MAKALAH
Disusun Oleh:
Maria Ulfa
150240047
Maria Ulfa
150240047
Dosen Pembimbing
Kamaruddin Hasan S.Sos, M.Si
Kamaruddin Hasan S.Sos, M.Si
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
ILMU KOMUNIKASI
2017
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
ILMU KOMUNIKASI
2017
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ungkapkan kepada Allah swt. atas segala rahmat dan hidayah
yang telah di limpahkan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pencitraan Politik
Jokowi-JK” Makalah ini disusun bertujuan memenuhi persyaratan mengikuti final mata kuliah
Komunikasi Politik.
Makalah
ini disusun berdasarkan keadaam
komunikasi politik sekarang ini. Untuk itu dalam pembahasan disini mencoba untuk membahas
tentang pencitraan politik Jokowi-Jk dalam menyusun strategi agar
perpolitikannya berhasil.
Ucapan terimakasih penulis kepada dosen Komnikasi Politik yang telah
membimbing penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih pada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, yang
telah memberi sedikit pendapat tentang masalah Pencitraan Politik Jokowi-JK
yang ada di Indonesia.
Bireuen,
10 januari 2017
Maria
Ulfa
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dunia politik kini tidak lepas dari
dunia komunikasi. Pasalnya, kegiatan politik dilandasi oleh komunikasi dalam
menyampaikan ide, gagasan, pendapat, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
negara. Menurut Almond (1960), komunikasi politik adalah bagian dari tujuh
sistem politik yang tidak berjalan sendiri, karena komunikasi membantu
sistem-sistem politik lainnya.Komunikasi politik juga ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, karena komunikasi selalu ditemui di belahan dunia manapun.
Komunikasi politik
berasal dari dua kata dasar, komunikasi dan politik. Komunikasi adalah proses
penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, baik dengan cara
penggunaan media sebagai kemasan informasi atau melalui transmisi secara
simbolik. Sehingga informasi mudah dimengerti dan pada akhirnya dimiliki
kesamaan persepsi. Sedangkan politik adalah
segala upaya untuk memperoleh, mempertahankan, dan memperluas wilayah
kekuasaan.
Jadi komunikasi politik
bisa disimpulkan sebagai komunikasi yang melibatkan didalamnya pesan - pesan
politik dan aktor - aktor politik atau
komunikasi yang berkaitan dengan kekuasaan , jalannya pemerintahan dan
kebijakan pemerintah.
Pesan politik yang
berkaitan dengan kekuasaan, jalannya
pemerintahan, dan kebijakan pemerintahan oleh faktor - faktor politik kepada
komunikan melalui media atau saluran - saluran komunikasi politik, sehingga
dihasilkan tanggapan atau balasan dari komunikan.
Tak diragukan lagi,
media menempati peran yang sangat strategis dalam menyampaikan pesan-pesan politik
terhadap khalayak. Melalui media para komunikator maupun aktivis politik mudah
menghipnotis khalayak dengan citra yang ditampilkan setiap saat melalui media.
Saluran komunikasi politik merupakan suatu sarana yang dapat memudahkan setiap
individu maupun kelompok dalam melaksanakan dan menyampaikan pesan dan tujuan
yang ingin dicapai.
Dalam komunikasi
poitik, strategi komunikasi sangat diperlukan. Strategi komunikasi politik
merupakan rencana yang meliputi metode, teknik dan tata hubungan fungsional dalam
rangka pencapaian tujuan yang telan di tentukan. Melalui strategi ini, khalayak
dapat mengetahui apakah dukungan, aspirasi, dan pengawasan tersalur atau tidak
dalam berbagai kebijakan publik.
Sebagai suatu bidang
kajian, komunikasi politik mencakup dua disiplin ilmu-ilmu sosial, yaitu ilmu
politik dan ilmu komunikasi. Hal ini dapat dilihat dalam kajian ilmu politik
secara umum membahas keterkaitan proses komunikasi dan proses politik yang
berlangsung dalam sebuah sistem politik.
Komunikasi politik banyak menggunakan konsep-konsep
dari ilmu komunikasi oleh sebab, ilmu komunikasi memang berkembang terlebih
dahulu ketimbang komunikasi politik. Konsep-konsep seperti komunikator, pesan,
media, komunikan, dan feedback sesungguhnya juga digunakan dalam komunikasi
politik.
