembelian, yakni membuat komitmen pembelian ruang atau waktu terhadap media-media yang dipilih. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembelian ruang atau waktu media ini adalah masalah optimalisasi penggunaan uang. Isu penting dalam hal ini adalah bagaimana menggunakan waktu tayang atau ruang media secara efisien melalui kesepakatan bisnis yang saling menguntungkan antara kon-testan dengan pihak media.
c.       Mengembangkan konsep kreatif iklan yang meliputi desain pesan, penggunaan talent, visual kunci, suara kunci, dan berbagai aspek kreatif lainnya. Konsep ini didiskusikan secara mendalam sampai dirasa sempurna.
d.      Memproduksi iklan dengan beberapa varian
e.       Menguji respon para pembaca atau pemirsa terhadap iklan yang telah diproduksi tersebut melalui suatu riset. Tahap ini untuk mengetahui responden mana yang paling mernberikan respon yang diharapkan, dan mendapat masukan mengenai perbaikan konsep kreatif dan eksekusi iklan.
f.       Produksi final iklan adalah menyempurnakan hasil produksi sesuai dengan masukan dari hasil uji respon responden
g.      Peluncuran iklan dengan sebuah konferensi pers untuk mendapat gaung komunikasi yang luas
h.      Menyiarkan iklan
i.        Menganalisis dampak iklan yang ditayangkan. Hasil analisis ini memungkinkan untuk meneruskan, mengubah. atau menghentikan konsep iklan.

Iklan politik khususnya iklan audiovisual, memainkan peranan strategis dalam political marketing. Nursal (2004: 256) mengutip Riset Falkowski & Cwalian (1999) dan Kaid (1999) menunjukkan, iklan politik berguna untuk beberapa hal berikut:
·         Membentuk citra kontestan dan sikap emosional terhadap kandidat
·         Membantu para pemilih untuk terlepas dari ketidak-pastian pilihan karena mempunyai kecenderungan untuk memilih kontestan tertentu.
·         Alat untuk melakukan rekonfigurasi citra kontestan.
·         Mengarahkan minat untuk memilih kontestan tertentu
·         Mempengaruhi opini publik tentang isu-isu nasional
·         Memberi pengaruh terhadap evaluasi dan interpretasi para pemilih terhadap kandidat dan even-even politik

Lebih jauh iklan politik juga berfungsi membentuk image kandidat. Iklan sebagai bagian dari marketing politik adalah serangkaian aktivitas untuk menanamkan image politik di benak masyarakat dan meyakinkan publik mengenainya. Menurut Peteraf dan Shanley (1997) image bukan sekadar masalah persepsi atau identifikasi saja, tetapi juga memerlukan pelekatan (attachment) suatu individu terhadap kelompok atau group. Pelekatan ini dapat dilakukan secara rasional maupun emosional. Image politik, menurut Herrop (1990), dapat mencerminkan tingkat kepercayaan dan kompetensi tertentu partai politik. Di sini, image politik didefinisikan sebagai konstruksi atas representasi dan persepsi masyarakat (publik) akan suatu partai politik atau individu mengenai semua hal yang terkait dengan aktivitas politik.

Pemasaran
Marketing politik atau pemasaran politik adalah konsep permanen yang harus dilakukan terus-menerus oleh sebuah partai politik atau kontestan dalam membangun kepercayaan dan image politik. Membangun image politik ini hanya bisa dilakukan melalui hubungan jangka panjang, tidak hanya pada masa kampanye. Marketing politik harus dilihat secara komprehensif yaitu :
1.      Marketing politik lebih daripada sekadar komunikasi politik.
2.      Marketing politik diaplikasikan dalam seluruh proses organisasi partai politik.
3.      Marketing politik menggunakan konsep marketing secara luas, tidak hanya terbatas pada teknik marketing, namun juga sampai strategi marketing, dari teknik publikasi, menawarkan ide dan program, dan desain produk sampai ke market intelligent serta pemrosesan infomasi.
4.      Marketing politik melibatkan banyak disiplin ilmu dalam pembahasannya, seperti sosiologi dan psikologi.
5.      Konsep marketing politik bisa diterapkan dalam berbagai situasi politik, mulai proses pemilu sampai proses lobi di parlemen.