Pengertian Komunikasi Politik menurut seorang pakar
politik Maswadi Rauf, Komunikasi Politik adalah sebagai objek kajian
ilmu politik, karena pesan-pesan yang diungkapkan dalam proses komunikasi
bercirikan politik yaitu berkaitan dengan kekuasaan politik negara,
pemerintahan dan juga aktivitas komunikator dalam kedudukan sebagai pelaku
kegiatan politik. Maswadi Rauf melihat komunikasi politik dari dua dimensi,
yaitu komunikasi politik sebagai kegiatan pollitik dan sebagai kegiatan ilmiah.
Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan
yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan
tersebut bersifat empirik karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial,
sedangkan komunikasi politik sebagai kegiatan ilmiah maka komunikasi politik
adalah salah satu kegiatan politik dalam sistem politik.
Saat ini komunikasi politik masih lebih banyak
menjadi perhatian ilmuan komunikasi, sehingga bisa dipahami ketika ada persepsi
yang berbeda dalam melihat proses kominukasi politik yang terjadi dalam sebuah
sistem politik. Perbedaan ini terletak pada:
1.
Ilmuan
komunikasi lebih cenderung melihat peran merdia massa dalam komunikasi politik.sedangkan
ilmuan politi melihat proses komuniasi politik dari segi pesan-pesan politik
dan aktor-aktor politik dalam kegiatan kemasyarakatan.
2.
Ilmuan
komunikasi cenderung melihat komunikasi massa sebagai saluan terpenting.
Sedangkan ilmuan politik melihat media massa dan saluran tatap muka yang
melibatkan opini pemimpin itu sama penting.
Secara operasional,
komunikasi politik juga dapat dinyatakan sebagai proses penyampaian pesan-pesan
politik dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu hingga
memberikan efek (feedback). Proses komunikasi politik sama dengan proses
komunikasi pada umumnya (komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia) dengan
alur dan komponen:
1.
Komunikator/Sender – Pengirim pesan
2.
Encoding – Proses penyusunan ide menjadi simbol/pesan
3.
Message – Pesan
4.
Media – Saluran
5.
Decoding – Proses pemecahan/ penerjemahan simbol-simbol
6.
Komunikan/Receiver – Penerima pesan
7.
Feed Back – Umpan balik, respon.
Komunikator
komunikator politik
adalah seorang atau sekelompok orang yang menyampaikan pesan politik beisanya
berkaitan dengan kebijakan, kekuasaan atau aturan pemerintah. Nimmo (1989)
mengklasifikasikan komunikator utama dalam politik, diantaranya:
a. Politikus
Politikus ada yang bersifat
ideology dan ada yang partisan. Ideologis adalah orang-orang yang menyuarakan,
mengkrik yang tidak ada d dalam politik. Misalnya seperti kualisasi IA dan
kualisasi KMI. Ideologi partisan adalah semua yang berada diranah politik seperti
presiden.
b. Professional
Komunikator ini boleh individu
ataupun organisasi. Disini mereka menggunakan keahlian berkomunikasi mereka
untuk mencari nafkah.
c. Aktivis
Orang-orang yang jelas penyempaian
informasi tentang pesan politik.
Khalayak
Khalayak adalah
sejumlah orang yang heterogen, mereka menjadi khalayak komunikasi politik
segera setelah mereka “mengkristal” menjadi opini publik. Hennesy (dalam
Nasution 1990), berkenaan dengan pelapisan khalayak komunikasi politik,
membedakan publik sebagai berikut:
a. publik
umum (general public)
b. publik
yang penuh perhatian (the attentive public)
c. elit
opini dan kebijakan (the leadership public)
Ada dua perspektif yang
dapat digunakan untuk melihat siapa khalayak sebenarnya. Yang pertama disebut
perspektif individual dan kedua adalah perspektif sosiokultural. Perspektif
individual melihat khalayak sebagai individu yang memiliki pandangan pribadi
tentang dunia berdasarkan karakteristik personal yang dimilikinya, sedangkan
Dalam perspektif sosio-kultural, khalayak sebagai produk budaya, dimana
faktor-faktor di luar dirinya (faktor eksternal dan situasional) sangat
memengaruhi respons dan perilaku yang muncul.
Dalam mempersepsikan
dan merespon suatu pesan, misalnya pesan politik. Banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi khalayak. Faktor itu bisa berupa faktor yang berasal dari individu
khalayak ataupun faktor yang timbul secara situasional. Faktor-faktor pribadi
itu seperti sikap, keyakinan, nilai, kebutuhan dan kepribadian khalayak.
Individu juga dipengaruhi oleh berbagai faktor situasional ketika mereka
menerima pesan. Sebuah pesan akan menimbulkan efek yang berbeda apabila
disampaikan pada seseorang atau sekelompok kecil orang. Namun bila pesan
tersebut disampaikan pada sejumlah besar orang yang tidak terorganisasi atau
kerumunan (crowd), maka efeknya cenderung sama.
Pesan
Pesan politik adalah isu-isu yang disampaikan komunikator kepada
komunikan. Diyakini bahwa komunikator politik selalu “merekayasa” pesan politik
sebelum itu disampaikan kepada komunikan. Pesan politik merupakan salah satu
unsur penting dalam komunikasi politik. Pada hakikatnya pesan merupakan suatu
yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan mencari
persamaan atau persepsi.
Ada beberapa jenis pesan politik menurut Dan Nimmo yaitu:
o Retorika, yaitu penggunaan seni berbahasa untuk
berkomunikasi secara persuasive dan efektif.
o Iklan politik, bertujuan agar khalayak mau
mempercayai untuk mengkonsumsi/memilih produk tersebuy(parpol).
o Propaganda, salah satu bentuk komunikasi paling
ekstrem karena penyampaian pesan dalam bentuk ini disampaikan secara terus
menerus demi menciptaka opini publik yang baru dan semakin kuat.
Iklan
Menurut Linda Lee Kaid
dalam Putra (2007), iklan politik adalah proses komunikasi dimana seorang
sumber (biasanya kandidat dan atau partai politik) membeli atau memanfaatkan
kesempatan melalui media massa guna meng-exposure pesan-pesan politik dengan
sengaja untuk mempengaruhi sikap, kepercayaan dan perilaku politik khalayak.
Iklan sendiri dapat
dimaknai sebagai salah satu bentuk komunikasi yang terdiri atas informasi dan
gagasan tentang suatu produk yang ditujukan kepada khalayak secara serempak
agar memperoleh sambutan baik. Iklan berusaha untuk memberikan informasi,
membujuk dan meyakinkan (Sudiana, 1986:1).
Seperti halnya dengan
iklan komersial, tujuan iklan politik tak lain adalah mempersuasi dan
memotivasi pemilih untuk memilih kandidat tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut iklan politik tampil
impresif dengan senantiasa mengedepankan informasi tentang siapa kandidat
(menonjolkan nama dan wajah kandidat), apa yang telah kandidat lakukan
(pengalaman dan track record kandidat, bagaimana posisinya terhadap isu-isu
tertentu (issues posisition) dan kandidat mewakili siapa (group ties). Isi
(content) Iklan politik senantiasa berisi pesan-pesan singkat tentang isu-isu
yang diangkat (policy position), kualitas kepemimpinan (character), kinerja
(track record-nya) dan pengalamannya. Iklan politik, sebagaimana dengan iklan
produk komersial yang tak hanya memainkan kata-kata (word), tetapi juga,
gambar, suara dan musik.
Secara umum, ada sembilan tahapan proses terkait dengan pembuatan dan
penyiaran iklan, baik iklan media cetak maupun media elektronik (Johnson, 2001
dalam Nursal 2004: 254), yakni:
a. Riset
tentang unsur-unsur mana dari bagian produk politik yang akan disampaikan untuk
mendukung positioning kontestan, disampaikan dengan cara apa, melalui media
mana, dan berapa durasi atau luas halaman dan frekuensi pemasangan iklan
tersebut. Riset ini dapat dilakukan dengan focus group analysis, benchmark
survey, dan targeting analysis.