Sehingga dapat kami artikan bahwapemasaran politik adalah strategi kampanye politik untuk membentuk serangkaian makna politis tertentu dalam pikiran para pemilih. Serangkaian makna politis yang terbentuk dalam pikiran para pemilih menjadi orientasi perilaku yang akan mengarahkan pemilih untuk memilih kontestan tertentu.

Media konversional
Media Konvensional merupakan proses produksi dan penyimpanan data atau informasi yang dibagi menjadi dua bagian yaitu media elektronik ( televisi dan radio ) dan media cetak ( koran, cd, atau dvd ). Pada penggunaan media elektronik serta media cetak sangat dipakai oleh media massa, dilihat jumlah produksi informasi yang digunakan oleh media, adapun yang sering digunakan adalah koran, majalah , radio, dan televisi. Jika dilihat media konvensional merupakan bentuk dari jurnalistik konvensional atau dengan arti jurnalisme dengan menggunakan media cetak ataupun media elektronik, dimana tetap berpedoman dengan 5W+1H adalah What, When, Where, Who, Why, How.
Melihat semakin berkembangnya teknologi saat ini, khususnya media internet, hal itu menandakan bahwa masyarakat semakin membutuhkan informasi akan suatu hal yang dibutuhkan dengan cepat. Dan dengan menggunakan pencarian melalui media internet masyarakat pun dapat menyesuaikan cara pencarian dengan cara yang beragam, dapat dilakukan ketika anda sedang melakukan hal apapun.
Apabila kita melihat media – media konvensional, saat ini sudah semakin banyak para pengguna media konvensional ini beralih ke media online, tentu saja efisiensi dan keefektifan merupakan salah satu alasan utama mengapa para pengguna media konvensional banyak yang beralih ke media online. Selain itu apabila kita menggunakan media konvensional, interaksi langsung dengan pemilik acara akan melalui proses yang cukup lama, karena kita harus melakukan interaksi via telepon, dibandingkan dengan media internet yang kegiatan interaksi antara yang memiliki account dengan masyarakat, dapat di lakukan saat itu juga, dengan syarat sang pemegang account sedang online.

New Media
Pengguna Internet di Indonesia tahun 2013 sebanyak 82 juta pengguna dan diprediksi 2014 nanti akan mencapai 107 juta (sumber APPJI) jelas ini angka yang besar jika dihitung dari 187 juta calon pemilih di pilpres 2014 jelas Netizen indonesia mewakili sekitar 50% pemilih di 2004. Ini adalah peluang karena model marketing politik akan berubah, dulu di tahun 2009 masih konvensional dan kampanye di dominasi oleh media luar ruang (billboard, baliho, poster dan lainnya) tahun 2014 ini banyak tambahan media komunikasi yang dapat digunakan, karena sifat social media yang free akses maka para caleg harus memanfaatkan media ini untuk berkomunikasi dengan pemilihnya. Apabila di wilayah/dapil belum terlalu banyak menggunakan Social media, minimal kita lebih dulu menggunakan dan lebih tahu dibanding dengan pemilih kita.
Social media selain digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan kita, juga bisa digunakan untuk memonitoring percakapan tentang diri kita, kita tidak tahu apa yang disampaikan oleh pemilih tentang kita di social media, apakah itu percakapan Positif atau negatif. yang paling berbahaya apabila kita tidak memiliki channel di social media dan ternyata kita diisukan negatif oleh pemilih kita.
Apabila Social media yang belum menyebar di daerah pemilihan kita, maka kita harus gunakan ini untuk menjadi tema berkampanye para caleg dan para komunikator politik. misalnya: dengan memilih para Caleg ini maka daerah anda akan free akses internet dll. jadi manfaatkan peluang pertumbuhan internet ini sebagai media untuk berkampanye ke pemilih. kita ambil contoh kota Banyuwangi yang notabene ada di pelosok jawa bagian timur, ternyata banyak penduduk yang bergembira dengan adanya program ini. hal ini berarti menunjukkan bahwa konstituen kita terbuka untuk hal seperti ini.