b. Keputusan pembelian, yakni membuat komitmen
pembelian ruang atau waktu terhadap media-media yang dipilih. Hal penting yang
harus diperhatikan dalam pembelian ruang atau waktu media ini adalah masalah
optimalisasi penggunaan uang. Isu penting dalam hal ini adalah bagaimana
menggunakan waktu tayang atau ruang media secara efisien melalui kesepakatan
bisnis yang saling menguntungkan antara kon-testan dengan pihak media.
c. Mengembangkan
konsep kreatif iklan yang meliputi desain pesan, penggunaan talent, visual
kunci, suara kunci, dan berbagai aspek kreatif lainnya. Konsep ini didiskusikan
secara mendalam sampai dirasa sempurna.
d. Memproduksi
iklan dengan beberapa varian
e. Menguji
respon para pembaca atau pemirsa terhadap iklan yang telah diproduksi tersebut
melalui suatu riset. Tahap ini untuk mengetahui responden mana yang paling
mernberikan respon yang diharapkan, dan mendapat masukan mengenai perbaikan
konsep kreatif dan eksekusi iklan.
f. Produksi
final iklan adalah menyempurnakan hasil produksi sesuai dengan masukan dari
hasil uji respon responden
g. Peluncuran
iklan dengan sebuah konferensi pers untuk mendapat gaung komunikasi yang luas
h. Menyiarkan
iklan
i.
Menganalisis dampak iklan yang
ditayangkan. Hasil analisis ini memungkinkan untuk meneruskan, mengubah. atau
menghentikan konsep iklan.
Iklan politik khususnya
iklan audiovisual, memainkan peranan strategis dalam political marketing.
Nursal (2004: 256) mengutip Riset Falkowski & Cwalian (1999) dan Kaid
(1999) menunjukkan, iklan politik berguna untuk beberapa hal berikut:
·
Membentuk citra kontestan dan sikap
emosional terhadap kandidat
·
Membantu para pemilih untuk terlepas
dari ketidak-pastian pilihan karena mempunyai kecenderungan untuk memilih
kontestan tertentu.
·
Alat untuk melakukan rekonfigurasi citra
kontestan.
·
Mengarahkan minat untuk memilih
kontestan tertentu
·
Mempengaruhi opini publik tentang
isu-isu nasional
·
Memberi pengaruh terhadap evaluasi dan
interpretasi para pemilih terhadap kandidat dan even-even politik
Lebih jauh iklan
politik juga berfungsi membentuk image kandidat. Iklan sebagai bagian dari
marketing politik adalah serangkaian aktivitas untuk menanamkan image politik
di benak masyarakat dan meyakinkan publik mengenainya. Menurut Peteraf dan
Shanley (1997) image bukan sekadar masalah persepsi atau identifikasi saja,
tetapi juga memerlukan pelekatan (attachment) suatu individu terhadap kelompok
atau group. Pelekatan ini dapat dilakukan secara rasional maupun emosional.
Image politik, menurut Herrop (1990), dapat mencerminkan tingkat kepercayaan
dan kompetensi tertentu partai politik. Di sini, image politik didefinisikan
sebagai konstruksi atas representasi dan persepsi masyarakat (publik) akan
suatu partai politik atau individu mengenai semua hal yang terkait dengan
aktivitas politik.
Pemasaran
Marketing politik atau pemasaran
politik adalah konsep permanen yang harus dilakukan terus-menerus oleh sebuah
partai politik atau kontestan dalam membangun kepercayaan dan image politik.
Membangun image politik ini hanya bisa dilakukan melalui hubungan jangka
panjang, tidak hanya pada masa kampanye. Marketing politik harus dilihat secara
komprehensif yaitu :
1.
Marketing politik lebih daripada sekadar komunikasi
politik.
2.
Marketing politik diaplikasikan dalam seluruh proses
organisasi partai politik.
3.
Marketing politik menggunakan konsep marketing secara
luas, tidak hanya terbatas pada teknik marketing, namun juga sampai strategi
marketing, dari teknik publikasi, menawarkan ide dan program, dan desain produk
sampai ke market intelligent serta pemrosesan infomasi.
4. Marketing
politik melibatkan banyak disiplin ilmu dalam pembahasannya, seperti sosiologi
dan psikologi.
5.
Konsep marketing politik bisa diterapkan dalam
berbagai situasi politik, mulai proses pemilu sampai proses lobi di parlemen.
Sehingga dapat kami artikan bahwapemasaran politik adalah strategi kampanye politik untuk membentuk
serangkaian makna politis tertentu dalam pikiran para pemilih. Serangkaian
makna politis yang terbentuk dalam pikiran para pemilih menjadi orientasi
perilaku yang akan mengarahkan pemilih untuk memilih kontestan tertentu.
Media
konversional
Media
Konvensional merupakan proses produksi dan penyimpanan data atau informasi
yang dibagi menjadi dua bagian yaitu media elektronik ( televisi dan radio )
dan media cetak ( koran, cd, atau dvd ). Pada penggunaan media elektronik serta
media cetak sangat dipakai oleh media massa, dilihat jumlah produksi informasi
yang digunakan oleh media, adapun yang sering digunakan adalah koran, majalah ,
radio, dan televisi. Jika dilihat media konvensional merupakan bentuk dari
jurnalistik konvensional atau dengan arti jurnalisme dengan menggunakan media
cetak ataupun media elektronik, dimana tetap berpedoman dengan 5W+1H adalah
What, When, Where, Who, Why, How.
Melihat semakin berkembangnya teknologi saat ini,
khususnya media internet, hal itu menandakan bahwa masyarakat semakin
membutuhkan informasi akan suatu hal yang dibutuhkan dengan cepat. Dan dengan
menggunakan pencarian melalui media internet masyarakat pun dapat menyesuaikan
cara pencarian dengan cara yang beragam, dapat dilakukan ketika anda sedang
melakukan hal apapun.
Apabila kita melihat media – media konvensional,
saat ini sudah semakin banyak para pengguna media konvensional ini beralih ke
media online, tentu saja efisiensi dan keefektifan merupakan salah satu alasan
utama mengapa para pengguna media konvensional banyak yang beralih ke media online.
Selain itu apabila kita menggunakan media konvensional, interaksi langsung
dengan pemilik acara akan melalui proses yang cukup lama, karena kita harus
melakukan interaksi via telepon, dibandingkan dengan media internet yang
kegiatan interaksi antara yang memiliki account dengan masyarakat, dapat di
lakukan saat itu juga, dengan syarat sang pemegang account sedang online.
New
Media
Pengguna Internet di Indonesia tahun 2013 sebanyak
82 juta pengguna dan diprediksi 2014 nanti akan mencapai 107 juta (sumber
APPJI) jelas ini angka yang besar jika dihitung dari 187 juta calon pemilih di
pilpres 2014 jelas Netizen indonesia mewakili sekitar 50% pemilih di 2004. Ini
adalah peluang karena model marketing politik akan berubah, dulu di tahun 2009
masih konvensional dan kampanye di dominasi oleh media luar ruang (billboard,
baliho, poster dan lainnya) tahun 2014 ini banyak tambahan media komunikasi
yang dapat digunakan, karena sifat social media yang free akses maka para caleg
harus memanfaatkan media ini untuk berkomunikasi dengan pemilihnya. Apabila di
wilayah/dapil belum terlalu banyak menggunakan Social media, minimal kita lebih
dulu menggunakan dan lebih tahu dibanding dengan pemilih kita.
Social media selain digunakan sebagai media untuk
menyampaikan pesan kita, juga bisa digunakan untuk memonitoring percakapan
tentang diri kita, kita tidak tahu apa yang disampaikan oleh pemilih tentang
kita di social media, apakah itu percakapan Positif atau negatif. yang paling
berbahaya apabila kita tidak memiliki channel di social media dan ternyata kita
diisukan negatif oleh pemilih kita.
Apabila Social media yang belum menyebar di daerah
pemilihan kita, maka kita harus gunakan ini untuk menjadi tema berkampanye para
caleg dan para komunikator politik. misalnya: dengan memilih para Caleg ini
maka daerah anda akan free akses internet dll. jadi manfaatkan peluang
pertumbuhan internet ini sebagai media untuk berkampanye ke pemilih. kita ambil
contoh kota Banyuwangi yang notabene ada di pelosok jawa bagian timur, ternyata
banyak penduduk yang bergembira dengan adanya program ini. hal ini berarti
menunjukkan bahwa konstituen kita terbuka untuk hal seperti ini.