Citra adalah gambaran tentang realitas-yang bisa jadi-tidak sesuai dengan realitas (Water Lippman,1965). Citra terbentuk dari informasi yang diterima, utamanya dari medai massa cetak dan elektronik yang bekerja membentuk, mempertahankan atau meredefinisikan citra.
Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima oleh publik, baik secara langsung maupun melalui media massa. Citra kepada publik terwujud sebagai konsekuensi kognitif dari komunikasi. Citra politik dapat dirumuskan sebagai suatu gambaran tentang politik (kekuasaan, kewewenangan, autoritas, konflik dan konsensus) yang memiliki makna, walaupun tidak selamanya sesuai dengan realitas. Citra poitik tersusun melalui persepsi yang bermakna tentang gejala politik dan kemudian menyatakan makna itu melalui kepercayaan, nilai dan pengharapan dalam bentuk pendapat pribadi yang selanjutnya dapat berkembang menjadi pendapat umum.
Pencitraan politik yang sangat menonjol sekarang ini adalah industri media massa, dimana media memiliki kemampuan dalam mengkontruksi realitas. Artinya, kekuatan dalam mengemas berbagai isu yang ada, sehingga menonjol ke permukaan dan akhirnya menjadi perbincangan publik (public discourse) yang menarik. Penguasaan atas media tentu dapat menguasai opini publik dan akan memudahkan mengarahkan kecenderungan pilihan khalayak sesuai dengan yang diharapkan.
Pencitraan Jokowi-JK sebagai pemimpin yang bersih, jujur, sederhana, merakyat secara tidak langsung memperbandingkan sosok Jokowi dengan Presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono yang pada masa pemerintahannya banyak kader dari Partai Demokrat yang tersandung kasus korupsi. Para peneliti dari Annenberg School (Ghazali, 2011) mengkategorikan iklan kampanye atau iklan politik dalam tiga jenis, yaitu 1) Iklan Advokasi Kandidat (jenis iklan yang memuji-muji dan menyampaikan segala hal baik tentang seorang kandidat dan atau kebijakan); 2) Iklan Menyerang Kandidat (berfokus pada kelemahan lawan); 3) Iklan Memperbandingkan Kandidat (mengandung perbandingan yang eksplisit antara seorang kandidat dengan kualitas, rekam jejak, serta proposal kebijakan-kebijakan lawannya).
Citra yang ditampilkan dalam iklan politik Jokowi-JK tidak sepenuhnya sesuai dengan realitas yang terjadi setelah Jokowi-JK menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Terbukti dengan beberapa kebijakan yang ditetapkan Jokowi, dimana kebijakan itu bertentangan dengan image dalam iklan, maupun program NAWA CITA yang tertuang dalam visi dan misi Jokowi-JK. Salah satu kebijakan yang bertentangan adalah peristiwa pengangkatan Budi Gunawan sebagai Kapolri (setelah Jokowi resmi menjabat sebagai presiden 2014-2019) oleh Presiden Jokowi, padahal Budi Gunawan telah resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi oleh KPK. Hal ini jelas bertentangan dengan ideologi Trisakti yang dianut Jokowi-JK, dimana salah satu poin penting dalam ideologi Trisakti yaitu berdaulat dalam bidang politik, yang salah satu isinya berbunyi: “Kami akan memilih Jaksa Agung dan Kapolri yang bersih, kompeten, anti korupsi dan berkomitmen pada penegakan hukum”.
Iklan politik Jokowi-JK Adalah Kita merupakan bentuk pencitraan yang dibuat oleh tim relawan Jokowi-JK. Dalam menganalisis dan menginterpretasi tanda-tanda yang terdapat dalam iklan, tidak semua tanda dapat dijadikan acuan untuk mengungkapkan sebuah pesan. Itulah sebabnya interpretasi tanda sesungguhnya tidak harus dilakukan pada seluruh tanda dalam iklan, tetapi cukup pada tanda yang sekiranya dapat dijadikan acuan untuk merepresentasikan hal-hal yang dicari dan dibutuhkan dalam penelitian.