Citra adalah gambaran tentang realitas-yang bisa
jadi-tidak sesuai dengan realitas (Water Lippman,1965). Citra terbentuk dari
informasi yang diterima, utamanya dari medai massa cetak dan elektronik yang
bekerja membentuk, mempertahankan atau meredefinisikan citra.
Citra
terbentuk berdasarkan informasi yang diterima oleh publik, baik secara langsung
maupun melalui media massa. Citra kepada publik terwujud sebagai konsekuensi
kognitif dari komunikasi. Citra politik dapat dirumuskan sebagai suatu gambaran
tentang politik (kekuasaan, kewewenangan, autoritas, konflik dan konsensus)
yang memiliki makna, walaupun tidak selamanya sesuai dengan realitas. Citra
poitik tersusun melalui persepsi yang bermakna tentang gejala politik dan
kemudian menyatakan makna itu melalui kepercayaan, nilai dan pengharapan dalam
bentuk pendapat pribadi yang selanjutnya dapat berkembang menjadi pendapat
umum.
Pencitraan politik yang sangat menonjol sekarang ini
adalah industri media massa, dimana media memiliki kemampuan dalam
mengkontruksi realitas. Artinya, kekuatan dalam mengemas berbagai isu yang ada,
sehingga menonjol ke permukaan dan akhirnya menjadi perbincangan publik (public
discourse) yang menarik. Penguasaan atas media tentu dapat menguasai opini
publik dan akan memudahkan mengarahkan kecenderungan pilihan khalayak sesuai
dengan yang diharapkan.
Pencitraan
Jokowi-JK sebagai pemimpin yang bersih, jujur, sederhana, merakyat secara tidak
langsung memperbandingkan sosok Jokowi dengan Presiden sebelumnya, Susilo
Bambang Yudhoyono yang pada masa pemerintahannya banyak kader dari Partai
Demokrat yang tersandung kasus korupsi. Para peneliti dari Annenberg School
(Ghazali, 2011) mengkategorikan iklan kampanye atau iklan politik dalam tiga
jenis, yaitu 1) Iklan Advokasi Kandidat (jenis iklan yang memuji-muji dan
menyampaikan segala hal baik tentang seorang kandidat dan atau kebijakan); 2)
Iklan Menyerang Kandidat (berfokus pada kelemahan lawan); 3) Iklan
Memperbandingkan Kandidat (mengandung perbandingan yang eksplisit antara
seorang kandidat dengan kualitas, rekam jejak, serta proposal
kebijakan-kebijakan lawannya).
Citra yang ditampilkan dalam iklan politik Jokowi-JK
tidak sepenuhnya sesuai dengan realitas yang terjadi setelah Jokowi-JK menjabat
sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Terbukti dengan beberapa kebijakan yang
ditetapkan Jokowi, dimana kebijakan itu bertentangan dengan image dalam
iklan, maupun program NAWA CITA yang tertuang dalam visi dan misi Jokowi-JK.
Salah satu kebijakan yang bertentangan adalah peristiwa pengangkatan Budi
Gunawan sebagai Kapolri (setelah Jokowi resmi menjabat sebagai presiden
2014-2019) oleh Presiden Jokowi, padahal Budi Gunawan telah resmi ditetapkan
sebagai tersangka kasus korupsi oleh KPK. Hal ini jelas bertentangan dengan
ideologi Trisakti yang dianut Jokowi-JK, dimana salah satu poin penting dalam
ideologi Trisakti yaitu berdaulat dalam bidang politik, yang salah satu isinya
berbunyi: “Kami akan memilih Jaksa Agung dan Kapolri yang bersih, kompeten,
anti korupsi dan berkomitmen pada penegakan hukum”.
Iklan politik Jokowi-JK Adalah Kita merupakan bentuk
pencitraan yang dibuat oleh tim relawan Jokowi-JK. Dalam menganalisis dan
menginterpretasi tanda-tanda yang terdapat dalam iklan, tidak semua tanda dapat
dijadikan acuan untuk mengungkapkan sebuah pesan. Itulah sebabnya interpretasi
tanda sesungguhnya tidak harus dilakukan pada seluruh tanda dalam iklan, tetapi
cukup pada tanda yang sekiranya dapat dijadikan acuan untuk merepresentasikan
hal-hal yang dicari dan dibutuhkan dalam penelitian.
Pemilihan umum merupakan suatu hal yang menarik dari segi
perspektif marketing, yaitu berlakunya
logika pemasaran dalam dunia politik, yang didasarkan pada demokrasi
yangmenjadi syarat kebebasan untuk berkompetisi
di antara para kandindat. Bahwapada saat belum
ada persaingan atau situasinya belum begitu
sulit makapemasaran belum atau tidak dibutuhkan. Sebaliknya pada saat
banyak terdapat persaingan yang sulit maka pemarasan menjadi
sangat penting untuk diterapakan. Strategi
marketing politik pemenangan pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla
menggunakan mobil aspirasi menggunakan 9 elemen yang sangat berpengaruh
dalam meraih suara, yaitu:
a.
Pertama melakukan segmentasi terhadap
kondisi real di masyarakat dan memilih target yang
akan dibidik. Dalam hal ini sasaran utama tim mobil aspirasi adalah pemilih
pemula, pemilih muda, dan swing voter
yaitu pemilih yang belum menentukan pilihannya untuk memilih pasangan Joko
Widodo – Jusuf Kalla.
b.
Kedua adalah positoning, yaitu
menempatkan produk politik dalam benak masyarakat.
Diferensiasi dinilai penting untuk membedakan suatu produk dengan
produk lain. Begitu pun yang dilakukan tim mobil
aspirasi yang menggunakan teknik kampanye bottom – up yang lebih bersifat
dialog bila dibandingkan dengan kandidat lain yang menggunakan
teknik kampanye satu arah.
c.
Ketiga adalah policy yang berisi solusi
yang terdapat di tengah-tengah masyarakat. Agar lebih
efektif dibuat kebijakan strategis yaitu absorbed, attractive,
dan attributable. Dalam menarik perhatian pemilih (attractive) tim mobil
aspirasi membuat tampilan fisik mobil aspirasi yang di desain
khusus secara menarik dengan karikatur Joko Widodo – Jusuf Kalla, agar lebih
mudah diserap (absorsed) tim mobil aspirasi
menggunakan gagasan “salam dua jari”, dan attributable yang berkaitan dengan
reputasi dan identitas kandidat. Dalam hal ini tim mobil aspirasi
merepresentasi kandidat sebagai orang yang peduli terhadap nasib „wong cilik‟.
d.
Keempat adalah person, berisi tentang
bagaimana karakteristik dan penampilan sehari-hari dari kandidat. Di dalam
mobil aspirasi digambarkan karakter Joko Widodo melalui Jokowi Digital yang
identik dengan memakai kemeja kotak-kotak, sepatu kets, ada gerobak tukang
bakso, berada di tengah-tengah masyarakat. Sehingga penggambarannya bahwa Joko
Widodo dekat dengan masyarakat.
e.
Kelima adalah party. Pada pilpres 2014
pasangan Joko Widodo –Jusuf Kalla didukung oleh partai pendukung yaitu PDI P,
PKB, Hanura, Nasdem, dan PKPI. Dalam melaksanakan kampanye peran partai
pendukung sangat membantu tim mobil aspirasi dalam melaksanakan blusukan. Jenis
bantuan dari partai pendukung di masing-masing daerah seperti birokrasi yang
harus diurus, penetapan lokasi kampanye, perizinan tempat, parkir kendaraan,
tempat istirahat, maupun upaya dalam memobilisasi massa.
f.
Keenam adalah presentation. Dalam penyajian
produk politik tim mobil aspirasi menggunakan penggabungan nama Jokowi – JK
agar lebih mudah dalam mengingat nama pasangan. Menggunakan
f.karikatur
sebagai pengganti foto dimaksudkan agar lebih kekinian, berbeda, dan dekat
dengan kaum muda yang senang
dengan hal-hal baru. Serta menggunakan tagline “Suara Rakyat Untuk Rakyat” yang
memiliki arti bahwa Joko Widodo – Jusuf Kalla mengakomodir aspirasi (masukan)
dari rakyat untuk kepentingan rakyat.
g.