            Pemilihan umum merupakan suatu hal yang menarik dari segi perspektif  marketing, yaitu berlakunya logika pemasaran dalam dunia politik, yang didasarkan pada demokrasi yangmenjadi syarat kebebasan untuk berkompetisi  di antara para kandindat. Bahwapada saat belum ada persaingan atau  situasinya belum begitu sulit makapemasaran belum atau tidak dibutuhkan.  Sebaliknya pada saat banyak terdapat persaingan yang sulit maka pemarasan  menjadi sangat penting untuk diterapakan. Strategi marketing politik pemenangan pasangan Joko Widodo – Jusuf  Kalla menggunakan mobil aspirasi menggunakan 9 elemen yang sangat  berpengaruh dalam meraih suara, yaitu:
a.         Pertama melakukan segmentasi terhadap kondisi real di masyarakat  dan memilih target yang akan dibidik. Dalam hal ini sasaran utama tim mobil aspirasi adalah pemilih pemula, pemilih muda, dan swing voter yaitu pemilih yang belum menentukan pilihannya untuk memilih pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla.
b.         Kedua adalah positoning, yaitu menempatkan produk politik dalam  benak masyarakat. Diferensiasi dinilai penting untuk membedakan  suatu produk dengan produk lain. Begitu pun yang dilakukan tim mobil aspirasi yang menggunakan teknik kampanye bottom – up yang lebih bersifat dialog bila dibandingkan dengan kandidat lain yang  menggunakan teknik kampanye satu arah.
c.         Ketiga adalah policy yang berisi solusi yang terdapat di tengah-tengah  masyarakat. Agar lebih efektif dibuat kebijakan strategis yaitu  absorbed, attractive, dan attributable. Dalam menarik perhatian pemilih (attractive) tim mobil aspirasi membuat tampilan fisik mobil  aspirasi yang di desain khusus secara menarik dengan karikatur Joko Widodo – Jusuf Kalla, agar lebih mudah diserap (absorsed) tim mobil aspirasi menggunakan gagasan “salam dua jari”, dan attributable yang berkaitan dengan reputasi dan identitas kandidat. Dalam hal ini tim mobil aspirasi merepresentasi kandidat sebagai orang yang peduli terhadap nasib „wong cilik‟.
d.        Keempat adalah person, berisi tentang bagaimana karakteristik dan penampilan sehari-hari dari kandidat. Di dalam mobil aspirasi digambarkan karakter Joko Widodo melalui Jokowi Digital yang identik dengan memakai kemeja kotak-kotak, sepatu kets, ada gerobak tukang bakso, berada di tengah-tengah masyarakat. Sehingga penggambarannya bahwa Joko Widodo dekat dengan masyarakat.
e.         Kelima adalah party. Pada pilpres 2014 pasangan Joko Widodo –Jusuf Kalla didukung oleh partai pendukung yaitu PDI P, PKB, Hanura, Nasdem, dan PKPI. Dalam melaksanakan kampanye peran partai pendukung sangat membantu tim mobil aspirasi dalam melaksanakan blusukan. Jenis bantuan dari partai pendukung di masing-masing daerah seperti birokrasi yang harus diurus, penetapan lokasi kampanye, perizinan tempat, parkir kendaraan, tempat istirahat, maupun upaya dalam memobilisasi massa.
f.          Keenam adalah presentation. Dalam penyajian produk politik tim mobil aspirasi menggunakan penggabungan nama Jokowi – JK agar lebih mudah dalam mengingat nama pasangan. Menggunakan
f.karikatur sebagai pengganti foto dimaksudkan agar lebih kekinian, berbeda, dan dekat dengan kaum muda yang senang dengan hal-hal baru. Serta menggunakan tagline “Suara Rakyat Untuk Rakyat” yang memiliki arti bahwa Joko Widodo – Jusuf Kalla mengakomodir aspirasi (masukan) dari rakyat untuk kepentingan rakyat.
g.         Ketujuh adalah penyampaian pesan melalui media (pull marketing).  Media yang digunakan dalam tim mobil aspirasi berupa media luar ruang (spanduk, sticker, pamflet, banner, dan jurnal) dan media sosial (website, twitter, facebook, dan youtube)
h.         Kedelapan adalah pass marketing, yaitu pihak-pihak yang berpengaruh besar terhadap para pemilih. Saat kampanye tim mobil aspirasi yang menjadi influencer aktif adalah relawan-relawan pemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla di daerah, contohnya BARA JP (Barisan Relawan Jokowi Presiden) dan sahabat Jokowi.  Sedangkan influencer pasif berasal dari pejabat daerah yaitu mantan walikota Madiun yang berasal dari partai politik PDI P dan kalangan artis seperti slank.
i.           Kesembilan adalah push marketing. Diperlukan interaksi yang lebih personal melalui sentuhan secara langsung dengan pemilih. Tim mobil asprasi sempat berinteraksi dengan kandidat yang dikampanyekan, yaitu Joko Widodo. Joko Widodo mencoba fasilitas yang ada di mobil aspirasi seperti games dan berinteraksi dengan Jokowi digital. Hal tersebut bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat dan memberi kesan mendalam.













Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan tersebut bersifat empirik karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial, sedangkan komunikasi politik sebagai kegiatan ilmiah maka komunikasi politik adalah salah satu kegiatan politik dalam sistem politik.
Proses komunikasi politik dilakukan oleh komunikator politik baik melalui media konversional ataupun new media sebagai suatu proses marketing politik. Proses ini dilakukan untuk menyampaikan pesan semenarik mungkin hingga membuat komunikasan terpengaruh.
Strategi marketing politik pemenangan pasangan Joko Widodo – Jusuf  Kalla menggunakan mobil aspirasi menggunakan 9 elemen yang sangat  berpengaruh dalam meraih suara, yaitu:
a.       Pertama melakukan segmentasi terhadap kondisi real di masyarakat  dan memilih target yang akan dibidik
b.      Kedua adalah positoning, yaitu menempatkan produk politik dalam  benak masyarakat.
c.       Ketiga adalah policy yang berisi solusi yang terdapat di tengah-tengah  masyarakat.
d.      Keempat adalah person, berisi tentang bagaimana karakteristik dan penampilan sehari-hari dari kandidat.
e.       Kelima adalah party
f.       Keenam adalah presentation.
g.      Ketujuh adalah penyampaian pesan melalui media (pull marketing).  
h.      Kedelapan adalah pass marketing, yaitu pihak-pihak yang berpengaruh besar terhadap para pemilih.
i.        Kesembilan adalah push marketing. Diperlukan interaksi yang lebih personal melalui sentuhan secara langsung dengan pemilih.

Komunikasi politik digunakan sebaik mungkin dengan mengikuti aturan-aturan perpolitikan sehingga tidak ada pihak yang terlibat dalam politik akan merasa rugi.


 

 






DAFTAR PUSTAKA

Nimmo, Dan. 2010. Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Firmanzah. 2008. Marketing Politik; Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Adnan Nursal. 2004. Political Marketing : Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sawan Yudianto, 2012. “komunikasipolitikkubl.blogspot.in/2012/04pesan-politik.html”. diakses 09 januari 2016
Kamaruddin, 2015. Komunikasi Politik. Kamaruddinhasankuya.aceh@gmail.com
Manggala, Muhammad.2015. strategi pemenangan Joko Widodo- Jusuf kala pada pilpres 2014. Scripsi. Jakarta: Universitas Islam Syarif Hidayatullah.





0 komentar:

Posting Komentar

 

Nona Alviena Published @ 2014 by Ipietoon