Ketujuh adalah penyampaian pesan melalui
media (pull marketing). Media yang digunakan
dalam tim mobil aspirasi berupa media luar ruang (spanduk, sticker, pamflet,
banner, dan jurnal) dan media sosial (website, twitter, facebook, dan youtube)
h.
Kedelapan adalah pass marketing, yaitu
pihak-pihak yang berpengaruh besar terhadap para pemilih. Saat kampanye tim
mobil aspirasi yang menjadi influencer aktif adalah relawan-relawan pemenangan
Joko Widodo – Jusuf Kalla di daerah, contohnya BARA JP (Barisan Relawan Jokowi
Presiden) dan sahabat Jokowi. Sedangkan influencer pasif
berasal dari pejabat daerah yaitu mantan walikota Madiun yang berasal dari
partai politik PDI P dan kalangan artis seperti slank.
i.
Kesembilan adalah push marketing.
Diperlukan interaksi yang lebih personal melalui sentuhan secara langsung
dengan pemilih. Tim mobil asprasi sempat berinteraksi dengan kandidat yang
dikampanyekan, yaitu Joko
Widodo. Joko Widodo mencoba fasilitas yang ada di mobil aspirasi seperti games
dan berinteraksi dengan Jokowi digital. Hal tersebut bertujuan untuk menarik
perhatian masyarakat dan memberi kesan mendalam.
Komunikasi sebagai
kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh
aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan tersebut bersifat empirik
karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial, sedangkan komunikasi
politik sebagai kegiatan ilmiah maka komunikasi politik adalah salah satu
kegiatan politik dalam sistem politik.
Proses komunikasi politik dilakukan oleh komunikator politik baik melalui
media konversional ataupun new media sebagai suatu proses marketing
politik. Proses ini dilakukan untuk
menyampaikan pesan semenarik mungkin hingga membuat komunikasan terpengaruh.
Strategi
marketing politik pemenangan pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla
menggunakan mobil aspirasi menggunakan 9 elemen yang sangat berpengaruh
dalam meraih suara, yaitu:
a.
Pertama melakukan segmentasi terhadap
kondisi real di masyarakat dan memilih target yang
akan dibidik
b.
Kedua adalah positoning, yaitu
menempatkan produk politik dalam benak masyarakat.
c.
Ketiga adalah policy yang berisi solusi
yang terdapat di tengah-tengah masyarakat.
d.
Keempat adalah person, berisi tentang
bagaimana karakteristik dan penampilan sehari-hari dari kandidat.
e.
Kelima adalah party
f.
Keenam adalah presentation.
g.
Ketujuh adalah penyampaian pesan melalui
media (pull marketing).
h.
Kedelapan adalah pass marketing, yaitu
pihak-pihak yang berpengaruh besar terhadap para pemilih.
i.
Kesembilan adalah push marketing.
Diperlukan interaksi yang lebih personal melalui sentuhan secara langsung
dengan pemilih.
Komunikasi politik digunakan sebaik mungkin dengan mengikuti aturan-aturan
perpolitikan sehingga tidak ada pihak yang terlibat dalam politik akan merasa
rugi.
DAFTAR PUSTAKA
Nimmo,
Dan. 2010. Komunikasi Politik:
Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Firmanzah. 2008. Marketing
Politik; Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Adnan
Nursal. 2004. Political Marketing : Strategi Memenangkan Pemilu.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Iklas
Siadenur, http://adenur-multiniko.blogspot.co.id/2015/04/makalah-proses-komunikasi-politik-di.html?m=1
Sawan
Yudianto, 2012. “komunikasipolitikkubl.blogspot.in/2012/04pesan-politik.html”.
diakses 09 januari 2016
Kamaruddin, 2015. Komunikasi
Politik. Kamaruddinhasankuya.aceh@gmail.com
Manggala, Muhammad.2015. strategi pemenangan Joko
Widodo- Jusuf kala pada pilpres 2014. Scripsi. Jakarta: Universitas Islam
Syarif Hidayatullah.
0 komentar:
Posting Komentar